H

4.3K 628 23
                                    

mungkin ini bakal panjang banget hehehehe❤

-------

July, 2016.

Jeongin harus merutuki kebodohannya yang terlambat bangun, padahal sang ibu sudah meneleponnya berkali-kali tapi telinganya seakan ditutup hingga sama sekali tidak terbangun.

Dan, lihatlah sekarang? Pagi-pagi ia sudah berlari-lari untuk sampai ke halte bus. Bisa-bisanya seorang Yang Jeongin terlambat di hari pertamanya di perguruan tinggi.

Ia menyumpahi dirinya sendiri, Jeongin entah harus berterimakasih kepada siapa, bus yang ia tunggu masih belum pergi. Dengan langkah lebar ia masuk ke bus itu, tapi mungkin semesta sedang tidak bersahabat dengannya. Lelaki manis itu tidak membawa kartunya dan tidak membawa uang kecil. Rasanya ia bisa menangis sekarang juga.

"Dua ya pak, sama dia." Sahut suara seseorang, Jeongin tidak jadi menangis, ia hanya menatap lelaki yang sudah mendahuluinya.

"Kamu jadi ikut tidak? Sudah dibayari." Jeongin langsung mengangguk, dan mencari tempat untuk duduk. Ia melihat lelaki itu yang berdiri sembari mendengarkan musik, mungkin?

Jeongin ingin berterimakasih tapi wajah lelaki itu terlihat dingin, maka diurungkannya. Tapi hei... Ketika seseorang sudah menolong maka kita harus mengucapkan terimakasih bukan?

"Kak," Panggil Jeongin sedikit berbisik. Yang Jeongin mendengus, panggilannya tidak digubris sama sekali.

"Oke, ada baiknya aku diem aja." Si mungil hanya diam, sampai tempat tujuan. Kali ini dirinya harus terkejut lagi.

Lelaki itu juga turun di tempat tujuan yang sama!

Jeongin memilih untuk berjalan dibelakang lelaki itu dan menjaga jarak jauh sekali, ia takut dikira penguntit.

Mungkin hari ini adalah hari sial seorang Yang Jeongin, bertemu dengan lelaki judes yang sombong. Tapi, harus Jeongin akui, lelaki itu tampan.

"Jeongin, ayo ke kantin." Ajak teman barunya, lelaki manis itu pun mengangguk riang karena ia juga sedang lapar, cacing-cacing di perutnya meronta meminta makanan.

"Kamu mau beli apa?" Han Jisung, si lelaki imut yang menjadi teman baru Jeongin adalah salah satu mahasiswa tingkat ketiga, tapi ia harus mengulang di satu mata kuliah yang akhirnya menjadikannya teman sekelas Jeongin.

"Apa aja, kak."

Jisung mengangguk, dan setelahnya ia tenggelam dalam antrian manusia kelaparan yang begitu memusingkan mata.

Entah ini takdir atau musibah, ekor mata Jeongin menangkap sosok lelaki dingin di bus tadi. "Oh Tuhan, kenapa harus ketemu lagi?" Ia menggerutu pelan, sambil terus memperhatikan lelaki itu.

"Namanya Hwang Hyunjin." Sahut seseorang, lelaki itu manis, wajahnya teduh. Itulah yang Jeongin lihat dari diri kakak tingkatnya itu.

"Kalau aku, Kim Seungmin." Seungmin mengulurkan tangannya yang disambut antusias oleh Jeongin.

"Yang Jeongin, kak." Ujarnya, Jeongin masih mengikuti sosok lelaki yang bernama Hwang Hyunjin itu, entah mengapa rasanya berdebar, bagaimana rasa takut membuatnya menjadi begitu berdebar?

"Kak? Yang namanya Hwang Hyunjin itu nyeremin ya?" Tanya Jeongin kepada Seungmin.

Seungmin terkekeh pelan sebelum akhirnya membuka suara, "Engga kok, dia malah orangnya soft banget." Jeongin ingin mempercayai ucapan Seungmin, tapi setelah mengingat-ingat betapa menyeramkan aura lelaki itu, ia mengurungkan niatnya.

"Tapi auranya seram." Guman Jeongin pada dirinya sendiri.



Hwang Hyunjin yang sedari tadi membuat Jeongin uring-uringan, tersenyum ketika melihat anak manis berpagar gigi itu. Hyunjin masih tidak tahu namanya, tapi yakinlah, pasti Hyunjin akan segera mengetahui siapa anak itu.




Kalau kemarin adalah pagi yang menyebalkan untuk Jeongin, maka kali ini ia menganggap semesta bertekuk lutut karena ia tidak harus berlari-lari seperti pagi kemarin.

Satu hal yang lelaki manis itu lupakan, Hwang Hyunjin juga naik bus yang sama dan dengan tujuan yang sama pula.



"Kamu mau ikut UKM apa?" Tanya Seungmin, Jeongin yang ditanya hanya melihat-melihat selebaran yang diberikan padanya.

Matanya tertuju pada satu selebaran, "Kalau aku ikut Neraca divisi fotografi gimana kak?" Seungmin tampak berfikir tapi setelahnya ia mengangguk.

"Boleh, kamu tinggal kasih CV sama pas foto kamu,'kan?" Jeongin mengangguk, ia sudah lama ingin menjadikan hobinya untuk hal yang bermanfaat.

"Ini ya ruangannya?" Jeongin sedikit bimbang, apakah ia harus masuk atau tidak. Akhirnya setelah membulatkan tekadnya, lelaki manis itu memasuki ruangan itu.

Jeongin melangkahkan kakinya sepelan mungkin, ia membaca papan nama satu persatu, dan akhirnya menemukan orang yang ia tuju untuk divisi fotografi, Hwang Hyunjin.

Jeongin ingin keluar saja rasanya dari ruangan itu, tetapi Hyunjin sudah terlanjur melihatnya yang sedang membawa map. "Mau mendaftar?" Jeongin merasa Hwang Hyunjin menjadi lebih berwarna dan lembut hari ini.

"I-iya,kak." Jeongin mengangguk sembari memberikan map yang ia bawa. Hyunjin melihat CV Jeongin dan melihat beberapa hasil jepretan lelaki manis itu.

"Kamu diterima, besok datang ke kampus ya, mau ada perkenalan anak baru." Jeongin mengangguk, kenapa melihat kakak tingkatnya ini tersenyum jantungnya selalu berdebar tak karuan.




"Hah? Kamu diterima? Segampang itu?" Felix terkejut mendengar kabar bahwa Jeongin diterima sebagai anggota divisi fotografi. Pasalnya, seorang Hwang Hyunjin akan menjadi sangat selektif, tapi kali ini Yang Jeongin lulus tanpa ada kritikan sama sekali dengan jepretannya.

"Apa sesulit itu?" Jeongin bingung, rasanya Hyunjin tidak menyulitkannya pada pendaftaran tadi, bahkan ia langsung diterima. Bukankah itu berarti kakak tingkatnya menyukai hasil fotonya?

"Gak pernah sejarahnya Hwang Hyunjin langsung nerima orang, bahkan kalau iya dia bakal mewawancarai orang itu, kamu gak diwawancarai?" Tanya Jisung.

"Aku engga ada diwawancarai, dia diem terus beberapa menit kemudian bilang kalau aku diterima."

Ketiga kakak tingkatnya itu merasa ada yang salah dengan seorang Hwang Hyunjin.






----------------------

- Intinya mereka jadian beberapa bulan kemudian dan sepakat untuk tinggal bareng, Hyunjin dari dulu udah dikasih mobil, tapi menurut dia lebih mending naik bus karena ga boros bensin terus dia suka capek nyetir, eh setelah tinggal bareng Jeongin jadilah dia dengan senang hati nganter Jeongin kesana kemari.

- Hyunjin dari awal gaada niat modus sih, cuma mau bantu Jeongin yang gabawa duit kecil, jadilah entah kenapa kayanya kebetulan banget, Jeongin daftar di divisinya dan akhirnya mereka dekat karena suatu kejadian yang tidak terduga. Terus iya terus Hyunjinnya suka. Padahal mah yang suka duluan Jeongin dari pertama kenal dan tahu namanya :))


Btw aku update terus nih WKWKWKKW JANGAN BOSEN YA GABUT SOALNYA, TERUS AKU GABISA KALAU BELAJAR SIANG-SIANG BISANYA TENGAH MALEM:)

[2] ALL ABOUT US - Hyunjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang