Rasanya waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa sekarang aku sudah Memasuki penghujung Sekolah Menengah Kejuruan.
Kehidupanku selama ini rasanya sama saja tak ada yang berbeda, aku tak terlalu perduli akan semua orang yang tau akan kisah hidupku. Jika mereka membicarakanku aku hanya diam, pura-pura tak mendengar mereka.
Masa SMK-ku kulalui dengan damai, karena diantara mereka tak banyak yang tau akan kisahku, jika ada yang tau pun mereka lebih memilih diam. Mereka kira aku belum tau tentang semuanya, pada nyatanya, aku sudah mengetahui apa yang terjadi dimasa lalu.
Aku sekolah disalah satu sekolah swasta yang lumayan jauh dari rumah, aku harus menaiki angkutan umum dulu sekali untuk sampai ke sekolah, dan dari kampungku hanya beberapa orang saja yang satu sekolah denganku, bahkan selama tiga tahun sekolah aku hanya pernah sekali satu kelas dengan siswa yang satu kampung denganku itupun hanya satu orang dikarenakan kami berbeda-beda jurusan.
Hari ini hari Minggu, setelah beberapa hari kemarin aku sudah melalui UNBK, aku dibebaskan dari masa sekolah, hanya tinggal menunggu surat kelulusan keluar dan aku sudah bebas untuk menentukan masa depanku.
Karena aku belum mendapat pekerjaan, sekarang aku hanya bisa membantu Papa berjualan ketoprak di komplek perumahan dekat kampung kami, sedangkan Mama beberapa hari ini ia kurang sehat jadi Papa memintanya istirahat di rumah. Niatnya siang ini setelah membantu Papa aku akan mencoba melamar kerja ditempat kerja Kak Dian dulu.
Saat ini memang Kak Dian sudah tak berkerja, kakak perempuanku satu-satunya itu sekarang sudah berkeluarga, setahun lalu Kak Dian memilih menerima lamaran dari seorang pemuda yang berkerja di tempatnya bekerja juga. Profesi mereka sama, sama-sama sebagai office boy dan office girl. Dan sekarang Kak Dian sedang fokus merawat keponakanku yang baru berusia dua bulan.
Awalnya aku merasa kehilangan saat Kak Dian tak ada di rumah dan tinggal di rumah suaminya. Kakakku yang berbeda tujuh tahun denganku itu selain berperan sebagai kakak, Kak Dian juga berperan sebagai sahabat yang sangat baik, semenjak hubungan pertemananku putus dengan Sri, aku memang memilih tak ingin terlalu dekat dengan siapapun itu kecuali keluargaku. Papa, Mama dan Kak Dian.
Dan sekarang ada orang baru, Mas Reno dan Anjani, putri kecil mereka, aku menyukai mereka sebagai keluargaku juga.
.
.
.
."Papa doain semoga kamu diterima ya, Ris."
"Aamiin..." Sahutku dan Mama berbarengan.
Niatnya sekarang aku akan berangkat melamar kerja. Kuu cium punggung tangan Papa dan Mama, setelah itu keluar dari pintu dan mengucapkan salam yang dibalas oleh mereka.
Saat aku melewati rumah Pak Heri untuk ke depan mencari angkutan umum, ada yang memanggil namaku dari dalam gerbang rumah itu.
"Risa." Aku menoleh dan mendapati Om Rehan anak kedua Pak Heri keluar gerbang menghampiriku.
"Kenapa, Om?"
"Mau kemana? Rapih banget." Tanya Om Rehan sambil meneliti penampilanku.
Padahal menurutku pakaianku belum terlalu rapih. Aku hanya memakai celana bahan hitam, kemeja putih yang aku keluarkan, kerudung hitam sederhana, dan tas selempang. Sedangkan ditanganku ada map berkas lamaran.
"Mau ke perusahaan yang deket supermarket itu, Om."
"Mau ngelamar kerja, ya?"
"Iya."
"Ngelamar di kantor Om aja, Ris, kebetulan ada lowongan di sana." Tawar Om Rehan padaku. Aku menunduk, sebenarnya aku tak nyaman bicara pada Om Rehan, karena ia sedari tadi menatapku dengan tatapan yang membuatku jengah, tatapan sendu.
"Terima kasih, Om. Aku mau coba ke perusahaan itu dulu aja." Kataku agak ragu.
"Ya udah, semoga kamu beruntung ya Ris, kalau gak keterima di sana ke kantor, Om, ya." Katanya sambil mengusap kepalaku pelan.
"Iya, Om. Permisi ya Om, aku berangkat dulu. Assalamualaikum." Kataku cepat sambil mencium tangannya.
Aku berjalan sambil menunduk. Kenapa harus selalu seperti ini ketika berpapasan dengan salah satu keluarga Pak Heri, aku benci suasananya dan perasaanku yang selalu tak menentu.
---
Alhamdulillah, setelah memasuki lamaran dan ditanya beberapa hal. Aku langsung diterima sebagai OG di perusahaan yang dulu ditempati Kak Dian ini.
Katanya perusahaan memang sedang membutuhkan OG yang baru karena ada tiga OG yang berhenti bekerja dikarenakan sudah berkeluarga.
Aku sudah bisa bekerja mulai Senin katanya. Aku senang sekali akhirnya aku dapat pekerjaan. Keinginanku adalah bisa menghasilkan uang untuk membantu Papa dan Mama, dan bisa membelikan rumah agar kami tak mengontrak lagi.
Hidup di kontrakan itu sulit, harus memikirkan uang makan sehari-hari saja sudah berat apalagi membayar kontrakan. Kadang aku kasihan pada Papa yang sudah lelah berjualan dan terkadang dagangannya masih tersisa banyak.
Sebenarnya, waktu aku masih sekolah pun aku ingin sekali kerja dan membantu mereka.
Pernah sekali aku mencobanya. Tapi Mama marah saat tau aku bekerja sebagai penjual donat sahabis pulang sekolah.
Katanya, tugasku itu hanya belajar dan bermain nikmati masa muda, bukannya membantu orang tua mencari kerja, Mama tak ingin aku merasakan masa mudaku tak ada kesenangan bersama teman karena sibuk bekerja seperti mamah dulu, akhirnya aku tak menjual donat lagi, dan memilih membantu Papa berjualan saat aku libur.
---
Assalamualaikum...
Cerita ini sedang tahap revisi dan berniat aku publish di platform lain, mohon doa dan keikhlasannya ya semua 🙏Terima kasih untuk kalian yang sudah baca ceritaku ini 😊😊
Wasalamualaikum...
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan (TAMAT) Lanjut Karyakarsa
General FictionTerbit di Karyakarsa... Senyumku bahkan takkan pernah bisa menutupi raut kecewa ini...