Bukankah hanya lara? Yg akan menjadi pemeran utama dalam sebuah drama cinta. Ketika dia yg kau anggap beda, ternyata lebih buruk dari yg kau kira sebelumnya--Alpha
Gubraaak!!!
"Aduuh,siapa sih. Pagi-pagi udah bikin rusuh. Kalo jal-----" seketika mulut Alpha berhenti ngomel.
Tubuhnya menengang, setelah tau siapa yg bertubrukan dengannya tadi. Dia menundukkan kepala dan dalam hati Alpha merapal "aduuhh, kenapa pagi-pagi gini udah ketemu makhluk ini yaRabb"
Sementara orang yg ditabraknya pun hanya menatap jengah kelakuan Alpha yg menyebalkan. Dia hanya memutar bola mata malas dan pergi tanpa sepatah kata pun.
Alpha tidak berani bicara apalagi mendongak lagi. Mata tajam orang itu selalu membuat Alpha ketakutan, entah karena apa. Alpha juga tidak tau.
Baru setelah melihat sepatu didepannya bergerak pergi, Alpha menghembuskan nafas lega. Setelah beberapa menit lalu seperti tertahan ketakutan tak kasat mata.
"Akhirnya pergi juga. Gila aja pagi ini. Udah bangun kesiangan, capek kejar-kejaran sama waktu, eh baru masuk udah disambut kakak kelas yg nyeremin kayak suaminya valak" ocehan Alpha sambil berjalan seadanya.
"Ya dikira gue gak takut apa, kalo tiap kali ketemu disuguhin muka dingin dan tatapan membunuh kayak gitu. Hiii, beneran deh. Cocok banget jadi bapaknya Annabel" Alpha masih saja tidak berhenti menyuarakan isi hatinya.
"Coba ulangin apa kata lo tadi" tiba-tiba suara berat dan nge bass muncul menginterupsi omelan Alpha.
Deggg
Mati gue !
"Coba ulangin semua kata lo tadi didepan gue" Desak senior yg dianggap bapaknya valak oleh Alpha tersebut. Dengan tatapan yg lebih tajam dan membunuh dari sebelum-sebelumnya.
Tangannya bersedekap siap mendengar semua omongan junior kurang ajar yg udah ngomongin dia dengan sangat tidak sopan.
"Lo punya mulut gak !?" Dengan sekali bentakan. Alpha terkejut dan kaget. Hampir saja jaket yg dibawanya terlempar ke udara.
"E eh.. I iya kak" jawab Alpha yg suaranya setengah gagap.
"Iya apa !?" Orang itu kembali membentak Alpha. "Kalau diajak ngomong itu dilihat orangnya, jangan cuma mandangin sepatu aja. Gak ada attitude nya sama sekali. Cihh- "
Seumur-umur Alpha baru kali ini dibentak orang sampai gemetaran kayak gini. Bahkan orang tuanya pun tidak pernah membentaknya. Karena dia adalah anak terakhir dan kakaknya kuliah di Bogor.
Dengan tubuh yg masih bergetar, Alpha memberanikan untuk mendongak dan menatap seniornya tersebut. Dengan wajah yg pias dan tatapan takut, dia minta maaf pada kakak kelasnya tersebut.
"Mm maaf kak, saya nggak bermaksud ng ngomong kk kayak g gitu tad--"
"Gak bermaksud gimana maksud lo ha?! Udah jelas-jelas lo ngomongin gue dan hina gue dengan sebutan mirip suaminya valak dan bapaknya Annabel. Lo punya otak gak sih?!" Dengan cepat orang itu memotong omongan Alpha.
Alpha kembali tertunduk lemas dengan mata yg mulai memanas karena kalimat terakhir cowok itu. Dia mulai pasrah dengan apapun yg akan dikatakan dan dilakukan oleh seniornya itu. Alpha sudah tidak berani.
Tanpa sadar, kalimat terakhir cowok itu telah melukai hati Alpha. Hingga sebuah cairan bening dari mata Alpha turun dengan indah dipipi tembam dan gembil gadis itu. Kemudian isakan-isakan kecil dan bahunya yg berguncang mulai terlihat.
Diksi, cowok yg menjadi most wanted smp sampai sma. Yang mempunyai tatapan tajam membunuh dan tanpa ekspresi sedari tadi memarahi adik kelas kurang ajar itu mulai memperhatikannya sekarang.
Dengan kening yg berlipat-lipat, Diksi bertanya-tanya apa yg terjadi dengan juniornya ini.
"Ini anak kenapa" batin Diksi.Baru setelah beberapa saat, akhirnya Diksi sadar bahwa Alpha sedang menangis.
"Heh, heh lo ngapain?! Lo nangis ya?! Kenapa nangis disini sih!? Lo mau rusak citra gue karena udah buat cewek nangis di sekolah ha?!" Dengan nada yang masih tinggi Diksi mengguncang bahu juniornya tersebut. Dan sengaja melirik name tag nya. Ternyata namanya Alpha Afrisha.
Tangisan Alpha semakin menjadi karena Diksi. Namun tidak menjawab pertanyaannya karena dia sesenggukan. Berhubung ini di sekolah dan mereka ada di koridor. Mau tidak mau Diksi membawa Alpha ke tempat lain. Agar dia tidak dituduh macam-macam.
"Oh God, lo ngapain sih nangis didepan gue. Ayo sini, malu-maluin tau gak, udah tua juga masih cengeng. Dikira gue apa-apain lo lagi" ucap Diksi sambil menggandeng -lebih tepatnya menarik- tangan Alpha ke depan toilet yg cukup sepi.
Alpha masih takut dan menurut saja ketika Diksi membawanya ke depan toilet. Tapi Alpha tidak membuka suara.
Sekian lama menunggu Alpha menghentikan tangisnya, Diksi mulai frustasi.
"Aaarghh, hei udah kenapa nangisnya. Gue capek tau nungguin lo. Lo kira gue gak ada kegiatan lain setelah ini selain jagain bayi tua cengeng disini? Lo gak denger bel udah bunyi dari tadi? Udah dong nangisnya. Okee, gue minta maaf karena udah bentak dan marah-marah sama lo tadi. Gue kelepasan, abisnya lo nyebelin banget jadi manusia. Ngatain orang seenak jidat" kalimat panjang yg diucapkan Diksi yg lebih lembut membuat tangis Alpha sedikit berkurang.
Kemudian dengan sedikit keberanian yg Alpha miliki, dia menatap mata tajam Diksi yg mulai melembut.
"Maaf kak"
"Yaudah sana balik kelas, tapi lain kali kalo mau ngomong dipikir dulu baik-baik. Kadang omongan lo bisa nyakitin hati orang"
Setelah mengatakan itu, Diksi kembali ke kelasnya. Karena bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Dan Diksi bisa memastikan kalo gurunya susah mengajar sekarang.
Dan Diksi harus siap menerima omelan guru matematika yg terkenal killer itu.
Dengan langkah buru-buru, Diksi mengetok pintu kelas dan memberi salam untuk meminta ijin masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quite Secret
Teen FictionPenantian tak berujung itu entah sampai kapan. Seorang ekstrovert yang jatuh cinta pada tempat yang salah. Tapi entah mengapa, perasaan itu seperti tak pernah ingin hilang dari benak gadis itu. Meskipun ia tau, bahwa gelar "introvert" dan "ekstrove...