Chapter 2 : Taruhan?

7 0 0
                                    

BAB II : TARUHAN?

"Jangan percaya kalo nggak ada bukti, nanti bisa jadi gosip. Kalo bener pun, ngapain ngurusin hidup orang kalo hidup kita sendiri aja belum bener?"

LINE!
Pesan baru telah diterima.

"Elena, ini Vicky. Aku mau ngobrol sama kamu dong, istirahat pertama nanti yaa! Ketemuan di tangga lantai 8 aja. Wkwk..."{Vicky}

"Eeel, kamu udah bangun? Aku jemput kamu sekarang yaa, sesuai janjiku kemarin!"{Felly}

"Eeel, cowo yang dijodohin sama aku ternyata beda agama. Mamaku udah gila kali yaa?" {Yemima}

"Jangan kangen sama orang terketceh ganteng ini, oke?" {Kevin}

Elena yang baru saja mematikan alarm ketiga di ponselnya dan berniat melanjutkan mimpinya lagi malah terganggu dengan pesan LINE yang masuk. Akhirnya, dia berusaha keras bangkit dari kasurnya yang sepertinya memiliki magnet kuat di situ. Padahal, dia masih ingin bermesra-mesraan dengan kasurnya dan Puput, boneka teddy bear kesayangannya. Setelah mengusap matanya berkali-kali untuk mendapati kesadarannya, dia langsung bergegas keluar dan mandi.

"Uiii! Sapa sih yang mandinya lama amat! Nanti aku telat sekolah loh!" terdengar suara lelaki menyebalkan yang akhirnya membuat Elena kehilangan kesabarannya. Bagaimana tidak? Lelaki ini menggedor keras pintu kamar mandinya berkali-kali.

"Sukurin kalo telat!" balas Elena yang sudah berpakaian rapi, keluar dari kamar mandi.

Elena sudah berada di depan pagar gerbang kos, namun keberadaan Felly yang tak nampak membuatnya gelisah. Dia pun mengecek ponselnya yang ternyata ada 15 miscall dari Felly! Benar saja dugaannya, Felly yang tak sabaran menunggu lama di depan kos malah meninggalkannya lima menit yang lalu. Aduuuh, harus pesen gojek gini yang malesin. Nunggu gojek keburu nggak yaa, takut telat upacara! Kena karma gara-gara nyukurin orang telat malah ikutan telat, iiih sebel! batinnya. Setelah lama berpikir, dengan terpaksa dia harus memesan gojek.

"Eh, cewe maling! Jam segini belum berangkat? Sukurin telat!" ujar lelaki yang tak lain adalah "orang nyebelin" kedua setelah Kevin versi Elena. Dia sedang mengeluarkan motor dari garasi kos-kosan. Bisa saja kan, Elena menumpang motornya sampai ke sekolah? Namun, sifat keras kepala perempuan ini yang justru menyulitkan dirinya sendiri. Hati dan pikirannya masih menimbang antara gengsi atau hukuman keliling lapangan jika dia telat datang upacara pembukaan tahun ajaran baru sekolah.

Lelaki yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Elena hanya tersenyum, seolah mengerti apa yang dipikirkannya. Dia masih punya hati, sekalipun memang sifat gadis itu sulit dipahami. Udah ada yang simple, masih aja ambil pusing jalan ribet! Itulah first impression yang muncul di benaknya saat melihat Elena pertama kali.

"Aku kasih waktu deh sepuluh detik kalo mau nebeng motorku. Kalo nggak, aku cabut. Okee?"

"Aku udah pesen gojek tapi!"

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tu-"

"Okeee, aku ikut. Aku batalin gojeknyaaa! Tapi, aku minta diturunin jauuuh dari lapangan upacara looh yaa? Aku nggak mau sampe kena gosip kelas sama kamu."

"Iyaa deeh, tapi jangan salahin aku kalo kamu jalan dari parkiran terus telat dah! Yaah, panas-panasan keliling lapangan sampe geseng deh kulit putihmu."

"Nggak papa! Aku kan niru bule, panas-panasan biar tan!" jawab Elena dengan wajah juteknya.

"Kalo panas Semarang bukannya kamu tan, malah jadi geseng ala Afrika Black Panther di Wakanda. Nih, helmnya! Jelek amat sih, kalo jutek mulu. Cepet tua loh."

Nano-Nano RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang