Kring .... Kring .... Kring ....
"Bng*st! berisik!"
Rutinitas nya tidak jauh dari malas – malasan , untuk belajar sehari – hari pun Nadira sudah tidak sanggup . Masuk kuliah seenak nya , kalau mood nya sedang baik , dia akan pergi , jika tidak maka tidak. Mungkin bisa di bilang orang yang berpendirian kuat, jika awal A harus A jika B harus B, tidak bisa berputar haluan jadi C atau D.
"Non Nadira , sarapan dulu non." ketuk bi Irah dari luar pintu kamar nya.
Kala itu entah kapan, terakhir kali Nadira sarapan bersama ayah dan ibu nya. Bahkan mungkin sekarang kenangan makan bersama dengan kedua orang tua nya sudah dia kubur dalam – dalam. Hanya di temani oleh beberapa piring dan gelas kosong yang tertata rapi sedemikian rupa. Tidak ada hiruk pikuk perbincangan hangat di atas meja makan. Tidak ada yang menanyakan "Pagi ini mau sarapan apa?" tidak ada yang bilang "Aku ingin makanan kesukaan ku".
"Selamat pagi non."
"Selamat pagi pak Parman, mobil nya sudah di cuci?."
"Sudah non, apa hari ini non mau saya antarkan?."
"Biar saya yang bawa sendiri aja pak, terima kasih. Oh iya tolong bersihin mobil sedan yang semalam saya pake ya kalau bisa cuci bersih."
"Baik non."
Jarum jam menunjukan pada pukul 8.29 wib. Kali ini mungkin mood nya sedang baik , jadi dia berniat untuk pergi kuliah tanpa membawa buku – buku pelajaran nya. Hanya memakai jeans dan baju kesukaan nya , rambut panjang bak Rapunzel, sedikit di currly. Pagi ini Nadira mencoba untuk terlihat lebih fresh dari sebelum nya. Kali ini mobil ava*za yang dia bawa , tertutup oleh cat warna merah yang menurut nya sangat elegan dan berani, terlihat kalem tapi mematikan.
"Hey my baby honey , good morning, aku ramal pasti mood kamu lagi baik" setibanya disana Nadira serasa di suguh kan oleh pemadangan yang tidak menyenangkan. Gilang , seperti biasa menunggu Nadira dan menyapa nya sebari menggoda anak cewek yang lewat di depan nya.
"Bac*t, udah gue bilang gak usah lebay nunggu – nunggu gue !"
"Kamu kalau marah cantik deh"
Nadira hanya memperlihatkan muka judes dan jutek nya tanpa membalas gombalan Gilang. Entah apa yang di bayangkan Nadira sebelum nya , sampai – sampai bisa satu kuliah dengan Gilang , entah itu kebetulan atau Gilang seorang stalker atau penguntit yang setiap saat mengikuti kemana dia pergi dan tahu kemana saja Nadira akan pergi, mungkin itu yang selalu di fikirkan oleh Nadira.
Semua pandangan terpaku kepada Gilang dan Nadira , banyak yang bilang mereka berdua sangat cocok , dan bahkan ada yang berani membuat gosip jika Nadira dan Gilang sudah menikah karena Nadira hamil di luar nikah. Sehari setelah berita itu disebar luaskan , amarah Nadira meluap dan menyuruh orang untuk menghapus jejak gosip nya dan menghabisi si penggosip. Hasil nya si pembuat gosip teman nya sendiri yang sekarang sudah di Drop Out dari tempat kuliah nya, pihak universitas tidak memberi tahu sebab dia di keluarkan, tapi you know lah , semua sumber ada di Nadira.
"Dasar sampah ! gak tahu malu !"
"Gak tahu terima kasih sama Nadira loe ! bng*st!"
"Kita apain nih anak nad?"
"Di apain ya enak nya kalau pengkhianat? Ah , gue guyur aja kali ya sama air kotor, supaya yang sudah buat dosa biar makin berdosa"
Sehari setelah kejadian itu si pembuat gosip tidak masuk kuliah , dan esok nya terdengar kabar jika si penggosip itu di Drop Out dari sekolah. Satu masalah pun terselesaikan fikir nya. Entah apa yang ada di dalam tubuh nya , sikap kejam dan tegaan nya itu membuat semua orang merasa segan dekat dengan nya. Mungkin hanya orang – orang tertentu saja yang bisa dekat dengan nya , tentu nya orang – orang yang selevel dengan kehidupan nya.
YOU ARE READING
PlayGirlBoy
Teen FictionTerkadang hidup tidak selalu memihak kepada hal baik, memilih menjadi popular atau menjadi pecundang?