Bab 4.

34 5 0
                                    

"Satu nyawa yang lahir, akan dibalas dengan satu nyawa yang akan mati. Ketahuilah, mungkin itu sudah menjadi hukum alam"

Galena POV~

Disinilah aku sekarang. Disebuah bar yang semakin lama terlihat semakin ramai saat jarum jam sudah menunjuk ke angka kecilnya.

Saat ini aku tengah menunggu orang itu. Orang yang akan menjadi target dalam misiku kali ini. Berdasarkan dari informasi yang ku tetima orang itu selalu mendatangi bar ini setiap harinya dan pulang dengan membawa seorang wanita yang sudah di bayarnya untuk menghangatkan ranjangnya.

Sangat menjijikkan! Sebenarnya aku tidak ingin menggunakan cara lama ini. Namun dengan sangat terpaksa hal ini harus aku  lakukan. Karena tidak ada cara lain untuk menemui manusia haus nafsu sepertinya.

Aku terus memantau sekelilingku untuk mencarinya dan...Dapat! Aku menemukannya. Seperti dugaanku, dia selalu datang dengan seorang...ahh tidak, dua orang wanita denga pakaian sangat minim di kanan dan kirinya.

Ia duduk di sebuah sofa dan beberapa wanita mendatanginya dan menggerayangi tubuhnya.

Ku biarkan ia bersenang-senang selama beberapa saat dengan para jalangnya sambil menikmati martini yang ada di hadapanku.

Tik

Tok

Tok

Tring!

Here we go!

Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan seperti orang mabuk ke arahnya. Ku lihat wajahnya tampak seperti orang yang keheranan tapi aku mengabaikannya. Aku mendudukkan tubuhku di pangkuannya. Tanganku menjalar kewajahnya perlahan lalu mengalungkan tanganku ke lehernya.

Wajahnya semakin kalut saat aku mendekatkan bibirku dengan bibirnya. Semakin lama ia semakin hanyut dalam permainanku dan membalas ciumanku.

Kubuka mataku dan melepaskan ciuman kami. Gairah sudah menguasainya lalu aku bangkit dan meninggalkannya.

Selangkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Aku merasa seseorang memelukku dari belakang. Begitu erat dan bibirnya bermain di leherku.

Aku membalikkan tubuhku. Dan benar saja itu dia. Dan ia mendekapku erat dan kembali menciumiku. Dasar pria!

Ia membopongku menuju lantai dua. Terdapat beberapa kamar tempat para jalang menghabiskan malamnya dengan para peria tolol yang kehausan belaian.

Jalang? Apakah kalian beranggapan aku juga sama seperti mereka? Ah...mari kita buktikan. Maka kalian akan tahu kalau sebuah berlian akan tetap menjadi berlian walaupun ia di buang ke tempat sampah sekalipun.

Ia membanting tubuhku dengan kasar ke atas ranjang dan langsung menindih tubuhku. Ia menciumi bibirku seperti orang rakus. Lalu turun ke leherku.

Aku tersenyum melihatnya semakin menggila ketika aku mengeluarkan desahanku. Dia terus menggerayangi tubuhku aku mencoba membalasnya sama brutalnya.

"Ouch!" Keluhku ketika tubuh pria itu jatuh di atas tubuhku. Aku tersenyum lebar.

Dengan cepat aku mendorong tubuhnya hingga berbaring di sampingku. Namun aku sedikit heran. Apakah pria ini benar targetku? Atau hanya tangan kanan dari target utamaku?  Melihatnya yang dengan gampang di bodohi seperti ini membuatku heran. Namun dari protokol utamanya memang dialah targetku.

Namun tetap saja aku harus berhati-hati. Ku sibakkan sedikit rokku dan mengambil sebuah suntikan kecil disana lalu ku suntikkan tepat di bagian jantungnya.

Suntikkan itu sudah di isi dengan dengan serum yang membuat korbannya akan terlihat seperti mati karena terkena serangan jantung. Lalu aku membuka sarung tangan silikon yang sedari tadi aku gunakan dan memasukknnya kedalam tas berukuran kecil di pinggangku.

Apa kalian sudah melihatnya? Dengan bangga aku mengatakan aku tetaplah menjadi berlian dalam permainan ini. Oh! Sungguh aku sangat senang bermain.

🗡🗡🗡

"Tolong! Tolong!" Teriakku dengan wajah ketakutan di pintu kamar sambil memegangi selimut putih yang melilit menutupi tubuhku.

"Ada apa denganmu?" Tanya seorang pria bertubuh tinggi menghampiriku.

"It... itu pria itu me...meninggal" jawabku sambil menangis histeris. Pria itu langsung memelukku. Mencoba menenangkanku. Atau lebih tepatnya mencari kesempatan atas ketakutanku saat tangannya membelai punggungku. Cih!

Lalu ia masuk ke kamar untuk memeriksa mayat pria itu. Aku melihatnya dengan senyum samar.

🗡🗡🗡

"Sial! Siapa yang sudah berani membunuhnya?!"

Ke empat pria berbadan besar di depannya menundukkan kepala. Mereka takut melihat wajah Zefannio sekarang.

"Menurut pemeriksaan, dia terkena serangan jantung tuan," Seru salah satu pengawal.

Dor!

Dor!

Zefannio menembak kepala dua pengawalnya. "Tidak mungkin! Aku sudah lama mengenalnya!" emosi Zefannio semakin membuncah.

"Cepat periksa tempat itu lagi. Aku yakin ada sesuatu di balik kejadian ini," pinta Zefannio.

"Baik tuan,"

🗡🗡🗡

Zefannio menghisap dalam rokoknya sambil melihat lampu-lampu kendaraan di bawah sana yang terlihat seperti bintang.

Pikirannya melambung entah kemana. Ia kembali menghisap rokoknya dan membuang rokok yang masih tersisa banyak lalu berjalan masuk kekamarnya. Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang dan melihat foto seorang anak kecil sedang tersenyum manis duduk di ayunan di atas nakas itu.

Ia tersenyum kecil dengan wajah yang tak terbaca.

"Sudah enam belas tahun dan kau masih belum ku temukan, Princessa." Ucapnya pelan. Wajahnya berubah sendu.

🗡🗡🗡

Tbc
-------------------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Stranger In SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang