Ketiga - Efek Halu

27 4 1
                                    

Saat ini, Fara sedang berada dikamarnya, baru saja membaca novel tentang anak SMA

Ia duduk di meja belajarnya, dengan menidurkan kepalanya diatas meja.

Fara masih saja kepikiran dengan scene-scene yang ada di novel tadi, ia selalu membayangkan yang ada disana itu dia.

Fara POV

Coba aja hidup gue kayak dicerita, pasti hidup gue udah berwarna banget.

Entah, gue lebih suka berimajinasi.

Karena apa ya?

Karena kalo gue berimajinasi, alur ceritanya tuh gue sendiri yang buat. Gue mau kayak gitu, gue mau kayak gini. Pokonya kayak hidup gue tuh gue sendiri yang tentuin.

DAN...

Yang pengen banget gue tentuin tuh, masa sekolah gue. Gue pengen banget masa sekolah gue berwarna. Kayak misalnya,
pinter,
punya banyak temen,
disukai banyak orang,
dan gampang berbaur sama orang baru, bisa dibilang mudah bergaul lah. Biar masa sekolah gue ada ceritanya lah gitu.

Tapi, realistisnya nggak.

Semuanya yang diatas itu berlawanan banget sama sifat gue yang introvert.

Padahal gue udah coba untuk lebih terbuka, lebih peka terhadap sekitar. Tapi gak bisa.

Gue sadar ko, gue gak bersyukur jadi manusia.

Ini gue lagi berusaha biar gak mikirin yang udah diatur sama yang diatas. Gue mau belajar buat jalanin aja hari ini, esok, dan seterusnya.

×××××

Udara dingin malam ini, sangat mendukung kecanggungan antara dua manusia ini.
Fara yang hanya menunggu lawan bicaranya untuk terlebih dahulu memulai pembicaraan.
Dan Raka yang hanya duduk bisu disamping Fara.

Sebelum ini, Fara sedang membaca novel, disofa depan tv. Memang setelah ngedumel-dumel dikamar, ia keluar kamar sekedar untuk menyegarkan hatinya. Tapi, tetep aja walaupun keluar kamar, novel novel juga yang dibaca. Ya akhirnya ngedumel lagi deh.

Dasar readers sejati.
Sama novel doang tapi sejatinya. hehe.

Tapi, bukan itu permasalahannya, masalahnya adalah saat itu Fara sedang guling-gulingan dibawah sofa karena gereget dengan cerita yang ia baca. Tolong di garis bawahi, ini GULING-GULINGAN loh ya. Parahnya lagi, ia sesekali mengumpat dan berbicara sendiri saat membacanya.

"Kenapa gak gue aja sih yang jadi dia?!! Pasti bakal kelar urusannya!"

"Iishh, lo itu terlalu baik!!"

"Dasar ogeb!"

"Cengeng bet sih lo jadi cewek!"

Kurang lebih seperti itu kata-kata yang Fara keluarkan.
Jangan lupakan suaranya yang menggelegar ruangan. Untung orangtua dan adik-adik nya sudah di kamar mereka masing-masing, kalau belum bisa kena omel dia.

Baru saja Fara ingin mengeluarkan suatu kalimat lagi, Tapi, matanya sudah terlebih dahulu melihat sosok manusia, sedang berdiri didepan pintunya yang terbuka. Ah iya, jangan lupakan juga, manusia itu menatap Fara dengan tatapan MIRIS.

Fara buru-buru berdiri, dan merapihkan dirinya yang sedikit berantakan. Bukan sedikit sih, tapi banyak, buanget malah. bajunya udah gak karuan leceknya, apalagi rambutnya berantakan banget, kek gembel dipasar loak.

Setelah Fara rasa sudah cukup rapih, ia segera menyusul Raka ke teras rumahnya. Karena, Raka langsung keluar setelah melihat kejadian yang sangat memalukan bagi Fara.

Dan disinilah mereka sekarang, didepan teras rumah Fara dengan kecanggungan yang dimiliki keduanya.

Fara kesel sendiri kerena adiknya tidak kunjung datang, biasanya kalo Raka kerumahnya pasti adiknya yang selalu heboh. Kalo lagi dibutuhin aja, ilang gatau kemana.

Biasanya, Raka kerumahnya hanya sekedar untuk main atau curhat-curhat ria. Kaget kan seorang Raka bisa curhat?! Ya begitulah.

Sekarang, Fara bingung harus melakukan apa disuasana canggung seperti ini. Jujur, ia sangat malu atas kejadian tadi. Coba saja tadi Raka tidak melihatnya dengan keadaan miris kek tadi, pasti sekarang ia sudah nyerocos gak karuan. Dari tadi, yang ia lakukan hanyalah mengusap lengannya dengan tangannya, karena memang udaranya sangat dingin. Kulitnya sangat tidak cocok berada di udara dingin.

Tiba-tiba Raka langsung berdiri, karena ia merasakan Fara tidak nyaman berada diluar rumah. Dan ini membuat Fara kaget dan refleks ikut berdiri.

"Gue balik."
"Masuk sana." kata Raka, dan langsung berbalik hendak meninggalkan rumah Fara.

Fara tidak menjawab, ia hanya menatap punggung Raka dengan tatapan heran.

Baru beberapa langkah, Raka langsung berbalik lagi dan mengatakan, "Oh iya, lain kali jangan kek tadi, kasian emak-bapak lo, punya anak rada-rada."

Fara yang sangat kesal langsung masuk kedalam rumah dan membanting pintu rumahnya. Dan langsung terdengar suara Fara yang berteriak dibalik pintu.

"SANA LO!"
"GAUSAH KESINI LAGI!"
"JANGAN HARAP BESOK GUE KENAL LO!"
"POKOKNYA GUE GAMAU JADI TEMEN LO LAGI!"

Raka yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala. Sungguh, Fara dirumah dan disekolah sangat berbeda. Kalo disekolah, ia sok-sok cuek, dan irit ngomong. Coba dirumah? gausah ditanya, banyak banget bacotnya. Raka melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah Fara. Toh, niatnya kesini juga sudah terpenuhi. Melihat Fara.
Sesederhana itu.


a/n

gimana gimana?
maaf kalo ngebosenin:)
vote-nya jangan lupa:))

A STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang