5. love me?

1.4K 101 25
                                    

"p'Sing?" Krist mengulum senyum paksa. Sekali lagi dia harus terbangun tanpa Singto disisinya.

Setelah kejadian Singto menemukannya dihotel. Singto memutuskan untuk kembali bersama Krist.

Tapi dia juga tetap menikah dengan Pin. Tapi apa peduli Krist. Selama Singto masih tetap bersamanya itu semua tidak penting.

Namun belakangan ini Krist selalu paranoid. Dia takut jika suatu saat Singto pergi dan tidak akan kembali.

Seperti sekarang sehabis melakukan seks Singto hanya menunggu Krist tertidur dan langsung pulang kerumahnya dengan Pin.

Krist segara bersiap untuk pergi ke kantor. Entah mengapa belakang ini gairahnya untuk hidup sudah mulai pudar.

Krist tidak pernah merasakan kesepian seperti ini dalam hidupnya.

....

"Krist" peck berusaha menyadarkan Krist dari lamunannya.

"Maaf, p"

"Krist, mana berkas dari perusahaan Global Plastik?"

Krist segera berusaha mencari berkas itu tapi karena lalai malah setumpuk berkas di mejanya ikut terjatuh.

"Krist, kamu ga apa-apa?" Peck memandang khawatir.

"Maafin, krist p' krist akan segera cari berkasnya"

Peck menahan tangan Krist segera dan menarik tubuh mungil Krist dalam pelukannya.

"Krist, tolong cerita sama p' kalo kamu ada masalah. Jangan kayak gini" Krist mulai menangis dalam pelukan Peck.

"P' sebenarnya"

Krist menceritakan semua kejadian yang dia lalu kepada Peck.

"Kamu mau p' transfer ke cabang perusahaan di china? Menurut p' kamu harus mencari suasa baru Krist. P' tidak mau kamu terus-terusan seperti ini"

"P' aku mohon jangan. Krist minta maaf kerjaan krist belakangan ini berantakan. Krist sumpah besok ga lagi"

"Krist bukan itu masalahnya. P' ga mau kamu jadi stres. Liat badan kamu sekarang. Kamu kurus banget Krist. P' khawatir!"

Krist sedih terus-terusan seperti ini. Dengan saran dari Peck dia mengambil cuti seminggu.

Rencananya dia ini mengajak Singto liburan ke luar kota.

Malam itu baru jam 7 Singto sudah ada di apartemen. Seperti biasa mereka makan bersama lalu bersantai. Krist duduk di atas pangkuan Singto.

Dari belakang Singto memeluknya erat.

Sesekali dia menyesap dari belakang wangi harum dari lambut Krist.

"P' , kit ngambil cuti" cerita Krist ragu.

"Ke-kenapa krist? Kamu sakit? Atau kamu"

Krist langsung meletakkan tangani di bibir Singto agar dia berhenti bicara.

"Kit capek p'. Kit butuh liburan. P' bisa temanin kit?" Mata Krist menatap Singto penuh pengharapan.

"P' usahain" jawab Singto ragu.

Mendengar jawaban itu enah kenapa hati Krist mendingin.

Sakit.

....

Sudah 2 hari sejak pertemuan terakhirnya dengan Singto. Singto tidak pernah lagi datang ke apartemen mereka. Singto bahkan tidak menjawab telpon dari Krist.

Krist benar-benar takut.

Dia bisa saja langsung datang ke kantor atau rumah Singto tapi Krist menahan dirinya. Dia sudah berjanji pada Singto, kalau dia tidak akan pernah menemui Singto. Hanya Singto yang boleh datang kepadanya.

Krist terus memandang keluar jendela apartemennya. Siapa tau saja Singto datang.

Krist sangat merindukan pria itu. Saking rindunya Krist yakin dia bisa mati kalau lebih lama tidak bertemu Singto.

Hujan di luar seakan menggambarkan hatinya. Yang tengah gundah. Krist sengaja mengenakan kemaja Singto yang kemarin dia gunakan agar bisa tetap merasakan aroma Singto.

"Itu mobil p'sing" ucap Krist riang. Saat melihat mobil yang biasa Singto gunakan parkir di depan gedung apartemennya.

Tanpa berpikir Krist langsung berlari turun ingin segera menemui Singto. Saking rindunya dia dengan Singto, Krist bahkan tidak menaikin lift. Dia lebih memilih tangga darurat agar bisa bertemu Singto segera.

....
Singto hanya ingin melihat apartemen yang selama ini ditinggalinya dengan Krist dari kejauhan. Setidaknya itu bisa menghibur sedikit kerinduannya pada Krist. Saat inin ia tidak bisa menemui Krist dulu.

Tapi saat dia sudah merasa cukup dia malah melihat Krist berlari keluar dari apartemennya.

Tubuh Krist basah kuyub karena diguyur hujan deras. Kemeja Singto yang ia gunakan malah mencetak semua lekukan tubuhnya. Belum lagi dibalik kemeja itu Krist cuma menggunakan celana pendek yang tidak kelihatan karena beju Singto kebesaran di tubuhnya.

Mana mau Singto membiarkan pemandangan itu dilihat orang lain. Dia takut akan ada orang jahat yang menyakiti Krist jika melihat penampilannya yang sexy itu.

Segera dia keluar dari mobil. Dan membawa Krist kembali kedalam apartemennya.

"Kamu kenapa sih kit? Keluar hujan-hujanan gitu! Nanti kamu sakit" marah Singto.

Tapi krist tidak peduli dia segera memeluk tubuh Singto. Sangat erat. Seolah tidak ingin membiarkan Singto pergi darinya.

"Kit, ayo kita mandi dulu" ucap Singto lembut dia berusaha melepaskan pelukan Krist.

"Apa p'Singto mau pergi lagi?''

"P'sing, mau pergi lagi?"

" Ngga, p'sing cuma mau ngisi air di bathtub buat kita mandi"

Setelah mengisi bathtub dengan air hangat Singto juga memasukkan sabun dan rampah-rempah agar Krist bisa lebih relaks.

Anggap aja itu Kit ama p'Sing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggap aja itu Kit ama p'Sing

"P'" ucap Krist manja. Dia sedikit berdiri untuk membuka kancing baju Singto.

"Temenin, Kit mandi yah"

.....

Krist langsung tertidur setelah mandi dan malayani Singto di kamar mandi tadi.

Singto menyelimuti Krist dengan bedcover.

Matanya lekat melihat wajah Krist yang semakin tirus. Padahal dulu pipi Krist sangat gembil. Dan selalu menjadi sasaran buat Singto cubit.

"Kit, tunggu sebentar yah. P' janji akan mengembalikan semua kebahagiaan kita" ucapnya lirih. Air mata Singto jatuh saat dia mencium pipi, kening, mata dan tidak lupa bibir krist lembut.

Seperti biasa Singto pergi meninggalkan Krist saat pemuda itu tertidur.

Tapi sesungguhnya hati dan pikirannya hanya untuk Krist.

Playing with FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang