"Fisik yang menawan adalah kamuflase terbaik untuk menyembunyikan sifat terburuk sekalipun,"
"Bawa dia ke mansionku," ucap seorang pria dengan nada berat. Sangat terlihat kalau ia sedang berusaha menahan amarahnya yang saat ini telah sampai di ubun-ubun.
Ia keluar dari ruangannya dan masuk ke lift khusus direksi. Rahangnya terlihat mengeras walau wajahnya biasa saja.
Sesampainya di lantai bawah, ia berjalan ke lobi dan langsung di sambut dengan lamborghini silver yang terlihat begitu elegan. Ia memasuki lamborghini itu dan langsung memacu mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Membelah jalanan yang sedang tak terlalu ramai.
🔫🔫🔫
"Dia ada di ruang bawah tanah, tuan," ucap seorang pria paruh baya dengan rambutnya yang setengah beruban kepada tuannya yang baru saja datang.
Pria itu mengangguk sekilas lalu berjalan menuju tempat yang dimaksud oleh salah satu pelayannya tadi.
Pria itu terlihat menuruni beberapa anak tangga, lalu berbelok di lorong yang hanya di terangi lampu-lampu kecil yang membuat suasana semakin mencengkram. Suara ketukan sepatu terdengar sangat mengintimidasi. Hingga pada akhirnya ia sampai di pintu hitam yang memiliki tanda silang besar merah di tengahnya.
Suara decitan terdengar saat pria itu membuka pintu ruangan itu. Dan ia langsung mendapati seorang pria dengan tangan dan kaki terikat tengah bersujud dan kepalanya tertunduk di tengah ruangan. Di wajah dan bagian tubuh lainnya terdapat banyak luka yang mengeluarkan darah yang kini hampir mengering karena ia mencoba melawan saat akan di bawa tadi.
"Bagaimana kabar anda tuan Eric?" Zefannio berjalan mendekati pria itu. Ia menarik sebuah kursi kayu dan mendudukkan dirinya di sana.
Pria bernama tua Eric itu tersenyum miring sambil menegakkan kepalanya. "Seseorang akan datang mencarimu dan membawamu ke neraka!" katanya dengan suara menantang. Tak terlihat ringisan sedikit pun dari wajahnya.
"Whoa... Aku akan menanti kedatangan orang itu," tantangnya. "Aku akan menyiapkan karpet merah dan sebuah pesta yang meriah untuk menyambut kedatangannya. Ya. Sebelum aku...membunuhnya, mungkin," tawanya menggelegar di ruangan itu. Lalu ia mengambil sebuah pisau lipat yang selalu berada di kantung celana dan memainkannya.
"Apa kau takut, huh? Akhh!" Eric mengerang menahan sakit saat pisau yang di lempar Zefannio itu tertancap di bahu kirinya.
"Aku? Takut? Seorang Zefannio tidak mengenal takut! Dan perlu kau tahu, aku tidak akan mudah di bunuh!" ucap Zefannio sambil menarik pisau itu perlahan.
Ia tersenyum bangga melihat darah yang mengalir deras dari luka itu. "Sungguh kehormatan bagiku melihat kau tersiksa seperti ini, tuan," Zefannio membungkuk, memberi hormat pada Eric yang tergeletak lemas karena kehilangan banyak darah di lantai. Lagi-lagi tawa Zefannio terdengar sangat keras di ruangan itu.
"Bersiaplah untuk kedatangan malaikat mautmu, Zefannio. Bajingan sepertimu tak layak untuk hidup!" seru Eric sebelum...
Dor! Dor!
Dua buah peluru yang di muntahkan revolvernya berhasil menembus dahi dan jantung Eric.
Zefannio tersenyum miring. "Sebenarnya aku masih ingin bermain-main denganmu. Namun mulut pecundang sepertimu membuatku muak!" Katanya dan meninggalkan mayat pria itu.
"Bereskan dia dan kirim kembali ke rumah keluarganya," pinta Zefannio pada dua orang penjaganya yang sedari tadi menunggu di depan pintu.
🍁🍁🍁
Cittt!
"Apa-apaan kau ini, Oriel?!"
"Kita harus pulang sekarang, kak," Oriel terlihat tergesa-gesa memutar stir mobilnya. Ia mematikan bluetooth headset yang ada di telinganya.
"Ada apa? Apa yg sedang terjadi?" tanya Galena kembali, namun Oriel tak menjawab. Wajahnya terlihat begitu tegang seperti Oriel.
Oriel memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mengabaikan makian beberapa pengemudi lain saat ia berbelok dan memutar mobilnya dengan tiba-tiba.
"Untuk apa kita kesini?" tanya Galena saat mobil Oriel memasuki pekarangan depan mansion paman mereka. Namun Oriel tidak menjawab pertanyaan Galena.
Rahang Oriel semakin mengeras saat melewati pintu utama mansion itu. Ia terus berjalan dengan langkah besar menuju halaman belakang dan terdengar suara tangis mommy saat mereka sampai di tempat itu.
"Mommy, what happened?" tanya Galena panik saat mendapati mommy menangis keras di pelukan daddy yang sibuk menenangkan istrinya itu.
"Pamanmu, Galena, pamanmu!"
"Kenapa mommy? Ada apa dengan PAMAN!" teriak Galena ketika melihat mayat Eric, pamannya tergeletak di tanah. Ia segera berlari menuju mayat itu.
Mayat itu benar-benar sangat mengenaskan, dengan sayatan di seluruh tubuhnya dan perut yang memiliki bekas jahitan yang panjang. Yang terakhir, terikat sebuah kalung anjing di lehernya.
"Paman! Bangunlah paman. Katakan padaku siapa yang membuatmu menjadi seperti ini?!" teriak Galena sambil mengguncang-guncang mayat Eric. Tangannya mengepal kuat, menahan amarah yang kini sudah di ubun-ubun.
Kejadian itu seperti terulang lagi. Kejadian yang membuatnya terpuruk dan menjadi sering melamun seperti orang yang tidak bernyawa. Semangatnya kembali, ketika daddy dan mommy berusaha keras membujuknya. Galena hanya memaksakan dirinya agar terlihat di depan kedua orangtua angkatnya. Namun tidak ada yang tahu, ketika malam tiba Galena selalu menekuk lututnya dan menangis di atas tempat tidurnya.
Namun ketika Oriel lahir, Galena sangat senang. Apalagi ketika tangan mungilnya menggenggam jari-jari Galena. Kala itu Galena menaruh janji pada dirinya sendiri untuk berubah. Dan selalu menjaga Oriel.
Ketika umur Oriel berumur tiga tahun, Galena bertemu dengan Eric, adik mommy yang baru saja sampai dari Milan.
Baru beberapa hari berada di New York, Eric terlihat begitu menyayangi Galena, dan mengatakan kalau wajah Galena sangat mirip dengan putrinya. Namun ketika Galena menanyakan dimana putrinya itu, Eric diam.
Hari terus berganti. Segalanya telah berubah semenjak Eric mengatakan kalau Galena bisa menganggapnya sebagai orangtua laki-lakinya sama seperti daddy dan setelah mengatakan itu, Eric mendidik Galena menjadi gadis yang kuat. Hingga akhirnya satu fakta Galena dapati, kalau ternyata Eric adalah salah satu agen rahasia terdidik dan juga terpercaya.
Tidak sampai setahun, Galena mampu mempelajari apa yang di ajarkan oleh Eric. Mulai dari cara membidik musuh, membaca gerakan musuh, sampai menyerang musuh dengan mata tertutup. Semuanya terlihat begitu mudah bagi Galena. Melihat hal itu, Eric membawa masuk Galena kedalam dunianya.
Tahun demi tahun berlalu, tepat pada umur delapan belas tahun Galena sudah menjadi Agen terhebat dengan Eric sebagai mentornya. Ia mampu menyelesaikan banyak misi dengan baik dan tanpa cela sedikit pun.
Hingga pada umur dua puluh tahun, Galena di gadang-gadang akan menjadi pemimpin agen. Karena pemimpin yang sekarang sudah memasuki masa pensiunnya. Melihat kemampuan Galena yang mampu menyelesaikan tiga mici tipe C dalam waktu delapan bulan, membuat selutuh petinggi agen tertarik. Padahal batas waktu untuk misi tipe C adalah satu tahun setengah. Bagi seluruh agen itu adalah misi paling berat dengan potensi kehilangan nyawa 99,9%.
Namun kini semuanya sirna. Eric, paman sekaligus ayah terhebatnya telah pergi meninggalkannya. Membiarkannya menjalankan hari demi hari sendirian.
Tbc.
🍁🍁🍁
-------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stranger In Suit
RomanceInsiden kejam 14 tahun yang lalu, kini telah merubah keseluruhan hidup seorang gadis kecil menjadi sosok dingin, kejam, penuh misteri, dan bahkan tak tersentuh. Semua hal itu tersembunyi di balik wajah cantik nan menawan bak dewi Yunani-nya. Den...