Kedelapan - Kesialan

16 0 0
                                    

Setelah seharian penuh gue habisin bareng anak-anak, Akhirnya gue sampai rumah dengan selamat berkat Abang-abang yang rela menjadi ojek dadakan untuk anter gue pulang.

Tadi, sekitar jam setengah enam sore anak-anak udah pada bubar, ya ada sih beberapa anak yang masih tinggal di kedai. Salah satunya gue. gue nungguin Dhisa yang masih ngobrol sama Lila. Padahal gue udah minta pulang duluan, tapi Dhisa gak bolehin. Gue udah bilang kalo gue bisa pesen ojek online atau ngga naik angkot, pasti masih banyak angkot yang lewat. Dengan gaya emak-emak nya Dhisa bilang,

"Udah mau malem Far! Ga baik! Udah si lo tungguin gue, bentar lagi kok."

dengan sangat amat terpaksa gue harus nungguin Dhisa, karena gue tau dia paling gak suka sama orang ngeyel. Gue juga gak tau apa yang diomongin Dhisa sama Lila sampai-sampai Dhisa jadi mode serius gitu. Gue tau diri kok, ya kali tiba-tiba gue nimbrung sama mereka terus nanya 'kalian ngobrolin apa sih? perasaan gak kelar-kelar dari tadi?' tenang gue masih diajarin etika untuk ngga ikut campur dalam pembicaraan orang yang lain.

Dengan malas, gue taruh dagu gue dimeja sambil melihat kedepan, ternyata masih ada Wawa dan Melisa yang lagi nunggu jemputan. Tiba-tiba Wawa melirik kearah gue dengan tatapan yang gue gak mengerti, gue angkat alis takut-takut bermaksud menanyakan 'ada apa?', gak lama Wawa senyum ke gue terus berdiri sambil bilang, "Gue duluan ya," gue bales dengan senyum canggung. Melisa juga ikut pamit pulang, gak lupa mereka juga pamit ke Dhisa dan Lila.

berarti disini tinggal kita bertiga doang yang belum pulang. Gue beralih dari yang cuma taruh dagu sampai nidurin kepala gue dimeja, kali ini gue liatin mimik serius Dhisa dan Lila yang berjarak dua bangku dari bangku gue. Tiba-tiba Dhisa teriak, "Raka!"

gue refleks langsung menegakkan badan gue, dan mencari-cari dimana orang yang Dhisa panggil itu. Gue liat Raka sama Gilang dateng dari arah dapur, tapi jelasnya gue gak tau mereka darimana. Baru aja mereka sampai dimeja yang kita duduki, tapi Dhisa langsung nyerocos,

"Ka, Fara bareng lo ya? Lo juga searah kan sama Fara. Masih ada yang harus gue omongin sama Lila soalnya."

"Ko gue di oper gitu si Dhis?" protes gue gak terima.

"Please Far, gue gak bakalan tega ngebiarin lo pulang sendiri,"

"Ya tapi kan-"

"Udah ya, kali ini nurut sama gue." potong Dhisa memaksa.

gue menghela nafas, dengan omalas gue mengangguk. Dhisa pun senyum lebar.

"Yaudah gue balik duluan ya," kata Gilang menengahi sambil mengulurkan tangannya untuk tos ke kita semua.

"Rakaa!!!"

itu suara Dhisa, dia gak tau tempat banget si teriak-teriakan melulu, yang dipanggil pun menoleh,

"Fara-nya jangan lupa!" kata Dhisa

"Iya Mak lampir!" sahut Raka sambil melirik gue dan menyuruh gue untuk ikutin dia ke motornya.

gue pun ikutin dia sesudah pamit ke Dhisa dan Lila untuk pulang duluan.

"Aduh!" lirih gue karena kening gue tertubruk punggung Raka yang tiba-tiba berhenti.

bukan nya minta maaf Raka malah berbicara ditelepon dengan seseorang yang gak gue tau siapa sambil usap-usap kening gue yang tadi kena punggung nya. Gue cuma bisa melongo sama apa yang Raka lakuin. Pokonya yang gue rasain saat itu dag dig dug gimana gitu.

"Far," panggil Raka. Disitu gue gak denger karena masih melongo.

"Fara!" panggil Raka lebih keras.

"Eh iya apa?" sahut gue gugup campur malu.

"Gue ada perlu jadi gak bisa anter lo, sorry ya."

"Oh iya gapapa gue bisa balik sendiri kok." jawab gue santai. Padahal dalam hati mah gue kesel banget. Gue langsung berbalik berniat untuk mencari angkot.

tiba-tiba Raka narik tangan gue, "Eh gak gitu bego. Lo naik ojek, gue cariin!"

gue nurut aja liatin dia jalan ke motornya dan balik lagi sambil bawa helm warna ungu yang gue yakini itu punya Ana--Adik perempuan Raka.

pas sampai ke tempat gue Raka langsung pakein gue helm yang dia bawa itu sambil nyeletuk, "Muat apa kaga ya ni helm di pala lo, pala lo kan kecil."

gue cuma liatin dia doang gak ada niat sama sekali buat jawab.

"Jagain helm Ade gue, Awas lo ya sampe terbang!" cerocos Raka setelah selesai pakein helm gue.

"Berisik! Mana ojek gue?!"

"Bentar dulu," kata Raka sambil nengok kanan kiri ke jalan raya.

gue ikutan nengok mencari dimana letak pangkalan ojek tapi nihil, disini gak ada pangkalan atau pun ojek nganggur yang sedang menunggu penumpang.

"Gak ada ojek disini Ka," kata gue.

gue liat Raka juga mulai bingung gak ketemu mencari ojek yang lewat dijalan tapi mendadak muka nya berubah sumringah saat melihat seseorang di seberang sana.

"Bang Ucup!" teriak Raka. Ketika yang dipanggil menoleh Raka melanjuti, "Gue butuh lo bang!"

gue gak tau apa maksud Raka manggil Abang-abang itu. Bang Ucup pun datang, "Ada apa Rak?" katanya.

Raka langsung menghampiri Bang Ucup dan bicarain sesuatu, dan yang pasti gue gak denger.

"Far lo sama dia ya, gak ada ojek disini jadi mau gak mau lo sama dia." kata Raka menghampiri gue.

gue melotot denger itu. Apa-apaan si kenapa gue di oper-oper gini lagian juga gue kan gak kenal sama Abang-abang itu. Melihat gue mau protes Raka langsung bilang,

"Tenang Far dia temen gue. Kalo sampe dia macem-macem sama lo, lo bisa langsung telepon gue, oke?"

belum sempat gue jawab Bang Ucup lebih dulu ngomong, "Ya kali gue berani sama lo Rak. Aman nih cewe sama gue."

"Yaudah! kalo sampe gue kenapa-kenapa lo tanggung jawab!" kata gue.

Raka senyum sambil nepuk-nepuk helm yang gue pake.

setelah gue naik Raka teriak, "Hati-hati Bang bawa dia, suka tiba-tiba nyakar anaknya." katanya sambil ketawa. Bang Ucup cuma ketawa denger omongan Raka, sedangkan gue mati-matian nahan buat gak turun terus ceburin Raka ke got.

dijalan, gue ngomong sama Bang Ucup cuma untuk arahin jalan kerumah gue. Pas sampai didepan rumah gue, gue langsung berterima kasih sama dia dan tadi Bang Ucup sempet kasih tau gue tentang Raka yang gak bisa anter gue pulang.

×××××

a/n

berharap masih ada yang save cerita ini di library wp nya :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang