3. Third

48 3 0
                                    


09.00


"Silahkan masuk" ucap Bu Melati

"Ibu memanggil saya?" Tanya Viona

"Iya nak . Ini ada berkas berkas lagu baru untuk dimasukkan ke dalam partitur . Kan paduan suara Kita semakin hari semakin berkembang. Saya sangat berterima kasih sama kalian karena sudah mau berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada paduan suara Kita ini" ucap Bu Melati senang

"Iya bu. Sama sama . Saya juga senang karena paduan suara ini semakin hari semakin berkembang . Bahkan paduan suara Kita sudah banyak dikenali di beberapa sekolah" ucap Viona dengan senyum yang mengembang

"Ya sudah . Letakkan berkas berkas lagu ini di ruang paduan suara ya nak"

"Iya bu . Saya keluar dulu ya bu. Permisi" ucap Viona sopan

"Iya nak."

Setelah keluar dari kantor guru , Viona menyanyi dengan suara yang merdu .

"Berkas lagi berkas lagi berkas lagi saudara . Nyanyi lagi nyanyi lagi nyanyi lagi saudara"

Sambil menyanyi dan menaikki tangga , tak sengaja mata Viona dan anak basket itu bertemu . Ya anak basket itu . Tampan , menawan , tinggi , pintar , unggul , Dan terkenal . Liam Leonathan.

Dia natap gue juga ya ? Duh jadi malu gue . Kak Liam ganteng banget . Meleleh adik bangg Batin Viona dalam hati , seolah olah berbicara dengan gaya yang menjijikan .

Memang dia dari dulu tertarik melihat Liam. Dia terlihat sempurna dimata setiap wanita . Meskipun tidak ada manusia sempurna di dunia ini . Tetapi dia mempunyai 1 kekurangan , sifat dingin nya yang melebihi dingin es batu ,kutub utara dan suhu -1000°c . Tetapi kekurangan nya itu tertutup karena kelebihan nya itu . Tampan . Menawan . Tinggi. Pintar . Unggul . dan F A M O U S.

"Auh ah . Yang penting gue letakkan berkas berkas ini , lalu masuk ke kelas . Nanti di marahi sama ibu judes itu lagi"

Setelah meletakkan berkas berkas itu. Viona kembali keluar dan turun ke bawah. Tak sengaja Viona melihat Liam .

Lo ganteng banget kak . Andaikan gue jadi pacar lo . Pasti gue udah mandi bunga kembang 80 jenis. Batin Viona yang masih melihat Liam.

Dan ternyata Liam melihatnya juga. Taulah Kan ya ? Cewe tuh malu malu monyet , eh maksudnya malu malu kucing . Jadi pura pura gitu nge alihkan pandangan .

Huft . Gue harap dia ga lihat gue natap dia dari tadi . Lo lagi mata. Kok harus liat liat dia di keadaan yang ga tepat . Ucapnya menggerutu sambil menyalahkan matanya . Padahal yang punya mata ya Kan sih dia . Hedeh , Vi Vi .

•|•|•|•|•

Kringggg kringggg !!!!!

"Kantin yuk" ajak Viona

"Yukk . Tumben semangat lo kutil kuda" ejek Aluna

"Heh ! Rese lo ! Tiba gue semangat salah . Tiba lemas salah . Emang hidup lo kagak ada bener benernya yah ! " Balas Viona dengan ucapannya pedas.

Inilah yang ditakutkan orang orang jika beradu mulut dengan Viona . Kata kata pedasnya itu akan menyerbu dengan tusukan tusukan tajam yang buat orang orang jadi sakit hati . Tapi Aluna tidak peduli dengan Hal itu . Toh tadi dia juga udah anggap kalau Viona adalah kembaran nya . Catet ! k e m b a r a n n y a . 😁🤘

"Lo yang rese" ucap Aluna tidak mau kalah

"Lo"

"Lo"

"LOOOO!!!!!"

"bodo amat ! Nih mau ke kantin atau berantem sih"

"Hehe . Makanya lo jangan pancing lah" ucap Viona sambil menuju ke kantin Dan meninggalkan Aluna sendiri .

"Woi! Main ninggal ninggalin Aja lo kutil kudaa!!" Teriak Aluna .

Begitula mereka . Akur ga akur . Hehe .

"Bu! Saya pesan mie ayam . Seperti biasa ya." Ucap Viona

"Saya bakso aja ya bu " ucap Aluna

"Siap neng " ucap penjual di kantin itu sambil menunjukkan kedua jempolnya .

"Eh lun." Ucap Viona yang memulai pembicaraan duluan

"Hm?"

"Eh bang Liam itu udah Ada pacar ga ?" Tanya Viona

"Setau gue sih engga punya. Dia Kan cuek gitu. Kalo udah urusan cewe , pasti dia tuh milih milih. Kenape ? Lo naksir?"

"Udah dari dulu bege . Lo lupa ?"

"Oiya hehe . Mangap bos mangap" ucap Aluna sambil menepuk jidatnya .

"Iye ga apa apa"

Tiba tiba suara kantin berubah menjadi riuhh . Kenapa ? Pasti bertanya tanya ea kan?
Hayoo siapaa itu ?

Next part ! 🤘

•|•|•|•|•



Thanks for readers ❤
Jangan lupa vote n comment ❤

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang