sembilanbelas : kembali ke Jakarta

2.4K 534 58
                                    

Nina POV

Gua ga nyangka Dani sampai mau kaya gitu. Lebih kaget lagi, dia udah mikirin bulan kapan kita bisa nikah. Sekarang gua udah di Bandara Juanda, padahal baru jam 5 pagi. Dani sengaja ambil penerbangan Pagi. Katanya biar bisa cepet ketemu Ibu sama Bunda. Jujur kali ini gua merasa Dani yang lebih niat daripada sebelumnya.

"Nanti sampai sana kita ke rumah aku aja langsung." Katanya.

"Kok ga ketemu Bunda aku dulu?" Tanya gua.

"Selama ini aku selalu kontakan sama Bunda kamu. Bahkan nentuin tanggal aja aku diskusi sama Bunda kamu. Bunda kamu kan ga mau menantu selain aku." Jawabnya.

"Yailah pede bener kamu. Ga percaya aku. Bunda ga pernah bahas ini sama aku." Kata Nina.

"Baca aja chat aku sama Bunda kamu dari semenjak kita gagal Nin. Bunda kamu ga kasih tau aku kalau kamu di Surabaya sampai aku ketemu kamu.'' Ceritanya.

Lagi gua dibikin kaget sama Dani. Selama ini gua nyangkanya Dani manusia yang pasrah sama takdir. Gua berpikiran gitu karena pas dia naksir Seren pun dia ga ada usaha. Liat usaha Dani ke gua gini. Bikin gua merasa kalau gua sudah ada di dalam hati dia. Ga kerasa air kata gua menetes saking terharunya.

"Loh kok kamu nangis?" Tanya Dani. Mukanya panik banget.

"Aku terharu kamu bisa sampai kaya gini."

"Udah ih nanti dikira aku ngapa - ngapain kamu." Ujarnya.

Selama perjalanan gua pegangin tangan dia. Saat ini gua udah yakin 100% sama Dani. Begitu sampai ke Cengkareng, kita dijemput pengantin baru. Kocaknya Rere langsung nyubit Dani.

"Sakit Renata. Istri lo kenapa sih?" Protes Dani ke Hilman.

"Ngidam dia. Udahalah ayo ke rumah, Ibu masak banyak bener." Kata Hilman.

"Iya kak, mentang - mentang lo bilang mau balik. Bahkan Ibu sampai undang Bunda sama Bundanya kak Nina. Tau nya balik berdua." Kata Rere.

"Emang kalian ga dikasih tau aku balik juga?"

"Ngga kak. Pantes ya Ibu girang, Kak Dani bawa kakak." Jawab Rere.

Sepanjang jalan ke rumah Dani gua dengerin cerita Rere. Dia kayaknya seneng banget sama pengalamannya jadi istri dan lagi hamil muda. Gua jadi berharap bisa segera. Sampai ke rumah Dani. Kita disambut Kayla. Dia langsung minta gua gendong.

"Berat ya Kay sekarang."

"Iya dong kan selring dimasakin Bunda. Aku kangen tante." Katanya.

"Kay, Tante Nina nya capek. Sini sama Om aja." Kata Dani.

"Ga mau. Ga kangen Om." Katanya. Kayla memang menggemaskan.

"Sini sama Bunda aja." Ajak Kak Egi.

Kayla mau turun dari gendongan. Gua ga bisa nahan senyum liat Kayla nurut banget sama Kak Egi. Acara pertama kita makan. Bener kata Hilman, banyak banget masakan.

"Ibu masak banyak spesial buat calon mantu yang sempet ilang ini." Kata Kak Egi, kebetulan gua duduk sebelahan sama Kak Egi.

"Kakak kali calon mantu Ibu."

"Kamu juga Nin."

"Ibu seneng deh liat calon mantu cantik cantik akrab gini." Kata Ibu.

"Ramai ya Jeng rumah." kata Bunda gua.

"Iya apalagi kalau cucunya udah nambah makin seneng saya." Kata Ibu

"Tapi lucu ya cucu dari si bungsu malah bakalan paling tua daripada cucu dari kakak - kakaknya." Ujar Bunda Hilman.

Quarter Past Five ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang