"Tak hanya senja yang mengelabuhi mata, namun kini fajar lebih membuat hati terpana. Akan sejuk dan keindahan langitnya."
*******
Fajar mulai muncul bersamaan dengan rembulan yang mulai tak terlihat karena akan datangnya pancaran mentari. Ku lipat sajadahku setelah aku membaca Al-Qur'an surat Al-Waqiah. Yaa...senantiasa seperti itu, surat yang selalu ku baca setiap selesai sholat Subuh. Aku bergegas ke kamar mandi, meski aku bangun lebih awal untuk menunaikan sholat Tahajud dan belajar, tapi aku lebih suka mandi setelah Subuh kurang lebih pukul 05.00, sebelumnya aku sudah sikat gigi terlebih dahulu.
Berangkat lebih awal pukul 06.00, tidak seperti biasanya yang hari ini aku lakukan. Karena ayah tidak bisa mengantarku ke sekolah, katanya ada beberapa urusan yang harus ayah selesaikan di kantor, dan tidak sempat mengantarku karena sekolahku dengan kantor ayah berlawanan arah.
Itu tidak masalah bagiku, menaiki bis mini yang muat kurang lebih 25 orang untuk mereka duduk. Setelah aku menunggu 15 menit untuk datangnya bis. Mungkin hari ini aku kurang beruntung, bis yang aku naiki terlalu penuh, biarlah aku berdiri itu tak masalah bagiku. Menikmati perjalanan dengan menggendong tas dan membawa sebuah tas kecil sebagai tempat makan siangku. Aku tak pernah ketinggalan untuk membawa makan siang, kecuali jika diriku sedang niat berpuasa sunnah ataupun wajib.
Kurang lebih setengah jam diperjalanan, aku sampai di sekolah, biasanya jika sama ayah, perjalanan hanya ditempuh 20 menit, tapi karena menggunakan bis dan harus berhenti di beberapa halte yang dilalui, selisih 10 menit untuk sampai ke sekolah. Sebelum turun tak lupa aku memberikan uang kepada kondektur bis. Ku lihat jam tanganku, kini pukul 07.45.
"Rani...Rani...Ran...", aku memanggil Rani sambil mengontrol nafas karena berlari untuk menyamakannya.
Setelah cukup terdengar oleh Rani, ia pun membalikkan badannya."Astaghfirullahaladzim, iya...yang pelan dong, nggak usah lari-lari gitu, kamu jadi bengek kan, hehe...".
"Sstt...apaan sih kamu, jangan bilang bengek dong, aku capek kayak gini, ehh...kamu malah ketawa, sahabat macam apa kau ni ?", kataku dengan akhiran seperti logat orang Malaysia.
"Iya-iya bercanda, aku sahabat terbaikmu", kata Rani sembari memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Aku tersenyum. "nah...gitu dong, jangan cemberut, pagi-pagi masa cemberut, awas cantiknya hilang loh", katanya kembali.
"Apaan sih...", kataku sembari menyubitnya. Ia meringis, merasa kesakitan atau hanya pura-pura, padahal aku tidak terlalu keras melakukannya.
Rani sudah terbiasa berangkat siang, sekolah kami masuk pukul 07.15, tetapi gerbang sekolah ditutup pukul 07.00, aku tidak terbiasa seperti ini. Biasanya pukul 07.30 aku sudah duduk manis ditemani buku-buku pelajaran ataupun novel di meja kelas. Tak mengapa jika sesekali sampai di sekolah siang. Menurut teman lain mungkin masih pagi, karena mereka sudah terbiasa, tapi bagiku...ini cukup mendebarkan jika aku tidak tepat waktu dan kemungkinan tidak dapat memasuki sekolah.
"It's time to begin the first lesson", suara bel sekolah yang menggunakan Bahasa Inggris disertai terjemahan Bahasa Indonesia yang menandakan bahwa jam pertama pelajaran dimulai. Kami masih sibuk dengan diri masing-masing, ada yang menyiapkan buku pelajaran, ada pula yang sedang mematikan hp mereka. Sekolah Menengah Kejuruan atau yang sering disebut SMK, ini merupakan sekolah ku yang juga termasuk salah satu sekolah rujukan. Artinya, sekolah ku ini sudah termasuk sekolah yang bagus dan diminati banyak siswa, bahkan ada yang dari Papua bersekolah disini.
Namaku Kania Salsabila Indriyani, cukup panjang dan menyulitkan ku ketika mengisi identitas pada saat ujian, lagi-lagi tidak masalah bagiku karena nama itu pemberian orang tua. Tapi, ku ingin ketika aku memiliki anak nanti namanya cukup dua kata saja agar mereka tidak membuang waktu lama untuk menulis identitas di ujiannya. Kurang logis mungkin yah ?...abaikan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS
Teen Fiction-SR Pengirim : Jl. Diponegoro No. 9 Kali ini hanya 1 halaman surat. Ku jawab dikertas lain dengan beberapa pertimbangan yang aku pikirkan untuk saran yang aku berikan. Masih ada 9 surat lagi, namun belum sempat ku baca karena bel masuk berbunyi. (Pe...