3

22 4 0
                                    


Fyren terkaget seketika melihat temannya yang tiba-tiba datang.

"kamu ga akan bolos lagi kan?" tanyanya

"eng-engga kok. Cuma ingin membeli sesuatu saja" jawabnya gugup sambil melihat sekeliling

"mau beli apa? Ayo aku antar" desaknya.

Pikiran Fyren bagai menghilang beberapa detik sampai temannya menepuk pundaknya lagi.

"jadi kemana kita? Ayo sebentar lagi sekolah masuk. Aku tak ingin ketinggalan kelas persenjataan" temannya memaksa.

"nanti saja, Bart. ayo kita ke sekolah" sambil berlari , namun Fyren masih tampak gelisah

Fyren dan Bart memasuki gedung sekolah yang bentuknya seperti kastil inggris. Lorong dalamnya terlihat sangat antik seperti musium dihiasi oleh panji dan senjata antik yang menggantung.

Pagi hari itu diawali pelajaran persenjataan dan fyren yang sudah menginjak kelas menengah sudah mulai belajar menggunakan jenis-jenis senjata. Berbeda dengan adiknya, Claire yang kini masih berada di kelas dasar. Pada kelas dasar mereka kebanyakan hanya belajar Teori tentang persenjataan dan lebih banyak belajar pelajaran umum.

Fyren dan Bart langsung menuju ruang ganti pakaian dan segera bergegas ke lapangan belakang sekolah . sekarang mereka menggunakan kaos lengan panjang berwarna putih ditutupi dengan pelindung badan dari besi namun tidak terlalu berat dan celana khaki berwarna cokelat. Mereka memasuki barisan yang tampak belum rapih, di hadapannya tampak seorang pria sekitar 40 tahun, dengan jenggot dan kumis yang warnanya sudah memutih, dia adalah pak eliot, guru persenjataan .

"kemarin kalian sudah belajar mengenai pentingnya kuda-kuda dalam penggunaan senjata jenis apapun. Sesuatu yang terlihat sangat mudah namun sangat sulit juga untuk membiasakan itu" pak eliot menjelaskan. Dua orang asisten pak eliot membawakan sebongka besar batang pohon dan meletak dihadapannya.

"jadi sekarang kalian" pak eliot melanjutkan , sambil mempersiapkan kuda-kudanya menghunuskan pedang dan langsung dengan satu langkah kaki kanan dan satu ayunan kuat ia membelah batang pohon dari atas ke bawah, lalu dengan sangat cepat dengan tumpaun kakinya ia memutar badannya seperti menari dan mengayunkan lagi pedangnya ke membuat kayu di depan terbelah menjadi empat bagian.

Para murid terperangah. Ada yang tepuk tangan dan kebanyakan dari mereka sangat senang karena mereka akan diajarkan tekhnik yang sangat keren. Namun beberapa orang juga seperti Lucy dan , seorang gadis dengan rambut bergelombang sebahu dengan bando kuning tampak biasa saja melihat hal tersebut . dari kabar yang terdengar, gadis tersebut sudah hampir menguasai seluruh tekhnik dasar dengan otodidak. Juga pria di pojok belakang bernama Tredan. Ayahnya adalah seorang penjaga dan ia juga sepertinya ingin mengikuti jejak ayahnya jadi ia belajar lebih awal mengenai tekhnik dasar.

"tidak, tidak, kalian butuh berbulan-bulan untuk bisa mempeajari tekhnik tadi" pak eliot terkekeh memperlihatkan dengan gigi kuningnya akibat kebanyakan merokok.

"nah sekarang kalian pasang kuda-kuda lagi, hari ini kita belajar melangkah dengan benar" perintah pak eliot.

Seluruh siswa mempraktekan apa yang diperintahkan begitu juga Fyren, sebenarnya dia bisa saja sangat tertarik akan hal itu karena ayah Fyren juga seoarang pengrajin senjata yang sangat handal. Namun, kejadian tadi pagi masih membuat pikiran fyren tidak karuan. Beberapa kali Bart menepuk untuk menyadarkannya dari lamunan.

Waktu makan siang tiba, Fyren biasanya duduk bergabung dengan teman-teman sekelasnya. Tapi kali ini ia duduk sendiri menunggu Claire sekalian menyetor wajahnya agar tidak dilaporkan kepada ibunya atas kasus bolos sekolah lagi. Bart yang khawatir mengikuti Fyren dan duduk dihadapannya.

"ada apa sobat? Kau tidak biasanya kayak gitu" dengan nada khawatir.

"tidak kok, benar tidak ada apa-apa"

"kau liat tadi betapa sombongnya si Tredan itu, kalau nanti sudah masuk pelajaran bertarung akan ku hancurkan dia" gerutu Bart

Fyren hanya tersenyum

"mimpi buruk lagi" Bart menghela nafas

"mau sampai kapan kau seperti anak umur lima tahun yang takut mimpinya sendiri" lanjut Bart terkekeh.

"ya aku tau, aku memang payah . tapi aku berani bersumpah saat di depan kastil ada yang berbisik memanggil namaku dan suara itu tidak asing, suara itu suara yang selalu ada di mimpiku" jelas Fyren lemas

"Wow, bung, apa kau yakin?"

Sebelum Fyren menjawab, Claire sudah berada di dekat mereka dan duduk di samping Fyren. Dua orang laki-laki itu sekarang terdiam , mengeluarkan bekal mereka dan mengganggap percakapan tadi tidak pernah terjadi.

ARKAD :  Portal penyambung kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang