Bab 1

107 7 3
                                    

"Don't trouble the trouble. If you trouble the trouble, the trouble will trouble you!"

Suara deringan ponsel itu berhasil membangunkan gadis cantik yang sedang bergelung di bawah selimutnya yang hangat. Ia mengangkat badannya dengan malas dan kaget melihat jam digital di atas nakas yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Argh... Terpujilah mereka para penemu ponsel.

Ia memiringkan tubuhnya untuk meraih ponsel yang terus meraung itu, lalu menempelkannya ketelinga setelah menggeser tombol hijau di layarnya.

"Mengapa kau lama sekali menjawab telepon mommy? Apakah kau tidak tahu kalau ini sudah pagi? Bukankah kau akan melamar kerja hari ini? Ayo bangun, Galena," gadis yang diketahui bernama Galena itu menghembuskan nafasnya sejenak saat mendengar ocehan panjang dari mommy-nya itu.

"Yes, mommy, i know,"

"Wake up now! dan jang---"

"Apakah itu Oriel? Dia sudah pulang? Mengapa mommy tidak memberitahuku?" Galena langsung duduk di tempat tidurnya.

Di seberang sana, ponsel yang semula ada di tangan mommy, kini sudah berpindah ketangan Oriel yang sedang tertawa. Mommy menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju dapur. Membiarkan kakak beradik itu berbicara sepuasnya.

"Hallo, pangeran tampan dari kerajaan Anderson. Apakah kau sudah lupa dengan kakakmu ini, hm?" Galena membenarkan posisi duduknya dan menarik selimut untuk menutupi kakinya.

"Hallo, juga putri cantik dari kerajaan Anderson. Adikmu ini tidak akan pernah melupakamu," balas Oriel sambil mengerling nakal di seberang sana. Walaupun ia tahu kalau Galena tidak dapat melihat hal itu.

"Lalu mengapa kau tidak memberitahuku kalau kau sudah pulang? Apakah barcelona sudah mengubah dirimu menjadi lebih buruk seperti ini?" Oriel meringis mendengar perkataan kakak tercintanya itu. Ia melangkah keruang tamu dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana.

"Ini semua usul daddy. Kami berencana ke apartemenmu besok,"

Galena membungkam. Kalau sudah menyebut daddy, tidak akan ada yang berani melawan. Tapi tunggu, adiknya itu sangat usil. Ia sering mengatas namakan daddy demi melancarkan aksinya untuk mengerjai Galena. Namun Galena hanya bersikap biasa saja. Kali ini ia membiarkan adik nya itu bertindak sesukanya.

Selanjutnya mereka melanjutkan percakapan mereka di selingi canda tawa dan sesekali pertengkaran kecil yang membuat Galena merasa ingin melempari adiknya itu dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Ketika berjalan bersama, banyak orang yang mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih yang sangat romantis. Terlihat saat Oriel selalu merangkul pinggang Galena atau Galena yang melilitkan tangannya di lengan Oriel dengan gaya manja. Bukan tanpa alasan mereka seperti itu. Itu semua adalah permintaan Oriel sendiri, agar para wanita yang melihatnya tidak selalu mengejar-ngejarnya. Dengan wajahnya yang tampan bak dewa yunani, membuatnya digilai banyak wanita. Namun baginya, ia masih belum ingin terikat pada wanita manapun sebelum ia berhasil membuat Galena bangga padanya.

"Aku akan mengantarmu, kak. Aku akan tiba sepuluh menit lagi" Oriel mengakhiri pembicaraan mereka.

"Hm...baiklah," Galena menekan tombol merah di ponselnya dan kembali menaruhnya di atas nakas.

The Stranger In SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang