10. Kilas Balik

3.4K 230 6
                                    

Delapan belas tahun yang lalu...

°°°

Annisa Rahmawati. Ia gadis manis yang begitu naif yang pernahku kenal. Aku bertemu dengannya saat ia membantu Rey yang hampir tertabrak motor. Ia menyelamatkan anak keduaku itu tanpa memikirkan nyawanya sendiri.
Karena kejadian itu ia dan Rey harus dirawat dirumah sakit selama tiga hari, tak ada luka yang terlalu parah memang ditubuh Rey, namun Annisa gadis baik hati itu mengalami cedera pada tangannya yang ia gunakan sebagai bantalan tubuh Rey saat jatuh.

Kami dekat mulai dari sana. Dari tatapannya aku tau ia mengagumiku. Tatapannya memancarkan kehangatan yang telah lama tak pernah kudapatkan lagi.

.

.

.

Selama 12 tahun menikah, tak pernah hati ku segoyah ini. Sebesar apapun pertengkaran diantara aku dan istriku -Ismi.

Aku terjatuh terlalu dalam karena tatapan Nisa, ia yang menggetarkan hatiku yang ku kira telah lama mati. istriku seorang pekerja keras, sejak awal menikah aku tau ia tak ingin hanya jadi ibu rumah tangga. ia ingin tetap bekerja di perusahaan ayahnya, awal pernikahan ku tak pernah ada pertenggakaran diantara kita, sampai ia hamil Bagas. Aku punya usaha pikirku, usahaku bisa menghidupi kami sekeluarga kenapa ia masih ingin bekerja. Bahkan setelah melahirkan pun ia tak ingin berhenti bekerja ia ingin tetap menjalankan usahanya, sudah ku bilang serahkan saja pada anak buahnya. Tapi ia tak ingin dengar, malah ia mempekerjakan pengasuh untuk Bagas saat itu.

Tak sampai dua tahun ia mengandung Rey. Aku pikir setelah anak kedua kami ini ia akan berhenti bekerja dan fokus pada keluarga serta anak-anaknya. Tapi tidak! Lagi-lagi ia memilih bekerja, dan menyewa pengasuh untuk Rey.

Aku sangat ingat perkataan kedua anakku saat mereka telah duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu bagas kelas tiga dan Rey kelas satu. Aku yang menjemput mereka pulang saat itu, dan didalam mobil Rey bicara padaku dengan mata berairnya, "pah, aku pengen bangettt mamah yang jemput aku sekolah. Gapapa deh kalau gak setiap hari tapi masa mamah gak bisa jemput Rey sama abang seminggu sekali. Rey gak pernah dijemput mamah dari TK."

Setelah Rey mengucapkan itu, Bagas ikut menimpali, "abang aja gak pernah dijemput mamah. Paling sama bibi kalau gak sama ayah. Mamah mah sibuk mulu."

Hatiku tertusuk saat itu, aku pernah diposisi mereka. Ibuku terlalu sibuk, sedangkan ayahku. Ia telah lama bercerai dari ibu dan pulang kekotanya di Surabaya. Ibu tak pernah menungguku disekolah atau menjemputku pulang karena sibuk bekerja, aku dididik untuk mandiri sejak Taman Kanak-kanak. Pulang pergi sekolah bersama teman-teman tanpa ada orang tua yang mengawasi. Hanya sesekali bersama orang tua temanku.

Sampai karena kecelakaan itu, Rey sangat akrab dengan Nisa. Tanpaku tau Rey dan Nisa sering main bersama sepulang Rey sekolah. Karena Rey pulang melewati kampus Nisa. Bagas yang memang sudah masuk SMP hanya sesekali main bersama Nisa.

Hatiku semakin menghangat melihat mereka bertiga bermain bersama. Ismi bahkan tak pernah main bersama seperti itu dengan anak-anaknya ia terlalu sibuk bekerja dan mengejar impiannya.

Hingga aku yang bodoh ini mengajaknya menjalin hubungan, ia sangat senang saat aku mengatakan aku mencintainya. Ia yang terlalu naif menerima cintaku karena ia pikir aku seorang duda dua anak, yang karena anak-anak bercerita hanya sesekali tentang ibunya yang membuat Nisa salah paham. Aku membiarkan kesalahpahaman itu, sampai pada saat aku terlalu terbawa nafsu, aku merusak masa depannya. Ia menangis malam itu, namun aku meyakinkannya bahwa aku akan bertanggungjawab.

Memang sesuatu yang ditutupi akan tetap terbongkar sehebat apapun aku terus menutupinya. Pagi itu saat kami olahraga bersama dengan anak-anak juga, tanpaku duga Ismi datang. Aku terkejut, sangat amat terkejut. Nisa menatapku dengan heran saat aku memasang wajah terkejut, "kamu kenapa?" Tanya Nisa sambil memegang lenganku lembut. Sentuhan yang selalu membuatku bergetar.

Harapan (TAMAT) Lanjut KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang