Final

4.7K 413 66
                                    

"Kau sadar dengan apa yang baru kau katakan, Naruto?!"

Mata Madara mendelik pada Naruto yang baru berbalik memunggunginya. Di depan pemuda yang ia tatap, terlihat Lee berdiri penuh siaga. Jangan bicara pertemanan lagi karena loyalitas Lee pada sang Don jauh lebih besar dari semua itu. Lee tak habis pikir setelah mendengar keputusan Naruto. Ke mana arah pikiran si pirang bodoh tersebut?

“Kenapa kau mau berhenti jadi anak buahku?”

Dalam benaknya, Madara terus-menerus memproses pertanyaan yang sama, “Mengapa Naruto terkesan menghalangi niatnya?” Namun masih enggan ia ucap, dan memilih mengalihkannya pada pertanyaan lain.

Naruto tidak langsung menjawab dan seperti lama berpikir. Mengulur-ulur waktu, sedang kesabaran Madara bukan hal yang patut diuji coba seperti itu.

“Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku, Naruto?!” kali ini Madara bertanya dengan nada yang lebih tinggi.

Naruto berbalik. Sekarang ia berhadapan dengan Madara yang sudah berdiri dari kursinya. Berjarak beberapa langkah, berbatas meja setinggi pinggang.

Getaran tampak merambat pada tangan Naruto yang sudah mengepal. Iris birunya menatap serius, dan ini adalah kali pertama Naruto memandangnya seperti itu.

“Aku tak kan membiarkan siapa pun membawa Hinata ke tempat seperti ini. Itulah sebab aku berhenti, Madara.” Sudah tak ada panggilan ‘Don’--tanda hormat--yang sering Naruto gunakan untuk memanggil Madara.

Sosok pria bermanik kelam itu tidak bodoh, pasti ada alasan lain mengapa anak buahnya yang dahulu sangat loyal kini berani membangkang. Alasan Naruto membangkang pun cukup mudah terpikirkan oleh Madara.

“Aku mulai mengerti sesuatu.”

“Apa maksudmu?” Naruto bertanya penuh kilau keberanian. Dirinya sama sekali tak gentar demi melindungi Hinata.

“Kau bodoh, Naruto.”

“...”

“Kau jatuh cinta padanya kan?”

Naruto sama sekali tak mengira akan mendapat jawaban seperti itu dari sosok kejam di hadapannya. Gestur tubuhnya yang langsung bergelagat aneh tertangkap oleh sepasang iris obsidian Madara, yang dengan mudah membaca gestur serta mimik mukanya sekarang. Sungguh cerita klise. Harimau jatuh cinta pada domba yang dia incar? Cinta membuat seseorang menjadi bodoh, dan cinta membuat si pencinta itu lupa pada diri sendiri. Sayangnya, Naruto telah salah menafsirkan maksud perintah Madara sedari awal.

Tch, aku menginginkan gadis itu bukan untuk diriku, Bodoh. Ini semata untuk Hinami, ibu kandung gadis yang kau sukai itu,”

Naruto tak pelak terkejut bukan main. Lelaki yang ia kenal bengis bisa memiliki sisi seperti ini? Sisi peduli pada seorang wanita yang bahkan ia sendiri sangsi jika Madara dapat bertahan dengan satu perempuan yang sama. Lee yang berada beberapa langkah di belakang Naruto turut terperanjat setelah mendengar pernyataan sang Don.

“Aku yang menyebabkan kenapa orang tuanya sampai bercerai."

"..."

"Saat ini Hinami terbaring sakit dan lumpuh. Kakinya tak bisa digerakkan dan tak ada yang dapat ia lakukan selain duduk di kursi roda. Hinami ingin sekali bertemu dengan putrinya untuk meminta maaf. Itu sebabnya aku memintamu membawa Hinata ke tempat ini.”

Benarkah ini? Hal yang baru terlontar dari mulut Madara sungguh menguak sisi lain dari sosok yang ia pikir selama ini tak memiliki nurani. Seketika perasaan buruk yang ia rasakan pada pria itu menguap begitu saja. Naruto merasa telah berkhianat pada figur yang telah membawanya sampai seperti sekarang. Pria yang dikenal bertangan dingin dan kejam itu, ternyata bisa memiliki rasa cinta yang tulus untuk satu perempuan.

This Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang