Prolog

16.9K 1.3K 18
                                    

Milan, Italia

Suara lonceng gereja berbunyi dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara lonceng gereja berbunyi dengan keras.

Di hadapan seorang pendeta, seorang pria menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya.

Ezra Walton namanya. Dia sudah mengatakan kata 'bersedia' setelah sang pendeta bertanya, namun wanita di hadapannya tidak menjawab ketika sang pendeta menanyakan hal yang sama. Mata wanita itu nampak berkaca-kaca dan terlihat begitu tersiksa.

"Katakan, Julie. Katakan kau bersedia. Atau ..." kecaman yang terdengar dari mulut pria itu tertahan seakan wanita di hadapannya telah mengetahui apa yang dia maksud.

"Okay, okay! I'm gonna say it!!" ucap wanita itu akhirnya.

Wanita itu pun mulai menjawab apa yang Ezra minta. Dia mengucapkan kesediannya untuk hidup semati dengan pria itu.

Setelah janji terucap dan cincin telah melingkar sempurna pada jari manis, wanita itu meneteskan air mata. Tentu sang pendeta bingung, namun dia tidak berhak tahu. Kebetulan saja pendeta itu adalah teman baik sang mempelai pria yang tampak begitu gila untuknya.

Upacara sumpah janji pernikahan sehidup semati telah sah dilaksanakan. Keduanya menikah secara private dengan bantuan sang pendeta yang bersedia menikahkan mereka.

"Kau akan tinggal bersamaku selamanya, Violet." ucap Ezra seraya mengusap pipi wanita itu lalu menyisipkan sisa rambut yang mengganggu di sela daun telinganya.

Wanita itu menepis kasar tangan Ezra dan tangisnya semakin pecah. Tetesan berubah menjadi derai air mata yang menyakitkan.

"Aku bukan Violet-mu! Aku Julie, Ezra! Namaku Julie, bukan Violet!! Sampai kapan kau mau begini terus? Harusnya kau sadar!!"

Ezra tidak menggubris. Telinganya seakan tuli dan matanya sibuk menatap wajah wanita yang begitu mirip dengan seseorang yang sangat dia kenal.

"Kau akan menjadi Violet dan tidak akan tergantikan."

Secara tiba-tiba Ezra memeluk dan mendekapnya erat setelah menyebutkan nama itu. Wanita bernama Julie ini terus menangis. Hatinya ikut menangis bersama keterpaksaan yang telah terjadi.

Andai saja Ezra tidak mengancamnya ...

Andai saja Violet ...

Andai saja wajahnya ...

Andai saja ...

Maafkan aku, Ken ...

* * * * *

Perlu di lanjut nggak? ehehehe

Kira-kira dapat berapa vote, dan komen untuk prolog yang agak sedih2 gini? hehehe >_<

Bound by Obsession (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang