Luluh

474 5 0
                                    

Pria berpakaian formal dengan jas hitam kilat yang membalut tubuhnya tersebut tengah berhadapan dengan sahabatnya yang sempat berseteru dengan dirinya. Perkataan Jesika kemarin lah yang membawanya pada sebuah rumah yang bermodel modern eropa tersebut.

"Apa kabarmu, Luna Fredella Salvador?" sapa David yang berusaha santai mengahadapi kecanggungan.

Luna mengalihkan pandangannya dari David, enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Apa kau masih marah padaku?" David mencoba menebak.

"Menurutmu?"

"Ya, kau masih marah padaku."

Mereka berdua berada di pelataran rumah Luna, tepat di halaman rumahnya yang luas, tanpa mempersilahkan David untuk masuk.

"Langsung saja, kenapa kau datang kemari?"

David tersenyum simpul.

"Menikahlah denganku, Luna," tembak David langsung pada intinya.

Luna tak terkejut sama sekali, bahkan untuk membelalak saja ia tak sudih.

"Aku tidak mencintaimu, kita tidak bisa menikah, sudahlah lupakan semua itu, aku sudah tak ingin mengingatnya lagi."
Luna menyanggah.

"Kau pikir aku mencintaimu, aku hanya ingin bertanggung jawab atas perbuatanku, Luna," David menjeda ucapannya, kemudian kembali bersuara, "dua hari lagi aku datang kemari bersama keluargaku. Masalah cinta atau tidak itu urusan belakang.

David melenggak pergi dari teras rumah Luna. Wanita itu diam tak bersuara sedikit pun. Ia menunduk hening, pakaiannya yang acak-acakan saat ini menggambarkan betapa frustasinya dirinya yang sudah kehilangan kekasihnya. Ya! Vernon memutuskannya dua hari yang lalu, Luna bisa apa ketika 4 tahun hubungan yang di jaganya baik-baik, tiba-tiba saja kandas di tengah jalan hanya karena nafsu. Sekarang Luna juga sadar bahwa kejadian itu memang bukan sepenuhnya kesalahan David.

***

Dua hari kemudian, Luna telah berjalan berdampingan dengan sahabatnya yang baru 3 jam yang lalu mengikrarkan janji suci di depan saksi dan pendeta. Luna kini telah sah menjadi istri dari seorang David. Nama belakangnya juga telah berganti menjadi Ny. Amberlose. Lucu sekali rasanya David yang dulu menyumpahinya tak akan menikah dengan Vernon, kini malah dia yang menjadi suami Luna, walaupun pernikahan mereka sama sekali tak di landasi oleh cinta dari keduanya.

Wanita bermata elang itu menatap teduh kedua sahabatnya.
"Aku tau ini sulit untuk kalian, tapi aku yakin kalian bisa menjalani ini dengan cinta persahabatan kalian." Jesika memeluk erat Luna yang masih terdiam tanpa ekspresi.

Di samping kanan Luna, ibu serta ayahnya mendekat dan beralih memeluk serta mencium anak serta menantu tampannya, Jesika mundur dua langkah memberi kesempatan orang tua Luna bicara.

"Oh sayang, tak ku sangka kau sudah menjadi istri dari sahabat kecilmu sendiri." Tuan Salvador menangkup kedua pipi anaknya yang kini tampak tersenyum di paksakan.

"Aku juga ayah, aku sama sekali tak menyangka ini akan terjadi. Na'as betul bukan nasib ku ini?" Luna membuka suara.

"Tentu saja tidak, Luna. Kau justru beruntung bisa mendapatkan sandangan Amberlose di ujung namamu," sanggah ibu Luna, Ny. Salvador.

"Bahkan Salvador lebih baik daripada itu, ibu."

"Aku tak mempermasalahkan sandangan itu ibu. Intinya kami sudah menikah, aku berjanji akan membuatnya bahagia," janji David seraya menautkan jemari kanannya dengan jemari Luna. Istrinya itu menoleh, lalu tersenyum seakan menyiratkan kata dari dalam batinnya akan kupegang janjimu.

"Kalau begitu, David Luna. Kami kesana dulu ya," pamit tuan Salvador yang dibalas anggukan oleh keduanya, bersamaan dengan kepergian orang tua dari Luna, Jesika pun pamit hendak menyusul Axel, suaminya itu untuk berdansa.

"Hai, Ny. Amberlose."
David menggantung kelima jarinya di udara, menyapa Luna dengan sedikit candaan garing.

"Kapan acara ini akan berakhir, aku sungguh tak tahan dengan semua ini, pakaian ini sangat berat dan panas," keluh Luna, mengacuhkan sapaan David, ia justru bertanya.

David memandang gaun putih panjang sampai menyeret di lantai yang dikenakan oleh istrinya tersebut, tak lupa ia tersenyum jahil.

"Ini masih lebih baik di banding ketika kau berada di kamar kita nanti, Ny. Amberlose." Luna berhenti mengipas dirinya beralih melotot tajam kearah suaminya.

"Jangan macam-macam David, aku bisa membunuhmu!" ancam Luna dengan menunjuk David melalui tatapan horornya.

"Aku hanya meminta hak ku sebagai suamimu, apa itu salah?"

Mereka duduk di pelataran gedung memandang para undangan yang serempak memakai pakaian berwarna putih.

"Apa sekarang kau adalah suamiku, Tuan Amberlose?" Pertanyaan bodoh dari Luna.

"Tentu saja. Ny Amberlose." David tersenyum simpul, lalu ia mendekatkan bibirnya pada bibir tebal pink milik Luna. Sesaat bibir keduanya menempel. Tak ada lumatan yang Luna rasakan, melainkan sentuhan tulus dari bibir tipis seorang David. Para undangan tampak tidak terganggu akan tingkah laku mereka, sebagai pengantin baru.

"Jangan marah lagi padaku, aku tak sanggup melihat itu istriku." David memelas.

Ketika bibir mereka telah saling menjauh, Luna tersenyum hangat membalas tatapan teduh kornea hijau David.

"Akan kucoba, sahabatku."

"Tidak! Aku suamimu!" tekan David.

"Baiklah. Sahabatku, suamiku." Luna tersenyum hangat begitu juga dengan David.

"Beri aku waktu untuk mencintaimu sebagai seorang wanita pertama dihatiku. Bukan lagi cinta sebagai seorang sahabat," pinta David.

Luna mengangguk setuju.
"Begitu juga denganku, David. Beri aku waktu untuk melupakan Vernon. Dan mencintaimu sebagai suamiku."

TBC


First Night (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang