terbang

42 4 0
                                    

Aku pernah terbang tinggi jauh meninggalkan kenyataan yang harusnya kaki ini pijaki. Hanya untuk mencoba meraih satu hal yang tak pasti, mimpi.

Aku ingat, betapa bebasnya kaki ini memijak udara bebas di langit yang seolah-olah mendukungku meraih serpihan-serpihan mimpi tuk ku rakit. Aku ingat, betapa lembutnya awan yang seolah-olah membuatku nyaman untuk sekedar meletakkan badan. Aku ingat, betapa indahnya fajar dan senja yang seolah-olah mewarnai terbangku menggapai itu semua. Aku ingat, kalimat singkat pejuang bangsa untuk terbang setinggi langit agar dapat jatuh diantara bintang-bintang.

Sayang, aku lupa akan banyak hal. Aku lupa bahwa yang kupijak saat itu bukanlah nyata. Aku lupa bahwa semakin tinggi ku terbang semakin sedikit udara yang bisa ku rasakan. Aku lupa bahwa mimpi-mimpi adalah serpihan-serpihan rapuh yang sulit untuk bisa dirakit menjadi utuh. Aku lupa bahwa dibalik lembutnya awan tersimpan badai yang tak lagi bisa membuatku nyaman. Aku lupa, bahwa fajar dan senja hanyalah sementara, sebelum akhirnya berganti oleh panas yang menyiksa ataupun gelap gulita.

Sementara, tak cukup sekali coba untuk bisa terbang menembus langit yang tak tergapai oleh nyata. Sekali ku mencoba, aku terjatuh, namun aku tetap bangkit dan mencoba lagi. Kedua kali aku terbang, satu bintang kugapai, namun aku lupa aku bersandar diatas badai, hingga akhirnya aku terjatuh lagi, bersama satu bintang yang sudah ku genggam erat-berusaha menjaganya utuh meski tubuhku terasa remuk karena terjatuh- yang akhirnya, tetaplah hancur. Ketiga kali aku mencoba, aku berhasil meraih tiga bintang, meskipun berakhir sama, aku jatuh, lagi.

Berulang kali itu terjadi, berulang kali aku berusaha bangit dan terbang lagi. Hingga tanpa kusadari, sudah terlalu banyak bintang yang ku raih namun tak ada yang bisa ku jaga utuh. Satu per satu mereka jatuh bersamaku. Mereka rusak, dan jatuh bersama mereka sama saja menghancurkan sedikit demi sedikit mimpi yang sangat ku ingini.

Berkali-kali jatuh dan kehilangan bintang-bintang, aku belajar banyak hal. Bukan hanya untuk bisa menjaga bintang-bintang yang kuraih nanti, aku juga belajar untuk bisa terbang lebih tinggi lagi, lebih berhati-hati lagi.

Hingga aku bisa mencapai titik tertinggi langit ku, meninggalkan jauh pijakan nyata seolah tak pernah kakiku rasa, dimana nyata tak lagi bisa menarikku jatuh mengenainya.

Aku bahagia, sungguh, luar biasa bahagia. Usahaku tak sia-sia. Bangkit dan belajar, akhirnya aku bisa menggapai apa yang ku mau, mencapai langit.

Namun, indahnya senja mengingatkanku, akan hal yang kulupakan dalam bahagiaku, gelap. Aku lupa, gelap akan tetap datang, meskipun nyata tak lagi kaki ini pijak. Hingga saat ia datang, aku menyadari, bintang-bintang dimana aku harap aku bisa jatuh diantaranya, merakitnya menjadi sebuah mimpi yang luar biasa, habis tak bersisa. Semua hancur, diatas nyata.

Namun, gelap tetap datang, tak peduli jika aku kehabisan bintang penerang. Aku terbang bersamanya, berusaha untuk tetap terbang tanpa bisa melihat apa-apa. Bertahan tanpa tau bahwa gelap ternyata juga nyata, nyata yang tak terpijak, yang takkan pernah bisa di elak. Terbang tanpa arah dalam gelap membuatku hilang kendali. Hingga saat fajar tiba, aku menyadari, langit tinggi yang sangat ingin ku gapai hanyalah hampa.

Dan akhirnya, aku sendiri malah menjatuhkan diri menuju nyata, nyata yang dulu menjadi tempatku berpijak, nyata yang selama ini menjadi saksi akan jatuh dan usahaku bersama serpihan-serpihan bintang yang pada akhirnya rusak. Aku kembali jatuh, jatuh yang rasa sakitnya menghancurkanku lebih dari yang pernah ku rasa, lebih dari serpihan bintang-bintang yang pernah ku jaga walau akhirnya berakhir sama.

Hancur.

Hancur sampai tak lagi aku mampu bangkit.

Tak lagi aku ingin mencoba menggapai langit.

Tapi, ternyata aku kembali belajar akan beberapa hal yang kini telah membuatku sadar.

Serpihan bintang yang berjatuhan di nyata yang kupijak ini masih sama, mereka masihlah bintang, walau hanya kini serpihan itu menjadi lebih kecil dari sebelumnnya. Serpihan-serpihan mungil yang lebih banyak dari sebelumnya. Bagaikan harapan-harapan kecil yang luar biasa banyaknya.

Mereka masih menyinari saat gelap,walau sinarnya tak terlalu terang. Mereka tetaplah bintang. Meski tak lagi bisa ku susun menjadi utuh, menjadi sebuah mimpi yang luar biasa, mereka tetaplah bintang.

Kini, bersama hancurku, kulihat juga indahnya serpihan-serpihan bintang yang ternyata membuat pijakan nyata ini jadi punya terang. Bersama hancurku, nyata ternyata jadi terasa lebih indah dibanding langit yang ternyata hampa.

Sayang, semua baru bisa terasa indah, saat hancur ini tak lagi bisa ku ubah.

Bandung, 3 April 2018
21.50 WIB

Lots of winks from li'l kitten😽

TerbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang