"Takut? Kematian? Mereka adalah teman baikku sejak dulu,"
"Scotch, double!" seru Galena pada bartender pria di hadapannya. Wajah datar Galena seolah menjelaskan ketidak peduliannya pada suasana bar yang sangat berisik karena suara musik yang di mainkan DJ dan banyak pria yang terus menerus merayunya."Martini satu, Max!" pinta Oriel sambil mengangkat satu tangannya.
Malam ini Galena dan Oriel pergi ke sebuah bar yang sudah sering mereka datangi. Dan Max adalah adalah pemilik bar itu.
"Turut berdukacita atas kematian paman Eric, Galena," ucap Max sambil memberikan segelas martini pesanan Oriel.
"Hmm. Terimakasih, Max," balas Galena dengan memberikan senyum tipisnya. Ia meminum segelas shotchnya dengan sekali tegukan, lalu ia berjalan menuju Dance floor. Meninggalkan Oriel dan Max yang memperhatikannya dari meja bar.
"Kau harus selalu menjaganya, Oriel. Kehilangan orang yang disayangi itu sungguh sangat menyakitkan, kau tahu?" Kata Max. Ia kembali mengisi gelas kosong Oriel dengan martini.
"Kau tak perlu mengajariku, Max. Perlu kau ketahui, disekitarnya selalu ada beberapa orangku. Aku sangat mengerti betapa terpukulnya dia atas kepergian paman. Kau bahkan tak melihat betapa murkanya dia kemarin ketika melihat mayat paman yang begitu mengenaskan," ujar Oriel sambil memperhatikan Galena yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik.
"Aku tahu tanpa harus melihatnya. Mungkin itu hanya sesaat. Dan setelahnya akan ada permainan indah yang diciptakan Galena," ujar Max lagi.
"Ya. Sangat indah. Dan mungkin ini akan menjadi permainan terindah yang di mainkannya,"
Begitu banyak pria yang mencoba mendekati Galena dengan berusaha mendekatkan tubuh mereka dengan Galena yang sibuk menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil sesekali menggelengkan kepalanya.
Di tempat yang sama, Zefannio ikut memperhatikan Galena dari lantai dua. Rasa penasaran melingkupi dirinya. Namun disisi lain dari dirinya merutuki dan mengatakan kalau ia terlihat bodoh, menyukai wanita yang baru saja di lihatnya.
"Apa perlu aku bertanya pada Max siapa wanita itu? Mungkin ia mengenalnya," ucap Oliver, teman dekat Zefannio
Zefannio tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya. "Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta Oliver. Aku bahkan tidak mengenal siapa wanita itu. Lagi pula, aku belum siap untuk berkomitmen dengan seorang wanita. Mereka sedikit merepotkan,"
"Well, kadang berbicara memang lebih mudah dari pada membuktikan," Oliver meneguk vodka-nya sejenak. "Apa belum cukup waktu empat belas tahun untuk melupakan tentang semua masalalu mu itu?"
Zefannio mengalihkan tatapannya dari Galena, "Lihat! Siapa yang bicar berbicara!"
Oliver kembali mengisi gelas mereka yang sudah kosong. Wajahnya terlihat lelah dengan sifat Zefannio yang masih terkurung di masalalunya dan semua kepahitan yang pernah di rasakannya.
🔫🔫🔫
Pagi ini Galena terbangun lebih cepat. Kepalanya terasa berat sekaligus sakit akibat hangover. Ia memperhatikan setiap sudut kamarnya. Kamar yang selalu di tempatinya ketika berada di rumah Eric yang saat ini terlihat sepi namun tetap terawat.
Kilasan memorinya dengan Eric seakan berputar di pikirannya. Mulai dari ketika Eric berlari mengelilingi kamat untuk mengejar Galena, sampai ketika Eric membacakan dongeng tentang putri yang tinggal di sebuah kerajaan besar yang sangat di sukai oleh Galena.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stranger In Suit
RomanceInsiden kejam 14 tahun yang lalu, kini telah merubah keseluruhan hidup seorang gadis kecil menjadi sosok dingin, kejam, penuh misteri, dan bahkan tak tersentuh. Semua hal itu tersembunyi di balik wajah cantik nan menawan bak dewi Yunani-nya. Den...