03

42 3 0
                                    

"Hari ini kita akan review kembali materi sosiologi yang telah kalian pelajari selama dua tahun." ucap Bu Dini, aku hanya mendengarkan sambil sedikit mengantuk. Rasanya seperti di nina bobokan dijelaskan materi yang begitu membosankan.

"Ngantuk mbak?"

"Iye, emang lo ngga ngantuk apa?" Tanyaku,

"Ya ngantuk lah, kaya ngedengerin nina bo–"

"Bastian, Nara, jangan mengobrol terus!" Kami ditegur oleh Bu Dini, membuat kami hanya mengangguk patuh dan menahan kekehan.

Bulan ini aku dapat sebangku dengan Bastian, tadi pagi ketika pemilihan teman sebangku aku dapat dengan Bastian. Aku sih bersyukur aja, toh dia orangnya asik juga. Aku termakan omonganku sendiri ya?

Setelah ditegur aku dan Bastian tidak melanjutkan obrolan yang sedang kami lakukan tadi, karena takut kena omel lagi oleh Bu Dini. Yang kami lakukan hanya diam, mendengarkan, hingga lantunan merdu terdengar di telinga kami.

Ya, bell sekolah berbunyi, tandanya istirahat! Ah, bahagianya. Bu Dinipun keluar, dan satu persatu dari kami mulai berlarian untuk mengisi perut.

"Bas, kantin kuy ah?" Ajaknya kepada Bastian, lelaki itu teman Bastian rupanya.

"Males ah, kantin aja sana sendiri." Jawab Bastian.

"Asem, malesan banget jadi orang. Gimana kalau mau membina rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah kalau lo malesan gitu?"

Aku sedikit terkekeh karena lontaran lucu teman Bastian yang memang teman sekelasku juga, dia... tampan.

"Eh, hai yang sebelah Bastian?" Sapanya kepadaku, namun aku hanya diam. "Iya gak apa-apa gak usah di denger gak usaaah!" Lanjutnya,

"Eh, apa? Sorry kirain bukan ke aku."

"Najis, bagian orangnya agak ganteng aja ya, jawabnya panjang. Bagian gue yang ajak ngobrol cuma 'gak-gak' doang jawabnya." Oceh Bastian.

"Apaan sih Bas? Gak jelas lo." Ucapku,

"Emang ganteng dari lahir Bas gue mah, emangnya lo apa? Buluk." Ejek lelaki itu, "kenalan dong, nama lo siapa?"

"Nara." Balasku singkat, jujur, aku tidak ingin memakan omonganku sendiri untuk yang kedua kalinya, karena aku tau, bahwa orang ini adalah orang yang suka membully juga.

"Kenalin, Angkasa, orang paling ganteng sedunia. Lo pasti udah tau gue kan?" Ucapnya sambil tersenyum lebar, membuat ketampanannya meningkat 100%.

"Lah apaan? Ganteng juga Justin Bieber, Zayn Malik, Shawn Mendes..." aku tidak menghiraukan pertanyaan terakhir, karena aku tidak terima jika dia bicara bahwa dia orang paling ganteng sedunia!

"Angkasa Labima Megantara," Kata Angkasa melanjuti omonganku, "jangan protes, udah ah mau ke kantin, laper, dah!" Ucapnya lalu pergi.

Bastian hanya terkekeh mendengar ucapan Angkasa yang sangat percaya diri, dan aku hanya menggerutu kesal.

"Bas apaan sih temen lo, percaya dirinya gak kira-kira!" Ucapku,

Bastian menoleh, "awas naksir, lo juga yang ribet." Lalu ia kembali terkekeh,

"Bodo amat, siapa juga yang mau naksir sama tukang bully macem kalian!"

"Ya maaf, hobi dari lahir itu." Ucapnya sambil terkekeh.

"Punya hobi ga elit amat," aku menggerutu pelan, ku dengar Bastian hanya kembali terkekeh.

Ketika ada waktu istirahat aku hanya memakan makanan yang ku bawa dari rumah sembari membaca novel. Namun kali ini, aku tidak bisa fokus kepada novelku karena pikiranku jatuh kepada kejadian tadi pagi.

"Hai cantik, gabung sama kita yuk?" Ucap segerombolan yang sering aku bilang itu.

Aku hanya bisa menunduk. Jika hal ini terjadi pada kalian, kalian juga akan melakukan hal yang sama sepertiku kan? Aku sangat risih jika setiap pagi harus melewati gerombolan orang seperti ini.

"Nunduk terus, sini dong gabung!"

"Eh woy, jangan ganggu yang itu! Cewe gue tuh!"

Seseorang tiba-tiba membelaku, kupikir itu adalah Bastian. Ternyata salah, Bastian tidak ada di antara mereka. Aku memberanikan diri untuk menengok, nyatanya, aku tidak mengenal siapa orang itu.

"Nar? Nara? Ngelamun aja!" Bastian menyentil pipiku, membuat lamunanku hilang seketika.

"Ganggu aja lo kucing!"

Ah! Tiba-tiba aku ingat muka orang yang tadi pagi membelaku, itu kan Angkasa! Pantas saja tadi dia berbicara bahwa aku pasti sudah tau dirinya. Aku tidak bisa berhenti tersenyum akibat mengingat omongannya tadi pagi. "Jangan ganggu yang itu! Cewek gue itu!" Cewek gue katanya, rasanya aku ingin meng-iyakan saja omongannya! Siapa juga yang tidak mau dengan cowok se tampan Angkasa? Mungkin hanya wanita bodoh. Ups, lagi-lagi aku termakan omonganku sendiri.

"Nara?! Udah gila lo ya senyum-senyum sendiri?!" Lagi-lagi Bastian menyentilku, kali ini jidatku yang menjadi sasarannya.

"BAS IH SAKIT TAU!"

"Ya abis lo kaya orang gila senyum-senyum sendiri. Lo mikirin gue?" Tanyanya, percaya diri.

"Idih najis tralala trilili dah mikirin lo!"

"Hehehe, balik sama siapa lo hari ini?"

"Sendiri, mandiri gue mah." Ucapku.

"Nanti balik bareng yuk? Tetanggaan juga kan kita, tidak ada penolakan."

Sungguh, itu pemaksaan namanya.

"Lah? Maksa."

"Biarin."

Bel masuk kembali berbunyi, lalu kami kembali belajar matematika dilanjut dengan bahasa inggris, dan terakhir seni budaya. Lalu aku pulang. Ya, dengan Bastian.

***

05:22 PM

Sepulang sekolah aku pulang bersama Bastian. Dia yang memaksaku, katanya kita tetangga, jadi harus pulang bareng deh. Aku tidak bisa mengelak, karena dia memaksa. Tapi, tidak ada alasan untuk menolak juga hehe.

"Nar nyumput, ada polisi!" Ucapnya tiba-tiba membuatku kaget, karena aku tidak menggunakan helm.

Dan kau tau? Setelah aku bersusah payah menyembunyikan diri di belakang Bastian, dia hanya tertawa kencang!

"Kok ketawa?" Ucapku heran,

Jeglek, lalu motor kami melewati sebuah polisi tidur. Sialan Bastian!

"MAKSUD KAMU POLISI TIDUR? EMANG YA NYEBELIN!" Aku memukul pundaknya kencang, namun dia hanya tertawa terbahak-bahak.

Bastian sungguh menyebalkan! Tapi, aku senang berada didekatnya. Entahlah, kali ini aku hanya bisa menuliskan hal itu di buku harianku. Aku hanya terlalu senang sebab bertemu dengan manusia aneh seperti Bastian.

***
Yash part ini sungguh crunchy. So sowryyyy wkwkkw
Sooooo imajinasiku untuk Angkasa adalahhhhh cole sprouse aka jughead HWEHEHEHE

Sincerly,

Invisibl-e

ANGKASAWhere stories live. Discover now