Chapter 1

80 16 15
                                    


Mungkin inilah hidup , kadang kita yang memilih dan menjalani nya , mudah, kita hanya bisa memilih menjadi popular atau menjadi pencundang, itu lah dunia menghakimi kita . Terlahir kaya atau miskin. Terlahir di pandang banyak orang atau tidak, karena di dunia ini tidak ada uang kita tidak bisa hidup layak dan di pandang oleh orang sekitar, bahkan para korupsi di luaran sana tindak pidana pun di tunda – tunda karena tertutup oleh setumpuk kertas yang banyak orang memuja nya dan mengagungkan nya. Layak nya bahan bakar untuk kendaraan , tidak ada bensin mereka pun tidak bisa hidup.

"I...ini ka aku udah beli makanan nya.."

"Heh gue nunggu dari tadi ya !"

"Ma..maaf ka tadi ngantri soal nya..."

Ya ini lah setiap hari , kegiatan yang selalu gue lakuin, malak anak – anak mencari mangsa , ngeospek siswa atau siswi baru disini, entah lah rasanya semua itu sudah menjadi hobi gue yang harus gue lakukan. Oh iya kenalin nama gue Nadira Jaya Irawan. Salah satu anak dari pengusaha besar di Indonesia. Setiap hari orang tua gue sibuk , sibuk , sibuk dan sibuk.

"NADIRAAA !! kamu jangan lari ya ! dasar anak nakal ! ibu bakal bilang sama orang tua kamu ya !"

"Bilang aja wleee !"

Seperti biasa yang datang bukan lah nyokap dan bokap gue , melainkan pembantu gue atau supir sehari – hari gue. Kalian tahu apa yang mereka bicarakan selama berjam – jam di depan mata gue ? cuman omong kosong gak penting.

"Aduh non nadira , kalau ibu sama ayah non tahu nanti non bisa di marahin, bibi udah ketiga kali nya ke universitas satu bulan sekarang."

"Bibi , mending bibi beres – beres rumah aja, nyapu , ngepel cuci piring, cuman itu ko tugas bibi , yang tugas membimbing aku itu cuman ayah sama ibu aku . Bibi ke rumah naik taksi aja ya ? aku mau main dulu , aku pesenin taksi ya , dadah bibi"

"Tapi non !!"

Mungkin itu lah pilihan hidup nya saat ini , Nadira Jaya Irawan, salah satu mahasiswi di salah satu tempat kuliah swasta di Jakarta, pandangan anak – anak sekolah terhadap diri nya sangat lah luar biasa , dia bisa mendapatkan apa yang dia mau dengan sekali bicara. Kehidupan yang glamor, membuat Nadira menutup dirinya untuk anti berbelas kasihan kepada orang lain. Omongan nya , perilaku nya , dan sikap nya sangat lah tidak mencerminkan anak kuliahan yang ber attitude, seenak nya sendiri, dan tidak mau tahu .

"Nad, bagi rokok dong"

"Ambil di tas gue"

Kali ini dia hanya di kelilingi sahabat , mungkin tepat nya hanya teman yang numpang ke kehidupan nya yang glamor , setia menemani Nadira kemanapun dia pergi , dandanan yang awur – awuran gak jelas , trend style yang asal – asalan , itu semua sudah menjadi pemandangan biasa bagi Nadira , Celline , dan Aura. Sebari menyembul kan asap rokok , Aura menatap Nadira yang terlihat pusing, walaupun terlihat sekilas santai saja.

"Kenapa ?" ujar Aura memecah keheningan di dalam mobil.

"Kayak yang gak tahu aja loe" ujar Nadira , diselingi nyengir nya yang sinis.

"Udah lah , bawa happy aja . Kita kan mau party sama anak – anak"

Nadira hanya terdiam melihat lurus ke arah jalan raya , yang di sisi kiri dan kanan jalan sudah menyala lampu – lampu untuk menerangi pengendara mobil dan motor.

"Nih , kapan loe jadi dewasa kalau belum ngeroko. Cobain aja ,nanti juga semua penat loe ilang"

"Sorry , gue ogah kalau mesti masukin racun di tubuh gue"

PlayGirlBoyWhere stories live. Discover now