IV

3.7K 316 5
                                    

Hari pernikahan telah tiba.

Aku memakai jas hitam yang sangat pas di tubuh atletisku. Sedangkan wanita yang sebentar lagi menjadi istriku memakai gaun panjang berwarna putih yang entah kenapa membuatnya semakin cantik dan mempesona dengan riasan wajahnya. Semua orang yang melihat pasti berpendapat bahwa kami adalah pasangan yang sempurna.

Pengucapan janji suci dihadapan pendeta dan tamu undangan yang ada dalam gereja ini pun sudah dilakukan. Kami yang telah sah menjadi suami-istri saling memakaikan cincin satu sama lain.

Kini tinggal sebuah ciuman. Seluruh tamu bersorak agar kami cepat melakukannya. Cih, benar-benar berisik. Kenapa mereka yang antusias? Bukankah seharusnya aku yang antusias karena akan mencium istriku?

Aku menatap istriku--maksudku wanita itu--yang hanya diam menunduk. Aku bisa menebak dia pasti bingung harus berbuat apa. Menghela napas gusar, aku pun terpaksa harus menciumnya. Kutarik dagunya hingga mata kami bertemu. Emerald itu terlihat bingung dan ada sedikit isyarat di sana.

Tanpa basa-basi, aku langsung menempelkan bibirku pada bibir ranumnya yang terpoles lipstick. Sesaat aku bisa merasakan tubuhnya menegang. Ku elus sebelah pipinya agar rileks. Dalam hati aku tidak berniat melakukan ciuman singkat. Aku ingin mencicipi bibir wanita ini selagi punya kesempatan. Ku lumat bibir atas dan bawahnya bergantian dengan gerakan pelan. Wanita ini hanya memejamkan matanya erat-erat tanpa membalas ciumanku.

Lama kami berciuman, hingga aku melepaskan bibirku darinya. Kulihat ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah seperti buah kesukaanku--tomat--. Ia terengah-engah dengan mulut sedikit terbuka. Sial, hanya dengan melihatnya seperti ini, celanaku sudah terasa sangat sempit. Apa-apaan wanita ini? Kenapa reaksinya berlebihan hanya karena ciuman biasa? Apa ia ingin menggodaku?

Ck, sial. Aku tak bisa menahan lagi. Ku tarik tengkuknya, langsung melumat bibirnya begitu saja. Aku tidak peduli sekarang ia terbelalak atau seluruh tamu yang bersorak atas tindakanku ini. Bahkan kini aku berani mengigit bibir bawahnya dan melesakkan lidahku dalam rongga mulutnya. Ku absen seluruh gigi putih miliknya, tak lupa juga ku ajak lidahnya beradu dengan milikku. Kepalaku bergerak ke kanan ke kiri guna mengecap semua rasa yang ada. Sial, kenapa rasanya manis sekali? Aku sangat menyukainya, hingga ingin ku lumat bibir wanita ini tanpa henti.

Bisa kurasakan, tangan kecilnya menepuk dada bidangku berkali-kali. Tapi, bukankah usahanya itu sia-sia?

Karena merasa kami butuh oksigen, aku pun melepas ciuman--sepihak-- dengan sangat terpaksa. Ku tatap datar dirinya yang meraup udara dengan rakus. Setelahnya, ia hanya mendeathglare ku dihiasi wajahnya yang merah merona. Oh, astaga. Jika tak ingat di sini ada banyak orang, maka aku akan menerkamnya sekarang juga.

Tepuk tangan meriah dari para tamu terdengar. Dengan rasa terpaksa, kami pun melewati acara resepsi pernikahan hingga selesai.

..ooOOOoo..

Diary Of Uchiha Sasuke [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang