Singto sendiri tidak pernah menyangka akan mengambil keputusan meninggalkan Krist. Kekasihnya yang manis yang telah bersamanya lebih dari 5 tahun.
Tapi apa daya, ayahnya sudah bertitah. Berkali-kali Krist mengatakan pada Singto bahwa dia tidak masalah jika lelaki itu ingin menikah. Selama Singto tidak meninggalkannya.
Jika Singto boleh egois dia akan langsung menerima tawaran Krist. Tapi dia tau itu hanya akan menyakiti Krist dan Pin calon istri yang dijodohkan dengannya.
Cinta Krist begitu besar untuk Singto, Singto tau itu karena dia juga mencintai Krist walau mungkin tak sedalam pemuda itu mencintainya.
Beberapa hari yang lalu Singto terpaksa kembali ke rumahnya. Apartemen yang dulu dia tinggali bersama Krist.
Padahal Singto sudah berusaha untuk tidak melupakan barang apapun. Tapi malah berkas penting yang ketinggalan.
Ting.. tong
Bunyi bel yang di pencet Singto. Bisa saja dia langsung masuk karena dia masih memegang kunci apartemen tapi tidak ingin bersikap lancang. Apalagi dia sekarang sudah tidak tinggal disana.
"Mau apa kau?" Peck muncul membukakan Singto pintu. Singto melihat jamnya, dia sedikit menaikkan alisnya ini sudah jam 10 malam kenapa Peck ada dia apartemennya. Ralat apartemen Krist.
"Aku ingin mengambil barangku yang ketinggalan"
"Barang apa? Dimana kau meletakkannya?"
"Berkas, dari klienku. Di dalam kamar, aku juga tidak terlalu ingat tempatnya dimana"
Peck mendengus kasar "apa warna mapnya?"
"Biru"Belum sempat Singto berbicara lagi Peck sudah menutup Pintunya.
Sial
Banyak pertanyaan muncul di benak Singto.
Ngapain Peck jam sebegini ada di apartemen Krist. Dan mana Krist kenapa Peck yang membukakan pintu. Ditambah lagi kenapa peck tidak mengenakan baju dan hanya menggunakan boxer.
Cukup lama Singto harus berdiri di depan pintu hingga akhirnya Peck membuka pintu dan langsung melempar berkas itu pada Singto.
"Jangan pernah kesini lagi" pintu itu langsung di tutup kasar oleh Peck.
Banyak spekulasi di otak Singto. Tapi semuanya dia tepis tidak mungkin apalagi Peck sudah beristri.
Walaupun sudah lama tidak bersama Krist, pikiran Singto masih tetap bersamanya.
Beberapa bulan lagi pernikahan Singto dan Pin akan di langsungkan.
Semua persiapan pernikahan membuat Singto lelah.
Hari ini dia dan teman-temannya janjian untuk melepaskan penanat di sebuah klub malam.
"Sing bukannya itu krist" New menunjuk ke arah sebuah meja.
Singto berusaha memperhatikan dengan seksama.
Sepertinya itu Krist, tapi siapa lelaki yang disampingnya?
Mata Singto tidak lepas dari interaksi Krist dan pria asing itu. Singto mengutuk dalam hati apa Krist sudah tidak punya malu membiarkan pria itu mengeksplor setiap jengkal tubuhnya di tempat umum.
"Kau mau kemana Sing" New menahan Singto yang sudah ingin memukul pria yang bersama Krist itu. "Kalau kau masih berencana meninggalkannya setelah ini lebih baik jangan" larang New.
Singto berusaha meredam emosinya. Sial. Sial. Sial. Tak henti-hentinya dia mengumpat. Harusnya dia menyiapkan diri melihat Krist bersama pria lain.
....
Singto memandang sendu fotonya dengan Krist yang selalu ia letakkan di dompet.
"Kit apa p' sudah salah meninggalkan mu?".....
Saat Singto pulang Singto langsung menuju kamar ayahnya. Ayahnya tengah terbaring lemah.Ayah Singto memang seringkali sakit. Tapi kali ini berbeda. Keadaannya terus memburuk. Maka dari itu saat ayahnya memohon pada Singto untuk segera menikah Singto segera mempertimbangkannya.
Dalam hidup Singto dia tidak pernah menjadi membanggakan untuk ibunya, hingga ibunya pergi. Dia tidak ingin hal yang sama terjadi pada ayahnya. Setidaknya sekali Singto ingin mewujudkan keinginan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing with Fire
FanfictionHubungan Krist dan Singto yang telah dijalani selama 5 tahun tiba-tiba hancur berantakan. Singto x Krist WARNING: RAPE CONTAIN ?