sayang cici

26 2 0
                                    

Hari berlalu setelah perkemahan, aku sudah tidak lagi memikirkan Brikal.

Karna menurut aku itu hanyalah suka suka biasa. Jadi aku putuskan untuk tidak menyukai Brikal lagi. Saat itu aku berpacaran dengan anak kembar di kelas ku.
Namanya Ariz, aku nggak tau kenapa aku suka sama dia. Kalau dibanding Brikal, Ariz mah nggak ada apa apanya hehehe.

Lambat laun, ulangan tiba dan penentuan nilai untuk naik ke kelas 8 sangat di perhitungkan.

Alhamdulillah pembagian rapot dengan nilai B+ yang ku raih membawa ku ke kelas 8H, akan tetapi aku dan Malika terpisah kelas.

Oh iya saat naik kelas aku putus sama Ariz. Karena belakangan aku pacaran, kembarannya yang bernama Arif selalu membalas sms dari ku, jadi aku bingung. Aku ini berpacaran sama Ariz atau Arif.

🍃🍃

Di kelas 8 itu aku sekelas sama cici dan selvi  teman sekelasku saat kelas 7. Kemana mana aku sekarang sama cici.

"Woi nay, lo duduk sama gue!"

Mendecakkan lidah "Iya om, bawel amat sih" ketawa kecil

"Kantin nggak? Gue mau ke kantin ni" sambil melipat kedua tangannya di depan dada

"Iya, tar gue ambil uang dulu di tas" sambil teriak

Oh iya cici emang orangnya gitu, ngomongnya keras dan dia juga ceplas ceplos tapi sebenernya dia baik banget, paling marah kalo temannya di apa-apain sama orang.

Gue sayang banget sama lo ci

Saat dikantin, aku makan bareng cici dan Fina

"Nay, lo nggak suka sama Brikal lagi? Brikal sekelas ni sama gue" tanya Fina

"Lha terus?" naikin pundak

"Kayak iya aja lo, Ariz tuh masih sayang sama lo" sahut cici sambil menyantap mie goreng kesukaannya

"Gakla, gatau jugasi, ih gatau deh gue bingung" tertawa kecil

"Sok cantik lo" ejek cici

"Ya nggak mungkin ganteng kan?" mengedip ngedipkan mata ke arah cici

🍃🍃

Pulang sekolah, aku mengambil sepedaku dan melintasi lapangan sekolah. Sebelum aku melewati pagar sekolah, aku tiba-tiba diberhentikan oleh seorang pria.

Tangannya terentang yang menghalangi sepedaku lewat "Nay Stop, gue mau ngomong sama lo"

Ternyata itu adalah Ariz

Mengerutkan kening "Apaan riz, gue udah nggak ada urusan lagi sama lo, gue mau pulang"

"Lo turun dulu gue mau ngomong, pentinggg!!" menarik tanganku yang saat itu sedang memegang stang sepeda

"Iya iya gue turun" kesal

Memegang kedua tanganku "Nay, lo mau nggak balikan sama gue? Gue masih sayang sama lo. Ya gue minta maaf kemarin gue udah buat lo marah karna tiap lo sms gue, yang bales Arif" ya sebenernya aku geli aja nginget moment ini, anak SMP woi hahaha

"Lo bisa janji nggak kalo lo nggak ngulangin kesalahan lo?" Dan ini lagi, ga ngerti kenapa aku bisa sok cantik kaya gini ya haha

"Gue bisa janji kali ini gue manfaatin kesempatan yang lo kasih ke gue"

"Iya deh gue mau balikan sama lo, tapi janji yaa"

"Iya sayangku, mau dianterin pulang nggak?"

Pipiku memerah tanpa kusadari saat mendengar ucapannya "gak liat gue bawa sepeda?"

"Gausah galak galak kalik" tersenyum jahil "ya allah pacar gue lucu banget sih" sambil mencubit pipi ku

"Apaan si, gue mau pulang" menaiki sepeda

"Hati-hati, udah sampe kabarin gue nay" pinta Ariz

"Ogah" terkekeh pelan

"Awas lo ya, gue cubit pipi lo sampe merah" meneriaki ku yang sudah pergi

🍃🍃

Sudah sebulan kami berpacaran, tapi aku merasa tidak lagi mencintainya.
Saat itu aku sedang duduk di kantin sambil makan mie favorit ku bersama Cici, Fina, Selvi, Nanda dan Nita.

"Lo masih pacaran sama Ariz" tanya Fina

"Masih, tapi kok gue kayak udah nggak suka lagi ya?" aku sambil menyadarkan kepala pada kepalan tanganku yang ada diatas meja

"Nay, Fina cerita ke gue kalo Brikal suka sama lo" saut Selvi heboh

"Iya nay, lagian gue nggak enak mau ngomong ini sama lo. Kan lo udah sama Ariz" sambung Fina

"Lo sama Brikal aja nay! Putusin aja Ariz" sahut cici

"Wes Gilak lo, tar lo dibilang pho ci" Nita mengatakan dengan lantang

"Nih ya. Lagian Naya udah nggak suka lagi, ya kasianlah anak orang. Semakin cepat diputusin semakin bagus" mukanya kayak serius gitu

"Gini aja, kan udah selesai makan ni, kita ke kelas Fina aja gimana?" usul Nanda "tapi gue beli kue dulu"

"Oke" jawab Fina

Sampai dikelas Fina, kami berlima kecuali Fina yang sedang berbicara dengan Brikal, asik duduk sambil memakan cemilan yang tadi Nanda beli di kantin.

"Ci lo mau bantu gue nggak?" pintaku

"Gausa ci, palingan ngutang" sahut nanda

Semua tertawa geli

"Ih bukan itu, bantuin gue putus sama Ariz" kataku sambil memainkan jari

"Ha?" Menganga lebar "lo seriusan mau putus? Gue tadi bercanda nay" jawab Cici terkejut

"Muka gue emang kayak lagi bercanda ya?" mengerutkan kening

Nanda tertawa terbahak bahak

"Perasaan gue muka lo gitu gitu aja nay, nggak ada bedanya" dan disusul anak lainya yang ikut tertawa

"Gue serius! Gue minta lo buat mutusin Ariz, gue males ketemu sama dia" aku menyuruh cici

"Gue samperin ya sekarang" usul cici

"Gue ngintip aja dibalik pintu" sambil melihat cici keluar kelas Fina. "Ci tu Ariz di depan kelas"

"Gue bisa liat kalik, gausa lo informasiin juga bisa!" sambil menghentakkan kaki

"Riz"

"Oit"

"gue mau ngomong sama lo"

"oke"

Disitu aku melihat cici sedang memegang pundak Ariz yang tersandar di dinding.

"Riz, Naya minta putus!"

Mengerutkan dahi "Loh kenapa? Perasaan, gue sama dia baik-baik aja?"

"Naya gasuka lagi sama lo"

''kenapa gak ngomong sendiri Naya nya?"

"Berisik lo ya, dia males ketemu sama lo, Yauda pokoknya lo sama Naya putus!" langsung pergi ke kelas Fina lagi

"Hebat juga lo om" tertawa geli

"Demi lo gue rela jadi om om preman" tertawa lepas

"Ya allah sayang gue" langsung memeluk cici

Brikal FahrezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang