Part.17: Werk Hard, and Sleep Hard

272 8 0
                                    

Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama disana bersama dengan Max dan yang lainnya. Namun begitu ku dengar jadwal mereka akan padat mulai besok, maka kuurungkan niatku untuk tinggal lebih lama disana dan memilih untuk pulang kerumah Selena yang mungkin saja dia sendiri sudah pergi seperti yang sudah dia katakan waktu itu. Sesampainya di rumah Selena, aku di sambut lagi oleh tuan rumah yang berwajah suram dan sangat kuyakini bahwa ini adalah efek dari menonton berita tentang Taylor di televisi. Kemudian, tanpa ku kira sebelumnya, Selena memelukku erat dan mulai menangis seperti anak bayi. “Wassup, Sel?” tanyaku berpura-pura tidak tahu. Selena sesegukan di dalam pelukanku. Memangnya dia tidak mencium aroma aneh dari baju barunya, apa? Biasanya hidungnya cepat sekali mencium aroma-aroma tak mengenakkan seperti ini. “Taylor, Kim…” “Taylor kenapa, Sel?”

Sekarang adalah waktunya aku berakting sebagus dan senatural mungkin hingga aku patut diberikan penghargaan seperti yang Justin dapatkan. “Taylor masuk penjara, Kim..” suara tangisan Selena makin terdengar jelas. Dalam hatiku, aku sebenarnya sudah melompat-lompat setinggi langit dan sudah menyumpah serapahi Taylor agar dia abadi di dalam penjara dan tak akan mengganggu Selena dan Justin lagi. “Temen lo yang waktu itu? Astaga..sayang banget. Kok bisa? Padahal dia kan orang baik. Hidup emang ga adil banget, ya?” cerocosku. Padahal di dalam hati, aku ingin memuntahi ucapanku sendiri. Selena mengangguk sambil melepaskan pelukannya denganku. “Dia nyetir sambil mabuk dan dia juga ngonsumsi narkoba.” Mata dan hidung Selena kini sudah merah. Kecantikannya perlahan luntur akibat dia menangis. Jangan-jangan, wajahku saat menangis kelihatan sejelek ini, lagi?! Biarlah. Menangis atau sedang tak menangis, wajahku tetap jelek juga.

Ku ajak Selena masuk dan duduk diatas sofa. Untuk meredakan tangisannya, akan kubuat teh seperti yang sudah Nathan ajarkan padaku kemarin. Dijamin, Selena pasti akan berhenti menangis dan malah akan berkonsentrasi pada lezatnya rasa teh ini. Tetapi sebelum itu, aku harus memastikan kalau bahan-bahan yang kubutuhkan untuk membuat teh, sudah tersedia disini. Aku berjalan menghampiri Selena yang sedang duduk. Dia masih saja menangis. Untuk apa sih, menangisi orang seperti Taylor? “Nih ada teh buat lo. Mending diminum dulu.” Selena menatapku tak percaya. “Sejak kapan lo bisa buat teh? Perasaan dulu waktu masih kecil, gue terus deh yang bikin teh.” Perkatannya ada benarnya juga sih. Saat kami masih kecil dan suka sekali mengadakan permainan pesta teh bersama boneka-boneka kami, Selena lah yang membuat teh dibantu oleh Mom.

Mataku tak kualihkan dari Selena ketika dia sedang meminum teh buatanku. Aku penasaran bagaimana responsnya setelah merasakan teh buatanku dengan resep dari Nathan. Mata Selena yang tadinya tertutup saat meminum teh buatanku, kini terbuka lebar seperti melotot. Bibirnya mendecap-decap dan matanya melotot. Dia membuatku makin penasaran saja akan rasanya. “Sial! Enak banget teh bikinan lo! Nge-cheat, ya?!” ucap Selena setelah itu dia meminum tehnya sampai habis. Senang juga sih, mendengar teh ku dikatai enak meskipun resepnya dari Nathan, tapi kan aku yang membuatnya. Ku dorong tubuhnya hingga terdorong ke kanan. “Sirik sih sirik. Tapi jangan ngatain gue nge-cheat, kali.” Omelku. Selena membalas ucapanku. “Dulu kan elo yang sering banget nge-cheat.” Sial, wanita ini memang suka sekali menghinaku. Bisa-bisa, dia akan kujadikan umpan untuk Isaac kalau begini caranya. “Tapi, Kim.” Aku menoleh kearahnya. “Teh-nya enaak~ bikin lagi donngg..” aku menatapnya jijik. “Kalo gue males, gimana?” “Iiihhhh!! Muuummmyyyyy~ Kim nakaaaallll!!” “Tukang ngadu! Bodo amat. Gue cabut, ah.”

Saat aku berjalan menuju tangga, Selena melempar bantal sofa-nya hingga mengenai bokongku dan hal itu membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. Aku tak mengatakan apa-apa selain hanya menunjukkan jari tengahku yang panjang dan berlari meninggalkan Selena yang masih tak berhenti tertawa disana. Habis menangis, tertawa. Dasar wanita aneh. Ku lempar tasku keatas tempat tidur Selena setelah itu aku juga melempar diriku keatas tempat tidur. Mendadak aku teringat dengan ponselku yang selalu ramai dengan pesan dan misscall yang biasanya jarang ku lihat. Tumben sekali ponselku sepi tanpa satupun notifikasi berarti. Apa aku mengirim video waktu itu pada Justin saja, ya? Bukan yang ada Taylor-nya, melainkan video Selena yang waktu itu di tempat tidur. Pasti dia akan senang melihatnya.

KIMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang