Kedua - Childish

48 8 2
                                    

"Heh, ketos gila. Anggota lo, lo apain didalem?" Dhisa langsung maju berkomentar pada Rizky, sang ketua osis yang baru saja keluar dari ruang osis. Yang tandanya rapat telah selesai.

"Apaan sih lo." Rizky kebingungan dengan kedatangan Dhisa yang langsung marah-marah ini. Juga sedikit bingung karena biasanya Dhisa selalu bersikap manis.

"Gue tuh dari tadi duduk sendirian disini. Nungguin Fara yang lagi dengerin ceramah panjang lo itu!" Dhisa benar-benar sedang panas. Kalau seperti difilm kartun pasti sudah banyak asap yang keluar dari telinganya. Bagaimana tidak, setelah pulangnya Raka ia harus menunggu sendiri lagi selama 1 jam. Bayangin SATU JAM. SENDIRIAN.

Fara yang baru keluar ruangan, melihat Dhisa sedang murka terhadap Rizky. Buru-buru ia melangkah ketempat dua insan itu berada. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi mengingat Rizky juga sedang panas-panasnya karena kesalahan yang diperbuat anak osis, ia yang kena omelan bu Rina--penanggung jawab osis.

Sebenarnya anggota osis dikumpulkan bukan untuk rapat. Melainkan diceramahin yang lamanya melebihi lama orang rapat. Siapa lagi yang kuat ceramah lama banget, kalau bukan si Rizky? Iya pelakunya itu Rizky. Cowok tercerewet yang Fara kenal. Secerewet-cerewetnya kepsek, tetep si Rizky yang paling cerewet.

Tibanya Fara, Fara langsung menjauhkan Dhisa dari Rizky. Meleraikan mereka, dan langsung membawa Dhisa pergi.

×××××

"Lo ngapain si Dhis?" tanya Fara ditengah perjalanan ke parkiran. Setelah Fara rasa Dhisa sudah cukup tenang setelah meminum dua gelas tehjus dikantin.

"Kesel gue sama dia. Bayangin, gue nunggu lo sejam setengah Far, lebih malah!"

"Kan gue udah bilang, gue bakal lama osis nya." Fara bicara dengan sangat hati-hati. Takut Dhisa akan meledak lagi.

"Biasanya juga gua nunggu lo rapat, tapi ga selama ini." jawab Dhisa melunak.

"Biasanya kalo rapat bu Rini yang arahin. Tapi, tadi bukan rapat, bu Rini gak dateng, malahan anak osis dimarahin gara-gara yang kemaren." jelas Fara meluruskan.

"Cuma gara-gara kemaren doang?" tanya Dhisa tak percaya.

"Ya, lo kek gatau aja ketos lo gimana." jawab Fara. "Udah ah, ayo balik. cape gue."

Dhisa hanya mengangguk dan langsung melajukan motornya dengan Fara dibelakangnya. Mengantarkan Fara pulang sampai rumahnya, lalu melanjutkan perjalanan pulangnya.

Sedangkan ditempat lain ada seorang cowok yang sedang mengontrol perasaannya. Karena hatinya langsung bergejolak saat mendengar namanya. Padahal cuma namanya.

×××××

Seperti biasa, Fara selalu membaca novel setelah ia pulang sekolah. Baginya membaca novel itu rutinitas. Eh, beres-beres rumah juga rutinitas-nya ko. Seperti hari ini, setibanya dirumah ia langsung bersih-bersih, ganti baju, dan langsung menyambar novel yang berjejer rapih dirak buku kamarnya. Padahal ia belum makan siang. Kalau sudah ada novel, Fara kuat tidak makan seharian.

Seperti waktu itu, ia pernah lupa makan sampai malam hari. Padahal Ibunya sudah memperingatinya berkali-kali untuk makan. Ya pada akhirnya Fara jadi sakit, karena telat makan.

"Faraaa,"

Fara mendengar suara ibunya dari lantai bawah sedang memanggilnya.

"Makan dulu ka." lanjut ibu Fara.

"Iyaaa," jawab Fara. Dengan tidak rela ia meninggalkan kamarnya.

"Padahal kan lagi seru-serunya." gerutu Fara dalam hati sambil tetap melangkahkan kakinya keluar kamar.


Sesampainya dimeja makan, Fara tidak berhenti juga menggerutu dengan mulut yang dimaju-majukan. Ibunya yang melihat itu hanya tersenyum kecil, tidak heran melihat Fara seperti itu. Kadang Ibunya Fara juga bingung, padahal Fara anak pertama dan memiliki dua adik. Tapi sikap kekanakan Fara tidak berubah.


a/n

Maaf ya, di chapter ini cuma dikit, karena emang otak gue nyampe nya cuma sampe sini. hehe.

jangan lupa vomment.
butuh banget komen dan saran kaliaan. Vote nya juga deng, hehe.

A STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang