#2 - Black Hoodie

49 10 0
                                    

Pagi ini sama saja dengan pagi lainnya, duduk di pojok kanan belakang kelas, dengan seragam olahraga hitam putih, menunggu teman-teman yang lain datang, sendirian.
Sepertinya, aku datang terlalu awal.

Aku meletakkan kepalaku diatas meja, mulai memejamkan mata, dan tertidur.

"Gilaaa, gedungnya tinggi banget! Ayo naik ke sanaaa" kataku pada Yumna.

"Gua takut, lu aja. Gua tunggu di bawah" jawab Yumna dengan mengerutkan alisnya.

"Syl, sama lu aja ya. Temenin gua gitu" rengekku pada Syla.

"Iye dah" kata Syla dengan ekspresi datar.

Aku dan Syla memasuki gedung tersebut, dan menaiki lift.

"Ini gedungnya berapa lantai? Ini mau ke lantai berapa?" Tanya Syla.

"Gatau dah, ya pencet aja yang paling gede angkanya" jawabku.

Gedung ini sepi, tapi terawat. Tidak ada unsur mengerikan juga di gedung ini.

"Ini udah paling atas ya? Udah ga ada atapnya nih" gumamku.

"Woi liat tuh si Yumna diem-diem bae. Ahahaha" kata Syla.

"WOI! BENGONG APA BENGONG DIEM-DIEM BAE" teriakku pada Yumna di bawah.

Yumna hanya melihat ke atas sebentar, lalu menunduk lagi.

"Yumna ngapa sih?" Tanyaku

"Ntah, diemin aja. Ntar juga ngomong sendiri" jawabnya.

Aku mencoba duduk dipinggir gedung, tiba-tiba ada angin kencang mencoba membuatku jatuh ke bawah. Dan benar saja, aku jatuh ke bawah.

"WOI! Bangun, woi. Mimpi apaan lu?" Kata Yumna sambil menepuk-nepuk pipiku.

"Hah? Apaan? Gua ngapain?" Jawabku setengah sadar.

"Kok tanya gua? Sadar dulu woi, cuci muka sana" katanya.

Ternyata, tadi cuma mimpi.

Selesai cuci muka, aku kembali ke kelas, tapi ada yang kurang, dimana Syla?

"Syla kemana?" Tanyaku singkat.

"Ga masuk, bilangnya mau ada acara gitu" jawab Yumna.

"Elah bohong itu, paling juga dia mau tidur di rumah" kataku sambil memutar bola mata.

"Lu pindah samping gue sini" tawarku pada Yumna.

Yumna pindah duduk disampingku, mulai mengikuti pelajaran, dan beberapa kejadian menarik terjadi, termasuk laki-laki yang kemarin aku lihat pada saat menuju ke kantin itu lewat di depan kelasku!

"Eh" kataku.

"Kenapa?"

"Gapapa. Lu tau anak mipa kelas 10 yang itu ga?" Tanyaku sambil menunjuk laki-laki itu.

"Yang mana?" Jawab Yumna dengan memicingkan matanya.

"Itu, yang pake hoodie hitam"

"Oh itu"

"Tau ngga? Ditanyain juga" tanyaku kesal.

"Ga tau hehe" kata Yumna dengan senyum paksanya.

Sungguh, dia misterius. Setiap kali aku melihatnya, dia hanya diam, membawa tas abu-abunya, berjalan sendirian, terkadang dengan teman-temannya.

Yang aku ingat dari dia hanyalah matanya, menatapku, aku juga menatapnya.
Tunggu, kenapa aku memikirkannya? Sudah, cukup, tidak penting.

Saat pulang sekolah, aku berjalan menuju gerbang sekolah sendirian, karna hari ini, aku di jemput oleh ibun.

Pada saat berjalan menuju gerbang sekolah, aku melihat laki-laki itu lagi, sendirian, menggunakan hoodie hitam, helm hitam, dan motornya. Dia duduk di atas motornya, memandangku, aku juga memandangnya.

Hingga akhirnya, dia tersenyum kepadaku. IYA DIA TERSENYUM KEPADAKU!. Tanpa aku sadari, aku juga tersenyum kepadanya. Ah, sungguh, dia sungguh manis, sulit untukku menceritakan kepadamu bagaimana rasanya melihat senyuman dari laki-laki misterius itu. Senyumannya, membuatku kaku.

"Oh my God. Help me" kataku dalam hati, karna aku sudah cukup melting melihat senyumannya.

Aku menunggu di depan gerbang sekolah menunggu ibun, dia tetap menunggu ditempat yang sama.

"Dia ga capek apa ya duduk disitu mulu? Nunggu temennya kali ya?" Batinku.

Setelah menunggu beberapa menit, ibun datang dengan motor matic-nya.

"Nih helm-nya dipake dulu. Habis ini ibun ajak ke supermarket bentar ya, beli kornet"

"Iya, bun. Beli sereal sekalian boleh ya?" Tanyaku sambil meng-klik-kan helm.

"Iyaa boleh"

Aku naik ke atas motor, selama perjalanan aku hanya diam. Mengingat bahwa tadi aku diberi senyuman oleh laki-laki misterius untuk pertama kalinya! Kalau boleh jujur, aku sangat merasa deg-degan saat aku melihat senyumnya.

"Kamu kok diem aja kenapa?" Tanya ibun yang cukup membuatku terkejut.

"Gapapa, bun. Cuma ngeliatin mobil lewat doang" bohongku.

"Cuma liat mobil kok bisa senyum-senyum sendiri?" Kata ibun dengan senyum khasnya.

"Gapapa, bunnn. Duh si ibun" mukaku memerah.

Sesampainya di supermarket, aku segera mengambil keranjang dan menyusul ibun.

"Belanjaannya bawa ke kasir, nih uangnya. Ibun mau liat-liat promo disana" kata ibun sambil menunjuk ke arah bagian sea food.

Aku berjalan ke kasir, sendirian, dan tetap memikirkan laki-laki itu.

Aku ulangi sekali lagi, senyumnya membuatku kaku.

DUH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang