"Gue ga banyak minta ini itu sama lo. Cuma satu, jangan pergi".
-Aryan Gerald-
***
Hari demi hari, sudah dilalui oleh sepasang kekasih yang masih sangat baru ini. Kecanggungan tak pernah mereka berdua rasakan, melainkan keributan yang mengundang rasa kenyamanan dari masing masing mereka sendiri yang masih belum mereka sadari. Mungkin bagi Febby, kehadiran seorang Ary sebagai kekasihnya ini, adalah suatu kesialan yang terus berlanjut hingga menciptakan perasaan. Entah perasaan apa, tapi bagi Febby sendiri tak dapat lagi dipungkiri bahwa Febby akan merasa kesepian jika Ary tak ada didekatnya. Meski hal itu belum pernah terjadi, tapi Febby sudah merasakan takut. Ya, takut kehilangan. Kehilangan untuk kedua kalinya, lebih tepatnya.
Pagi ini, seperti biasa Ary sudah datang kerumah Febby untuk menjemput kekasihnya berangkat kesekolah. Meski mereka baru berpacaran selama 2 minggu, kehadiran Ary sangat diterima dengan baik oleh keluarga Febby. Dan selama itu juga, Ary sudah menggantikan posisi Farel sebagai ojek pribadi Febby yang siap antar jemput Febby kemana saja Febby mau. Sudah jelas itu sangat menguntungkan bagi Farel. Dia tak perlu repot repot mengantar adik manjanya itu pagi pagi sebelum dia berangkat ke kampus. "Irit bensin juga", pikirnya.
Setelah Febby siap siap untuk berangkat kesekolah, dia segera turun untuk sarapan bersama keluarganya. Tak heran lagi, jika sekarang anggota keluarga nya itu ada tambahan personil baru. Siapa lagi kalo bukan Ary? Entah bagaimana Ary bisa langsung sedekat itu dengan keluarganya. Setiap pagi, pasti Ary selalu ikut sarapan dengan keluarga nya. Bahkan terkadang, Ary juga membantu mamanya masak untuk sarapan mereka semua. "Anak itu pake pelet apaan? Kokbisa selengket itu sama mama, sampe bantuin mama masak lagi. Gue aja kalo bantuin mama malah kenak tausiyah cuma gara gara ketuker masukin ketumbar sama merica. Aneh". Ucap Febby dalam hati.
"Selamat morning sadayana.." sapa Febby pada manusia manusia yang ada dimeja makan.
"Morning sayang" ucap kompak Papa, Mama dan Ary. Tapi tidak dengan manusia sok dingin satu itu, Farel.
"Jiji. Ngapain lo panggil gue sayang kayak mama papa?".
"Gue sama kayak mereka By".
"Sama apanya?".
"Sama sama sayang elo". Jawab Ary yang sukses membuat Febby blushing.
"Ehem hem. Masih pagi, gombalnya ntar aja". Ucap manusia sok ic, Farel.
"Abang iri tuh" celetuk mama Rebita.
"Nyesel ngomong, sumpah". Jawab Farel.
"Hahaha.. Udah sarapan buruan ah. Ntar kalian semua telat. Dek, udah kali blushing nya. Pagi pagi udah merah aja tu pipi bakpao". Ucap sang papa.
"Ih papa apaan sih. Lagian bakpao mana enak pa, enak risoles". Jawab Febby.
"Apa bentuknya kalo pipi kamu kaya risoles?"
"Ya daging sih pa".
"Luarnya?".
"Ya masih kulit".
"Kamu tau bentuk risoles gak dek?" tanya sang papa agak kesal.
"Ya tau sih pa. Ada yang segitiga, tapi yang digulung yang umum".
KAMU SEDANG MEMBACA
February
Teen Fiction"Tiap gua lagi sama elu, tensi darah gua mendadak naik tinggi. Tapi tiap lu kaga ada disamping gua, gua jadi kepikiran elu. Lebih tepatnya gua kangen sama lu. " -Febby Annasya . . . "Gua bersyukur banget bisa jatuh cinta sama elu. Karna kenal sama e...