"Revannnnnnnn!!".
Febby terbangun dari mimpi buruk dalam tidurnya. Febby benci sekali jika dia diingatkan kembali dengan kejadian satu tahun lalu itu. Dia benci dimana saat dia harus menangis lagi, dia benci kehilangan Revan. Terlebih lagi, dia benci dirinya sendiri. Dirinya lah penyebab kematian kekasihnya sendiri. Jika tidak ada laki laki gila itu, mungkin kematian Revan tidak akan pernah terjadi. Tapi dari situ dia sadar, bahwa perjuangan cinta Revan padanya sangatlah besar. Dan itu ia jadikan pelajaran agar bisa lebih menghargai pengorbanan sesorang.
***
H
ari ini, hari kedua Febby berpacaran dengan Ary. Walau dengan hubungan yang masih belum 'jelas' karna hanya diputuskan oleh satu belah pihak saja, yaitu Ary sendiri.
Baru saja Febby bangkit dari tempat tidur, suara getaran dari handphone miliknya menghentikan gerakannya.
Drrrttt.. Drrttt..
087845xxxxxx is calling..
"Halo? Siapa?" tanya Febby."Gue pacar lo yaelah, masa lupa sih" ucap seseorang ditelfon.
"Pacar?"
"huh pacar? Yaampun, jangan bilang ini Ary? Duh sibego," ucap Febby dalam hati."Iya. Lo kaga amnesia kan?".
"Ya kagalah, bego!".
"Ciee gue diinget inget terus berarti cieeee" goda Ary pada Febby.
"Paansih lo".
"Buruan mandi dah, terus sarapan. Ntar gue jemput. Assalamualaikum". Tuutttt..
"Ehh woyy!-"
"Eh kampret, udah dimatiin duluan. Ngapa kaga sekalian orangnya juga mati" ucap Febby asal dan langsung beranjak untuk pergi mandi.
***
"Febby.. Cepat turun kebawah dek, sarapan bareng kita" teriak sang mama dari dapur.
"Bentarlagi ma," jawab Febby sambil menyisir rambutnya dengan rapi.
Setelah selesai, Febby bergegas untuk turun sarapan dan segera meminta abang nya untuk mengantarkan nya kesekolah lebih cepat. Karna dia tidak mau dijemput oleh Ary. "Masih pagi soalnya, males gue pagi pagi udah naik darah ketemu si Ary". Fikir Febby sambil berjalan menuju ruang makan.
"Good enjing everybadan.." sapa Febby pada keluarga nya. Tanpa melihat orang orang yang ada dimeja tersebut, yang mana Febby juga langsung mendaratkan pantatnya dikursi dan langsung mengambil sepotong roti yang sudah disiapkan mama nya.
"Maapin adek gua emang suka gitu. Otaknya tinggal setengah". Ucap Farel -abang Febby- pada seseorang yang duduk disampingnya.
Ucapan dari Farel membuat Febby sontak melihat sang abang. Dan betapa terkejut nya dia saat mengetahui orang yang duduk disamping abangnya.
"Astagfirullah ada jin!" ucap Febby terkejut.
Papa, Mama, dan abangnya mengernyitkan keningnya masing masing. Heran melihat gadis kecil itu, Febby.
"Febby! Kamu ini apa apaan sih dek. Manusia itu, bukan jin. Lagian sama pacarnya kok ngomong gitu sih? " kata sang Papa.
"Udah biasa om, hati Ary mah kebal luar dalem. Makanya gabisa dijual murahan". Sambar cepat Ary yang membuat Febby mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
February
Teen Fiction"Tiap gua lagi sama elu, tensi darah gua mendadak naik tinggi. Tapi tiap lu kaga ada disamping gua, gua jadi kepikiran elu. Lebih tepatnya gua kangen sama lu. " -Febby Annasya . . . "Gua bersyukur banget bisa jatuh cinta sama elu. Karna kenal sama e...