1:07 AM
Aku hidup seorang diri di dalam rumah megah yang diimpikan semua orang. Percayalah, apa yang kau lihat indah, pada kenyataannya tidak seperti apa yang kau lihat. Didalam sesuatu yang indah tersimpan sesuatu hal yang mungkin saja tak mau kau dengar apalagi kau rasa.
Namaku Nara; Leonara Alnaira Gentari lengkapnya. Walaupun ku rasa bahwa hidupku di ambang kehancuran, tapi aku suka menjadi diriku sendiri. Aku sangat menyukai segala masalah yang datang kepadaku. Menurutku itu akan membuat diriku menjadi kuat daripada sebelumnya. Jika kau pikir aku adalah manusia kuat sebab perkataanku tersebut; jawabannya tentu salah. Aku lemah, sangat lemah. Namun aku selalu mencoba untuk menutupi semua itu dengan senyuman. Sungguh, hal itu adalah hal yang paling menyedihkan namun melegakkan banyak jiwa. Tersenyumlah kawan, apapun yang terjadi, you deserve to be happy, everyone deserve to be happy!
***
"Selamat pagi Nara!" Ucapku, pada diriku sendiri.
Ya, aku suka berbicara kepada diriku sendiri. Daripada berbicara dengan orang lain, biasanya hanya akan menimbulkan rasa sakit.
Sudah dua tahun rutin aku pergi ke tempat menuntut ilmu yang menurutku paling membosankan. Sekolah, memang membosankan bukan? Datang-belajar-pulang. Seakan-akan menjadi robot patuh yang menjalankan semua tugasnya dengan hati yang tentu saja tidak senang.
"Cewek! Sini dong, sendiri aja!" Ucap seseorang lelaki diiringi dengan siulannya, dengan sound effect temannya yang tertawa terbahak-bahak.
Segerombolan remaja lelaki yang selalu ku lihat di sekolah ini selalu saja bertingkah se-enaknya. Mereka pikir, dengan bertingkah seperti itu, mereka akan terlihat jauh lebih keren? Jawabannya; tentu tidak. Apa mereka tidak bisa lihat, bahwa semua orang yang mereka teriakki akan menunduk malu ketika mereka melakukan hal itu? Menurut mereka hal itu tentu lucu, tapi menurutku itu jauh dari kata lucu, yang ada itu sangat menjijikan!
Aku menunduk ketika mereka juga mulai meneriakki hal-hal yang tidak perlu didengar olehku, untungnya, kelasku tidak terlalu begitu jauh hingga aku bisa langsung menghindar dari mereka, dan duduk manis di kelas lalu mulai membaca novel yang selalu kubawa dalam tas—untuk menghilangi rasa kesepian yang ada dalam diriku.
No, jangan berpikiran bahwa aku tidak memiliki teman! Temanku terbilang banyak, namun kadang aku masih sering merasa sendiri.
Bel masuk terdengar kencang, ku lihat murid-murid mulai berdatangan ke kelasku—ya, mereka yang berdatangan adalah bagian dari kelas 12 IPS 2 yang tentunya adalah kelasku. Aku mulai merutukki diriku sendiri karena ternyata ada si lelaki yang suka membully siswa lain dikelasku. Akan ku pastikan, bahwa aku tidak akan pernah mau kenal dekat dengannya!
"Pagi anak-anak," ucap seorang guru sembari masuk kedalam kelas.
"Pagiiii bu!" Jawab siswa dengan kompak.
"Tau kan ibu siapa? Yakali gatau kan ya, ibu kan terkenal hehe." Ujar Bu Rahma, yang memang terkenal disekolahku, karena dia adalah guru muda yang sangat cantik. Diriku saja kalah dengan kecantikan Bu Rahma.
"Uh, iyadeh Bu Rahma cantikkuuuu!" Ucap beberapa murid lelaki, yang tergoda oleh candaan Bu Rahma.
"Ah jadi malu dibilang cantik, udah ah, ibu absen dulu ya, kelas baru, teman baru, semoga kalian betah ya!" Ucapnya lalu mulai mengabsen satu persatu murid.
Hingga akhirnya selesai, lalu kami mulai berkenalan satu sama lain, sebenarnya sih sebagian sudah mengenal satu sama lain, karena sudah dua tahun kami bertemu di sekolah ini. Hal yang biasa di lakukan di hari pertama masuk sekolah ya seperti ini, tidak akan belajar karena jadwal pelajaranpun belum ada.
"Hei? Baca novel terus? Gak bosen apa?" Tanya seorang lelaki, kepadaku.
Wajahnya familiar. Ah, aku tahu! Dia salah satu dari gerombolan siswa yang suka membully itu.
"Gak." Jawabku singkat, aku malas berhubungan dengan manusia-manusia sejenis itu.
"Ihhhh, jutek amat mbak-nya, gamau kenalan apa sama abang ganteng yang satu ini?" Ia mengedipkan sebelah matanya.
"Gak."
"Astagfirullah, kamu emang cuma bisa ngomong 'gak' doang apa gimana sih?" Tanyanya,
"Udah sana, jangan ganggu!" Ucapku, mengusir.
"Alhamdulillah, empat kata! Bisa ngomong juga ternyata kamu! Mau tau namaku siapa gak?" Dia mengangkat-ngangkat kedua alisnya.
"Gak."
"Allahuakbar! Bodo ah, terserah kamu ajadeh, capek. Berasa ngomong sama es batu, dingin!" Ucapnya langsung pergi meninggalkanku.
Aku terkekeh pelan, lucu juga. Eh apa?! Engga-engga, dia sama sekali gak lucu! Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri, namun tetap saja, sebagian diriku masih merasa bahwa dia lucu.
"Nara woy?!" Lagi-lagi ada yang menggangguku, pake segala gebrak meja lagi.
"Apasih kay? Gebrak-gebrak macem rentenir mau nagih utang tau gak?!"
"Hehe ya maaf Nar, gabut nih sist." Ucap Kayla, salah satu sahabatku.
"Emang situ doang yang gabut? Ya sama sist saya juga, makanya sist bawa mainan biar gak gabut." Ucapku sambil mengangkat novel yang ku anggap 'mainan' itu.
"Ah susah temenan sama yang pacarnya novel mah, dikit-dikit baca novel, dikit-dikit beli novel, novel ilang nangis kejer. Gak niat baca hatiku aja gitu Nar?" Ucapnya sambil mengedip-ngedipkan matanya.
"Gesrek, memang gesrek otak lo!" Aku menyodorkan tempat minumku, "nih minum! Kurang air putih lo Kay!"
"Kurang kasih sayang gue mah Kay." Ucapnya sambil meminum air putih yang ku beri. Sumpah, dia minum sangat banyak. Aku menyesal telah menawarkan minumku.
"Lah? Haus sist?"
"Yoi sist! By the way Nar, tadi lo di ajak ngobrol apa sama cowok tampan itu?" Tanya Kayla, penasaran.
"Dih? Tampan?"
"Lah Nara, ditanya ngobrol apa, malah salah fokus ke kata 'tampan'. Lagian emang beneran ganteng tau!" Ucapnya,
"Lagian ganteng apanya kalau suka ngebully gitu? Tau deh tadi dia ngomong apa, gak jelas."
"Leonara, cewek yang gak suka sama pembullyan. Awas aja sampe naksir sama si ganteng itu!"
"Emangnya ada apa yang suka sama cowok tukang ngebully? Badboy is my type, tapi tukang bully mah ya tentu tidak!" Ucapku.
"Gak ada sih, hehe. Iya deh terserah aja! Balik yuk ah? Udah boleh balik juga lagian." Ajaknya yang tentu saja ku iyakan.
***
11.20 PM
Hari pertama sekolah; membosankan. Entah akan selalu seperti ini, entah tidak. Aku berharap sih tidak.
Ah hari ini aku tidak tahu mau menulis apa, karena kurasa tidak ada yang spesial di hari pertama sekolah ini. Hanya ada satu lelaki lucu—tapi suka membully yang mengajakku mengobrol.
Ngomong-ngomong tentang bully; bagaimana bisa seseorang menjatuhkan harga diri orang lain demi merasa senang? Apakah mereka sudah merasa bahwa diri mereka adalah sempurna?
Ah sudahlah, emosiku selalu naik apabila membicarakan hal itu. Selamat tinggal buku harianku, aku mau menikmati tidur siangku dulu!
Kiranya seperti itu, aku suka menulis apapun yang ada dalam otakku, karena hanya itulah satu-satunya hal yang dapat aku lakukan untuk mengeluarkan seluruh keluh kesal dalam diriku disaat tidak ada satupun yang mau mendengar omonganku, hanya menulislah yang bisa aku lakukan.
***
Yuhuuu, ini sebenernya novel tugas akhir yang aku tulis ulang disini. Gak sih sebenernya bukan tulis ulang, tapi di rombak abis-abisan! Jalan ceritanya doang yang sama isinya 100% beda hehe. Yak ku tau bahwa ni cerita geje. Maap-maap ajanih ya hwehehe.Sincerely,
Invisibl-e
YOU ARE READING
ANGKASA
Teen FictionKadang, takdir begitu indah, tapi kadang pula, takdir begitu pahit, namun sepahit-pahitnya takdir kita harus menerimanya, karena sesuatu yang indah itu datangnya setelah badai. Kita tidak akan merasakan kebahagiaan yang teramat sangat, jika kita bel...