Berdua

44 10 2
                                    

"No, banyak banget no"ucap clara yang sedang menyembunyikan wajahnya di pundak rino. Tangannya mencengkram baju yang rino kenakan. Semetara rino tidak henti hentinya membaca tasbih sepanjang jalan.

Tadi menurut vero, rino hanya tinggal mengikuti jalan satu satunya menuju puncak gunung, lalu jika bertemu pertigaan belok kanan dan masih harus menempuh waktu kurang lebih 15 menit, di tambah lagi motor yang mereka gunakan memang harus ekstra hati hati karena rem yang sedikit bermasalah.

"Ra? Terus baca tasbih ra"ingat rino kepada clara. Clara membalas dengan anggukan kecil. "Tadi kita udah belok ke kanan belum sih ra?"tanya rino. Clara langsung mendongak dan menatap wajah rino dari dekat.

"Lo lupa no? Gue juga gak nyadar"ujar clara dengan wajah panik. "Telpon telpon. Telpon enza ra, gue telpon bang vero"usul rino. Rino langsung memarkirkan motornya dan mengambil hpnya.

Sekarang mereka berada di bawah pepohonan pinus. Gelap, hanya ada beberapa lampu remang remang yang menyinari jalan. Dan tentu saja hanya ada mereka berdua.

"Yah no, gak ada sinyal"ujar clara panik. "Sama ra"ucap rino. "Apa kita balik aja no?"tanya rino. Keringat dingin sudah mulai keluar dari dahinya.

"Kalo kita balik, takut ketemu persimpangan lagi no. Emang lo apal? Ini aja lo lupa"jawab clara. "Terus kita gimana? Masa mau nunggu disini sampe pagi?"tanya rino lagi.

"Cobak lo inget inget la-masyallah asstagfirullah sunhanallah"clara tiba tiba menyebut dan menutup wajahnya kembali di pundak rino. "Ke-kenapa ra?"tanya rino mulai takut.


"I-itu no, a-anu-"

"Apa ra? Cepet kasih tau gue. Ada apa?"tanya rino takut.

"Di-di atas ada yg duduk di pohon no. Jangan di liat no. Jangan di tunjuk jugak"ucap clara.

"Te-terus gimana?"

"B aja no. Jangan ngapa ngapain dulu. Dia lagi merhatiin kita"

"Kita lanjutin aja ya ra perjalanannya"ajak rino mulai menyalakan motornya.

"Ja-jangan no. Biasanya yang kayak gini kalo kita jalan bakal ngikutin. Ngebonceng"ujar clara. Sementara rino kembali mematikan mesin motornya lalu kembali membaca tasbih.

"Udah ilang belum ra?"tanya rino sesudah kurang lebih 5 menit mereka dalam kondisi ini. "U-udah deh kayaknya no"jawab clara mulai melihat ke sekelilingnya. "A-ayo jalan sekarang no"ajak clara. Rino mengangguk dan mulai menyalakan motornya tak lupa dengan tasbih yang terus keluar dari mulutnya.

"Nanti kalo ada pertigaan berarti belok kanan ya ra?"tanya rino. Clara mengangguk singkat.

"HIHIHIHIHI"

"ASSTAGFIRULLAH RA IT-"

"Jangan teriak no. Baca doa terus"omel clara dan mempererat cengkramannya pada baju rino. Rino semakin mempercepat motornya.

"No itu setan yang tadi di pohon no. Dia di atas kita no. No no no. Asstagfirullah"ujar clara. Tangannya menarik narik baju rino. Rino semakin mempercepat tasbihnya.

"Ra, kok kita disini sini aja sih ra?"tanya rino melihat samping kanan dan kirinya. "Ka-kayaknya ini ga-gara gara yang di atas deh no"jawab clara takut. Baju yang rino kenakan sudah basah dengan keringat clara bercampur dirinya.

Gildarino [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang