6

5 3 0
                                    


Sebagian dari dirinya masih merasa sangat takut, ia tak bisa menyembunyikan itu. Keringat dingin dan perasaan yang was-was terus mengikuti ketika ia mengintip ke bawah. Di bawah ada sebuah cahaya. Gua ini memiliki dasar. setidaknya itu membuatnya lega sementara. Tampaknya rasa penasaran mengalahkan segalanya. Ia mulai melangkah pada undakan tersebut sambil merentangkan tangan ke sisi-sisi gua yang terbuat dari tanah lembab seperti dasarnya. Aroma tanah lembab dan tetesan air yang mengenai tubuhnya membuat perjalanannya cukup terganggu.

Ketika sampai di dasar, Fyren cukup dikagetkan dengan Aroma lavender yang tiba-tiba tercium seperti menjadi ucapan selamat datang dan berharap seseorang datang mengalungi dia dengan kalung terbuat dari berbagai macam bunga. Ia meihat ruangan yang cukup besar . lebih besar sedikit dari kamarnya.

Ia memperhatikan sekeliling, kini keseluruhan ruangan diapisi marmer dan di sisi-sisi ruangan tertempel obor-obor sebagai penerang. Seperti dalam mimpinya namun ia bisa melihat detail-detailnya lagi. Ada beberapa bendera yang disimpan di pojok ruangan dan di selah meja yang tampak seperti meja kerja biasa kecuali atasnya dipenuhi buku-buku tebal, botol-botol kimia yang berisi cairan warna warni dan mangkok kecil berisi bakaran aromaterapi. bendera yang ada disana memiliki lambang yang sangat asing bagi fyren. Berwarna dasar ungu dengan gambar bulan sabit dan ditengahnya ada pedang yang menusuk bulan tersebut hingga tembus dengan sablon berwarna kuning. Ia juga kini bisa melihat beberapa senjata yang tertempel di tembok: pedang, busur, tombak, perisai. Fyren tidak asing dengan jenis-jenis itu mengingat ayahnya adalah seorang penempa.

Seorang pria berdeham dari sudut yang lain membuat Fyren reflek mundur dan memasang kuda-kuda. Pria tersebut persis sekali seperti yang ada di mimpinya seorang pria yang cukup tinggi besar mungkin sekitar 177cm dan berat badan 75kg menggunakan baju dan celana berwarna hitam dengan jubah putih. kini Fyren melihat detail jubahnya. Ada jaitan berwarna emas di sisi-sisi jubahnya dan bordiran berlogo bulan dan pedang seperti pada berdera. Rambutnya klimis rapi begitu juga dengan jenggot tipisnya.

"selamat datang, Fyren. Selamat datang di Bungker Mimpi"

Pria tersebut mempersembahkan dengan senyum yang ramah. Namun Fyren masih dengan posisi siaga.

"tenang, nak. Aku tidak akan melukaimu" pria tersebut coba menenangkan

"siapa kau sebenarnya?"

"jadi kau yang selama ini menggangguku? Dengan mengirim mimpi-mimpi buruk itu?"

"dan suara-suara itu?"

Emosi Fyren terluap dalam rentetan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pria tersebut hanya tersenyum santai namun di akhir ia mengerutkan dahi beberapa detik

"namaku Biema"

"nanti akan ku jawab pertanyaan-pertanyaanmu. sekarang tenangkan dulu dirimu, pekerjaan kita masih banyak"

Pria itu menjawab santai dengan senyuman kecilnya.

Fyren makin terheran dengan kata kita diucapan pria itu tadi. ia tetap memasang kuda-kudanya dan menjaga jarak. Ia seketika meraih pedang yang di pajang di tembok dan menghunuskannya kepada Biema.

Tapi Biema tersenyum, ia tau tangan Fyren sangat bergetar dan ketakutan dia tak akan mampu menusuk orang. Namun tampaknya tujuan Fyren lain. Ia perlahan mundur menuju undakan keluar. Ia seperti memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa tapi sebenarnya ia takut tidak bisa keluar dan terjebak. Sesudah memastikan ia kembali ke bawah. Wajah takut dan nekad masih menyelimutinya.

"silahkan kau duduk dulu, dan coba teh favoritku campuran krisan dan lavender kau pasti menyukainya" ia mempersilahkan fyren duduk di kursi kerja dan menuangkan teh dari teko dan cangkir dari kayu.

Fyren perlahan duduk dan menjatuhkan pedangnya.

"jadi, sejak lama aku ingin mengirimkan mimpi kepadmu. Tapi ternyata sangat sulit hingga aku sendiri hampir pasrah" kata pria tersebut samba duduk dan menyeruput tehnya duluan.

"tapi aku cukup terkaget dengan ucapanmu tadi, kau sudah mendapatkan mimpi sudah lama? Dan bisikan?" lanjut pria itu heran

Fyren terdiam dan mengangguk

"sepertinya kita hampir kehabisan waktu, akan kujelaskan semuanya sekarang"

Pria tersebut berdiri menatap ujung lain yang tak sempat Fyren perhatikan. Sebuah altar kecil sepert tiang setinggi setengah meter diatasnya ada mangkok lebar dengan bara api menyala kecil lalu bola kaca besar berwarna ungu yang kini menyala terang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARKAD :  Portal penyambung kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang