Chapter 1 : Bertemu Dia

17 0 0
                                    

BAB I : BERTEMU DIA

"Katanya, kalo nggak ada drama hidup. Ibarat masak nggak pake bumbu!"

Elena menatap lama bangunan setinggi delapan lantai berwarna ungu dan biru dengan wajahnya yang merengut kesal. Bangunan yang tak lain adalah sekolah SMAnya. Dia benci sekolah! Apalagi jika harus adaptasi sebanyak dua kali di sekolah yang sama. Dalam hati, dia mengumpat dan menyesali keputusan bodohnya menyerah dengan kelas internasionalnya begitu saja. Padahal, dia bisa saja lulus lebih cepat seperti kelima teman lainnya. Sebenarnya, dia cukup beruntung akan keberhasilannya lolos tes masuk kelas internasional yang terbatas untuk sepuluh siswa-siswi saja. Bahkan, dengan latar belakang sekolah SMPnya yang hanyalah salah satu sekolah nasional biasa di Jawa Tengah, Purwokerto. Berbeda jauh dari teman-temannya yang mayoritas adalah lulusan SMP bergengsi di Semarang.

Sekarang tersisa empat teman lainnya yang mengambil keputusan sama sepertinya, yaitu mengejar semua ketertinggalannya dari kelas sepuluh dan langsung mengikuti USBN-UNBK di kelas XII. Artinya, dia harus bekerja ekstra mempelajari semuanya dalam kurun kurang dari setahun!

Setelah melihat jam pada ponselnya, Elena bergegas masuk dan menunggu Felly, temannya di depan lift. Sama sepertinya, gadis itu juga mengundurkan diri dari kelas internasional.

Tak lama kemudian, datanglah gadis berkacamata hitam, bertubuh tinggi-besar, dan rambut khasnya yang selalu diikat kuda datang menghampiri Elena dengan tergesa-gesa. "Eeel, sorry yaa aku telat. Biasa ah, gara-gara mamaku khotbah soal masalah nikah harus umur 25! Btw, Yohan udah dateng belom?" ujar Felly sambil menatap Elena dan mengecek ponselnya bergantian.

"Tumben amat nyariin Yohan. Cielah, jangan-jangan beneran udah suka nih yeee..." Elena meledek Felly dengan wajah usil.

"Apaan sih! Nggak laah, masa aku suka sama itu orang! Amit-amit kali!" balasan Felly yang cepat seolah salting itu malah membuat Elena terkekeh.

Memang, Felly tipe orang yang diam-diam suka kalau udah sering diledekin. Terutama, Yohan yang seringkali mendekati Felly selama dua tahun di kelas internasional dengan gaya khasnya yang melambai bak perempuan tulen. Malahan Yohan seringkali di bully karena, gaya ala Miss Indonesianya yang unik bin ajaib. Tapi, Elena justru merasa kasihan dengan keadaan Yohan yang salah didikan dari keluarganya dan Felly anehnya malah sering kontakan, walaupun "katanya" amit-amit.

Berbeda dengan Elena yang sulit membuka hati. Kata-kata yang terdengar darinya selalu begini; Cowok kalau udah dapetin apa yang dia mau juga paling langsung bosen. Namanya aja kaum adam alias ADA Maunya! Maunya cuma dari penampilan luar aja, nggak ada tuh yang cowok yang awalnya suka sifat orang. Kalau ada pun, cuma berapa spesies kali? Udah langka mau punah tuh! Begitulah prinsip yang dipegangnya sampai detik ini. Pantas saja kan, jika semua lelaki yang menembaknya pun berakhir patah hati.

Yah, tak terkecuali Kevin yang menjadi satu-satunya sahabat berjenis kelamin "laki-laki", perempuan keras kepala ini. Awal dari pertemuan mereka juga karena, Kevin yang menembak Elena berkali-kali sewaktu SMP dan berakhir sama seperti lelaki lainnya yang "ditolak". Sebenarnya, itu juga karena kesalahan Kevin yang kadang terlalu frontal sampai kadang lupa mem-filter omongannya atau sifat narsis, labil, dan childishnya yang justru membuat Elena menepuk dahi berkali-kali. Tapi, mengherankan juga malah mereka bisa jadi sahabat selama ini hingga Elena merantau ke Semarang. Mungkin karena hubungan mereka layaknya kakak-adik yang selalu menjaga satu sama lain.

Sesampainya mereka di depan pintu kelas XII-B, sontak semua pasang mata dalam kelas menoleh kearah dua gadis itu. Seolah mereka berdua makhluk asing dari planet lain. Kedua gadis itu langsung menoleh satu sama lain dan menghela napas panjang. Here it goes! Memasuki penjara sesungguhnya yang menanti mereka!

Nano-Nano RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang