Cari Kerja Part III (Lanjutan)

326 7 0
                                    

Setelah gue yakin sudah sampai di lantai 11, gue berputar di depan lift untuk mencari sebuah pintu masuk, hampir aja gue masuk ke sebuah pintu di seberang lift tadi, tapi ternyata itu pintu lift yang berseberangan dengan lift yang gue naikin. Setelah berputar sekali lagi, akhirnya gue menemukan sebuah pintu besar, dan gue langsung masuk melewati pintu besar tadi ke sebuah ruangan di lantai tersebut kemudian bertanya kepada receptionist di ruangan tersebut.

Setelah dipastikan gue masuk kantor yang dituju, gue hendak memberikan sebuah map berisi lamaran kerja dan juga CV, tapi sebelum diterima, gue malah disuruh isi formulir pendaftaran. Yang gue bingung, “Ini gue mau kerja apa mau masuk TK, pake isi formulir segala?”. Tapi gak apa-apa, mungkin ini memang syarat yang diperlukan di perusahaan ini. Gue mengisi formulir dengan seksama, gak ada sedikit pun pertanyaan yang gue kosongin, bahkan ketika ada beberapa pertanyaan yang gue gak tau harus isi apa, gue tanya ke orang-orang di sekitar gue, sampai-sampai SMS temen-temen gue. Tadinya pengen telepon, tapi karena telepon umum tadi ada di gedung sebelah, daripada harus membuang waktu dan juga tenaga lebih baik gue SMS aja.

Setelah selesai gue isi, formulir tersebut gue kembalikan kepada receptionist tadi dan kemudian menunggu giliran dipanggil untuk interview, mirip seperti mengantri di teller bank.

Di sana gue ngerasa paling muda, paling kecil, paling bodoh, karena di sebelah kanan dan kiri gue ada beberapa orang yang juga merupakan pelamar kerja (lagi-lagi menurut feeling gue) yang tampangnya terlihat beberapa tahun lebih tua dari gue dan penampilannya lebih rapih, kelihatannya juga udah berpengalaman kerja. Ketika kami ngobrol-ngobrol, ternyata benar, mereka pelamar kerja lulusan kuliah D3 dan juga ada yang S1, yang sebenarnya sudah dan bahkan sedang bekerja, namun karena ada panggilan interview di perusahaan ini mereka izin kerja dan memilih mengikuti interview ini karena beberapa hal dan berbagai alasan, sedangkan gue cuma lulusan SMK dan belum pernah sekalipun bekerja. Tapi karena gue tinggi, ganteng, keren, pandai mengaji, rajin menabung, ramah, baik hati dan tidak sombong, jadi gue tetep pede di hari itu.

Setelah menunggu beberapa saat dan mengobrol dengan sesama pelamar kerja disana, akhirnya gue dipanggil untuk memasuki sebuah ruangan tempat interview berlangsung. Gue diantar oleh seorang wanita melewati lorong yang lumayan gelap untuk suasana di perkantoran. Di lorong tersebut gue melihat foto-foto yang gak terlihat jelas dan sebenarnya gak penting juga gue ceritain tapi suasana di lorong itu mirip waktu gue memasuki rumah hantu di sebuah pasar malem.

Setelah sampai di ruangan yang katanya tempat interview, terlihat sesosok makhluk sedang duduk di kursi dan membelakangi gue. Cewek yang nganterin gue tadi, meninggalkan gue sendiri di sana, berdua lebih tepatnya (namun dengan sesosok makhluk yang belum jelas) dan menyerahkan gue kepada makhluk tersebut dan hanya dijawab dengan anggukan kepala, namun anggukan kepala itu tidak berhenti sampai cewek tadi meninggalkan ruangan. Kalau di ruangan itu terdengar backsound mungkin akan lebih dramatis -> Horor, dan ketika makhluk itu memalingkan mukanya ke arah gue, pelan-pelan tapi pasti, tiba-tiba ia menyodorkan tangannya ke arah gue, sedangkan gue sedikit ketakutan dan malah mundur sedikit menjauh dari sodoran tangannya itu.

Ketika ia menegakkan kemudian menenggakkan kepalanya sedikit ke atas dan melihat tepat ke arah mata gue, ia malah bangun dari tempat duduknya dan kembali menyodorkan tangannya, bahkan kali ini ia menghampiri dan menarik tangan gue, kemudian menyebutkan sebuah nama sambil tersenyum, gue lupa siapa, tapi sebut saja Bambang ! dari situ gue baru sadar ternyata ia cuma manusia biasa yang pengen menjabat tangan sambil mengenalkan namanya. “Sialan !” kata gue dalam hati. Udah serem-serem ternyata cuma manusia biasa (harusnya gue bersyukur saat itu). Mungkin masih terbawa suasana di lorong yang lumayan gelap tadi, jadi gue berfikir horor di ruangan ini.

Ketika interview berlangsung gue ditanya-tanya dan juga bertanya-tanya seperti biasa. mengenai sekolah terakhir gue, kemudian pekerjaan, jobdesk, jobdesc, tugas-tugas, apa saja yang akan gue kerjakan ntar. Juga membicarakan gaji, income, pendapatan, bayaran (tapi kayaknya ada yang aneh). Selain itu juga ia bertanya tentang, tempat tinggal, transportasi, banjir, macet dan lain-lain (dikira gue ngelamar jadi calon Gubernur). Setelah banyak pertanyaan yang ditujukan ke gue dan juga banyak pertanyaan dan pernyataan dari gue, kemudian beberapa saat dia kembali diam. Suasana kembali menegang. Tapi beberapa saat kemudian ia kembali bicara.

“Mungkin Interviewnya sudah cukup sampai di sini” kata dia singkat.

“Hah, udah tegang-tegang, dia cuma bilang kaya gitu” kata gue dalam hati.

“OK, baik pak kalau begitu” kata gue lagi di luar hati.

Setelah interview selesai gue di antar keluar ruangan oleh pak Bambang itu melewati lorong yang lumayan gelap tadi dan disana gue melirik dan memperhatikan ke foto-foto yang tidak terlihat jelas tadi, tapi tetap saja tidak jelas. Setelah sampai di lobby kantor, tepatnya meja receptionist, terlihat sesosok wanita yang mukanya tertutup rambut yang lumayan lebat dan kepalanya tertunduk. Setelah gue berada persis di sampingnya baru ia melirik ke arah gue sambil tersenyum dan terdengar suara hihihi. Gue kembali mundur ke arah pak Bambang, baru kemudian cewek itu berkata

“Sudah selesai mas Interview nya?”.

Setelah gue perhatiin, ternyata ia adalah cewek yang tadi nganterin gue ke ruangan interviewnya pak Bambang. “Ah, Sialan” kata gue dalem hati lagi. “Pasti ini gara-gara suasana di lorong yang lumayan gelap tadi, lagi” kata gue, lagi-lagi dalem hati. Setelah mengatur nafas hingga kembali stabil, akhirnya gue berpamitan sama kedua orang itu (laki-laki dan wanita yang hampir bikin gue jantungan). Berpamitan ? sama kedua orang tua harusnya.

 Selesai Interview hari itu, intinya gue di gaji $400 setiap bulan setelah selesai masa training beberapa hari, masuk pukul 8.00 s/d 17-00 hari senin-jum’at. Siapa yang gak tergoda, gue yang cuma lulusan SMK dan belum punya pengalaman kerja apapun di gaji $400/bulan atau saat itu seharga hampir Rp. 4000.000. Namun dari semua itu, sebenarnya masih ada beberapa hal yang mengganjal di benak pikiran gue tentang hasil interview, tapi berhubung gue udah terlampau stress dengan masalah-masalah yang gue alami hari ini, pusing, laper, ngantuk, pengen makan, pengen tidur, pengen pingsan, pengen motor, pengen mobil, pengen rumah dan segala macem yang lain, jadi gue memutuskan untuk langsung pulang, iah pulang ke rumah.

Di perjalanan pulang, gue udah gak inget apa-apa, jadi gak banyak yang bisa gue ceritain. Atau mungkin karena gue bener-bener pingsan sehingga memang gak ada yang gue lakuin saat itu. Tapi satu hal yang gue inget yaitu ketika turun menaiki lift/menuruni lift atau apapun itu sebutannya, yang jelas dari lantai 11 sampai lantai dasar, lift itu gak mampir di lantai manapun, sehingga ia (lift) meluncur dengan kecepatan penuh sampai lantai dasar, dan lo tau rasanya apa, jantung ini mau copot, dan mungkin emang gue beneran pingsan.

***

Besok paginya gue berangkat lagi ke sana, seperti biasa di temani panas dan macet kota Jakarta.

Bersambung lagi ->

Facebri - Facenya si SobriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang