Part 5

18.6K 1.4K 44
                                    

"Kita harus membawanya ke rumah perkumpulan secepatnya Al," kata Ivan yang sudah berdiri dari duduknya.

"Aku setuju dengan Ivan," Aisyah juga ikut berdiri. "Kau lihat apa yang terjadi dengan iblis air tadi?"

Kali ini aku yang berdiri, "Tunggu dulu," kataku dengan lantang, semuanya memandangku sekarang. "Aku tidak bisa pergi kemana-mana."

"Kenapa?" tanya Aisyah.

"Orangtuaku, mereka belum pulang. Dan kalau mereka pulang dan tidak menemukanku dirumah, mereka akan panik," jawabku.

"Memangnya kau tidak pernah main keluar?" tanya Manda ketus.

"Hanya saja, salah satu anggota keluarga ini yang main keluar tidak pernah kembali lagi sampai sekarang," kataku, suaraku bergetar ketika mengatakan itu.

Semuanya terdiam, kurasa mereka mengerti apa yang terjadi disini. "Tapi kau bisa menelpon mereka dan minta izin kan?" kata Renitha. Dan itu ide yang bagus.

Aku berjalan cepat menuju telpon rumah yang ada di meja kecil disebelah bufet. Aku mengangkat gagang telponnya dan meneka nomor papah. Terdengan nada sambungnya, lalu seseorang berbicara di ujung sana. "Halo Pah?" mulaiku.

"Hai Emily, ini aku Pam. Bapak dan Ibu Sanders sedang rapat, mungkin akan sibuk terus sampe siang nanti. Mau kusampaikan sesuatu?" tanya Pam.

"Katakan saja aku menelpon," jawabku, sedikit kecewa memang, tapi aku terbiasa dikecewakan oleh orang-orang disekitarku.

"Baiklah, ada lagi?" tanyanya.

"Kapan mereka akan pulang, kupikir mereka akan tiba hari ini?"

"Mereka baru akan berangkat nanti malam, ada sedikit perubahan rencana. Mungkin akan sampai di Jakarta besok pagi," jawab Pam dengan terburu.

"Sepertinya kau sedang terburu," kataku, dan Pam hanya tertawa kecil. "Oke, thanks." Dan aku menutup telponnya.

Aku berjalan kembali keruang tamu. "Bagaimana?" tanya Aldo.

"Mereka tidak bisa menerima telepon dariku sekarang," kataku.

"Jadi?" tanya Aldo.

"Aku belum izin."

"Kita pergi saja diam-diam, orangtuamu tidak akan tahu," Ivan mengusulkan.

Aku menghela napas, "Mau bagaimana lagi." Aku mengangkat bahuku.

"Sudah diputuskan, Emily akan menginap di rumah perkumpulan kita," Aisyah terlihat gembira. Renitha menghampiriku, "Kami akan sediakan kamar untukmu."

Aku tersenyum canggung, "Thanks." Lalu mataku mencari Aldo dan menemukannya sedang berbicara dengan Ivan. "Berapa lama aku harus menginap disana?" tanyaku.

"Sampai semuanya aman," kata Aldo. "Kami juga masih harus memberitahumu beberapa hal lain, dan juga harus membuat strategi untuk menyelamatkan kakakmu." mendengar itu membuatku sumringah.

"Tapi aku sudah harus dirumah besok sebelum orangtuaku sampai," kataku.

"Ah sudahlah, kita pikirkan itu nanti saja." kata Aisyah, keliahatannya kelewat bersemangat.

"Bereskan saja barang bawaanmu, dan mungkin menyisir sedikit." kata Ghina, dia tertawa sambil memperhatikan rambutku.

Aku meraba rambutku dan mencobanya menyisirnya dengan jari tapi gagal, rambutku kelewat kusut. Tadinya kupikir aku akan keramas sehabis berenang, tapi sepertinya tidak ada waktu lagi.

Aku berjalan keatas menuju kamarku meninggalkan yang lainnya. Tapi aku mendengar langkah kaki dibelakangku, jadi aku menoleh. Rupanya Aldo yang berjalan dibelakangku. "Ada apa?" tanyaku.

The Demon (SUDAH DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang