Sebuah Ungkapan [Tetap Senyum - 2]

123 3 4
                                    

Maret, 2017
.
.
.
Pengungkapan? Ya, ini soal itu. Semenjak jujur-jujuran waktu itu, banyak yang kaget mendengar cerita mereka masing-masing. Termasuk cerita gua waktu itu. Salah banget gua cerita, salahnya? 'teman makan teman nih?' Ya, jadi bahan ejekan baru. Ada juga yang gak setuju, 'lu kenapa suka sama dia si, Lis? Lu kan tau sendiri dia orangnya gitu.' dan ada juga yang penasaran 'Gimana kelanjutannya, Lis?'

Setelah gua curhat ke beberapa teman gua. Ternyata mereka juga punya masalah yang menurut gua sama. Ya, soal keberanian mengungkapkan. Banyak dari mereka yang sebelum mengungkapkan sudah menyimpulkan sebuah jawaban 'Penolakan',

Oke, gua mulai terhasut mereka. Gua juga mungkin akan mendapatkan jawaban 'penolakan'. Oke gak papa di tolak, seenggaknya gua sudah mengungkapkan.
.
.
.
Menunggu hasil kelulusan gua libur sekolah lumayan lama. Bukan sibuk memikirkan lulus/tidak lulus. Gua malah sibuk, curhat. 'Tolol!'

"Na, Gimana ya. Gua bingung dah sama sifatnya?" Tengah malam, gua iseng WhatsApp Anna. Belakangan ini gua sering curhat sama Anna,

"Kenapa emang, Lis?" Anna langsung membalas peaan gua, seperti biasa Anna masih belum tidur.

"Gua udah ikutin saran lu, Na. Soal berusaha nge-jauh itu."

"Terus?'

"Ya gitu, dia ngedeketin lagi. Baper kan tuh, udah baper. Dia ngejauh."

"Lu juga si, Lis. Baperan. Duh, maap nih sebelumnya. Gua kan emang gak suka sama si Trizka. Lu juga kenapa si, masih aja. Udah tau sikapnya gitu. Gini aja deh, lu coba nge-jauh lagi, kalo emang si Trizka deketin lu lagi. Nah saat itu juga lu ngomong dah jujur sama dia. Gitu. Oh iya, waktu itu kan Trizka ngomong ke Wahyu, ngomong apa kalo boleh tau?" Anna membalas dengan panjang lebar. Dari pesannya kayaknya Anna mulai sebal.

"Iya gak papa na, jujur lebih baik. Hmm, gitu ya. Tapi kalo itu terjadi juga, gua gak berani ngomongnya, Na. Oh itu, katanya si Wahyu si Trizka bingung, apa jalananin aja ya sama Sulis. Gitu."

"Katanya mau ungkapin, Lis. Berani dikit apa. Oh, jadi itu ya yang ngebuat lu masih deketin Trizka?"

"Gak segampang itu buat ungkapin, belum pernah juga gua ngomong langsung gitu. Coba aja lu?!"

"Yee, gua kan cewe, Lis. Tinggal nunggu aja. Ehehe"

"Iya si, dasar cewe. Huhu"

"Sekarang gua tanya nih, lu maunya apa sekarang?"

"Nasi goreng."

"Ih serius!"

"Ya gua si sebenernya cuma pengen ungkapin aja. Gak peduli jawabannya, biar lega aja udah ngomong. Tapi kalo dia mau si, bersyukur gua."

"Nah ya udah. Coba berani dikit apa jadi cowo. Harus siap mental juga sama jawabannya nanti."

"Segitunya ya, Na?"

"Iya harus!"

"Gua pengen deh, Na. Nulis cerita tentang ini. Gua cetak, jadiin buku. Terus gua kasih ke dia. Dapet jawabannya deh, tanpa perlu ngomong langsung." Gua membalas dengan khayalan.

"Gak usah, Lis. Kelamaan, ngomong langsung aja."

"Hmm, oke deh, Na. Makasih ya buat sarannya lagi. Tidur lu dah malem.''

"Iya sama-sama, Lis. Nanti gua belum ngantuk, duluan aja."

"Oke." Semenjak itu gua mulai mencoba memberanikan diri dan mempersiapkan diri untuk jawabannya.
'Tolol ya?! Iya, gua juga mikir gitu. Kenapa dulu sampai segitunya.'
.
.
.
Seminggu kemudian ternyata Trizka gak ngedeketin lagi. Ya gak mungkin juga, masa dia yang ngedeketin gua, kan dia cewe. Tapi, gua malah makin sering melihat dia sama cowo lain, bla-bla-bla. Gua nanya ke Wahyu kenapa  kok Trizka jadi gitu, lebih aneh dari biasanya dan kata Wahyu 'Trizka gitu gara-gara takut nanti gak sahabatan lagi' Ah, gitu pokoknya. Karena gak kuat, gua ceroboh,

"Triz?"

"Iya, kenapa. Lis?" Trizka membalas pesan gua

"Gua mau ngomong sesuatu."

"Apa, ngomong aja si, biasa aja wkwk"

"Tapi jangan marah nanti?"

"Iya, ngomong aja."

"Hmm, gua suka sama lu, Triz."

Terlalu cepat

"Iya udah tau, makasih ya udah suka sama gua"

"Gitu aja?" Gua bingung

"Ya, terus?"

"Lu kenapa si, belakang ini kaya berusaha ngejauh dari gua?" Gua mulai memberanikan diri untuk berbicara terang-terangan.

"Nge-jauh? Perasaan biasa aja deh."

"Itu menurut lu, kan gua yang ngersain. Kayanya lu mulai nge-jauh. Kenapa sama yang lain lu akrab-akrab aja, tapi sama gua kenapa lu kaya berusaha nge-jauh?"

Waktu itu rasanya pengen banting hp aja, kesel. Udah apa pura-puranya, Triz. Gua gak bego-bego amat. Entahlah.

Habis itu gua ngomong deh panjang lebar soal kenapa suka, bla-bla-bla. Sambil emosi. Ini yang paling bego menurut gua, salah banget. Tolol?!

"Ya, lu mau gak jadi pacar gua."

Tolol!

"Maaf, Lis. Gua..." Pasti kalian tau kelanjutannya,

Ini lebih tolol! Bego! Kenapa gua si?!

Emosi masih memuncak, gua berkata "Emangnya kenapa kalo sahabat? Gak boleh? Gak usah takut! Terus juga tadi lu bilang, cinta lu cuma buat jodoh lu. Sekarang gini. Gimana caranya lu tau itu jodoh lu tanpa nembak dulu? Hah! Emangnya..."

"Ya, lu gak bisa maksa gua dong, Lis?! Cinta ga bisa di paksa..." Trizka membela kembali, bla-bla-bla.

'Tolol kan?! Iya tolol banget gua, kenapa si dulu?!'

Malam itu penuh emosi menurut gua. Gua gak tau apa yang dipikirkan Trizka waktu itu, paginya ke sekolah. Gua ketemu Trizka, tiba-tiba,

"Lis, tolong tulisin nama gua dong di sertifikat gua. Tulisan lu kan bagus." Dengan santainya Trizka berbicara gitu, gak mikir soal tadi malam.

Entahlah, aneh, bingung?! Ungkapan yang tepat?

---

TETAP SENYUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang