HABIT (Joshua)

108 7 0
                                    

"Jisoo-ya..."

Suara lirih itu sempurna mengejutkan Jisoo yang tengah menatap ladang hijau dikejauhan. Tapi Jisoo bergeming. Pandangannya masih menerawang seolah menatap masa lalunya. Sudah lebih dari lima tahun lamanya semenjak kejadian itu berakhir, tapi trauma itu masih menjalari setiap sendi Jisoo. Jisoo telah berkorban banyak. Keluarga dan juga cintanya.

"Jisoo-ya.."

Suara itu sekali lagi lirih memanggilnya. Jisoo tahu bahwa sipemilik suara itu sudah tiba dilantai kamarnya, tepat didepan pintu. Suara itu terlalu dekat. Namun bagaimanapun, siapapun tidak boleh datang mengunjunginya saat ini. Karena dalam beberapa jam kedepan Song Minho dan Bae Joohyun akan datang menengoknya. Memberikan dukungan moral atau sejenisnya. Jisoo tidak pernah mau ambil pusing, sejujurnya yang dia butuhkan adalah ketenangan.

"Jisoo-ya.."

Panggilan itu akhirnya benar-benar mengusik Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panggilan itu akhirnya benar-benar mengusik Jisoo. Pelan Jisoo menolehkan kepalanya untuk menemukan sebuah senyuman. Senyuman yang tidak asing bagi Jisoo meskipun cukup lama dia tidak menemui sosok itu. Sosok itu membuka kamar Jisoo yang memang tidak dikunci.

"Bukankah kita sudah sepakat agar kau tidak perlu kesini. Aku akan baik-baik saja." ujar Jisoo dingin. Sosok itu tampak menyeringai. "Aku merindukanmu."

Hati Jisoo mencelos. Matanya kemudian memejam rapat. "Mereka akan segera datang, dan kau tidak boleh berada disini. Kau akan mendapat masalah. Terutama dari Joohyun Onnie." ujar Jisoo. Tapi sosok itu tidak mau diperintah, tidak ada yang bisa memerintahnya, seorangpun. Karena memang dia tidak suka diperintah.

"Aku akan tetap datang meski mereka menghujaniku dengan kutukan. Aku merindukanmu." ujar sosok itu lagi. Jisoo menggigit bibir bawahnya. Tidak tahu harus merespon apa. "Aku tak mau kau terluka. aku hanya berusaha melindungimu. Kumohon, pergilah."

Sosok itu berdecak kemuduian melangkahkan kakinya menghampiri Jisoo. "Stop, kumohon. berhenti. jangan mendekat. sudah cukup semua trauma ini." kali ini suara Jisoo semakin lirih dan air matanya luruh. Seketika Jisoo menutup kedua wajahnya dengan kedua tangannya.

Sosok itu tercekat. "Tidak bisakah aku menemui orang yang aku cintai? tidak bisakah aku mengatakan padanya bahwa selama ini aku menyesal telah memilih pihak yang berseberangan dengannya? Kumohon Jisoo-ya. Lihat aku. Kumohon."

Jisoo masih menutup kedua wajahnya dan kali ini menggeleng kuat. "Kumohon, pergilah." sosok itu terdiam, nafasnya terlihat berat, namun perlahan kakinya melangkah mendekati Jisoo dan mengulurkan kedua lengannya yang meski terlihat kurus tapi cukup kokoh dengan otot-otot yang sempurna terbentuk.

Kedua lengan sosok itu memeluk erat Jisoo yang akhirnya menyerah. Jisoo terisak, "Maafkan aku." ujar Jisoo lirih, namun sosok itu diam dan tetap memeluk erat Jisoo. Seolah dia sedang menghirup aroma Jisoo.

"Jisoo-ya, kita masih punya waktu. Kita pergi saja huh?" ujar sosok itu. Jisoo tersentak dan melepaskan pelukan sosok itu. "Oppa?? Aku akan menikah dalam dua jam kedepan." ujarnya.

Shining DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang