jagad bercumbu dengan malam

62 7 19
                                    

Aku lebih suka bersembunyi di punggung malam,mencari bintang yang lebih terang.
Mengumbar puisi,melukis sejuta rasa yang ada. Tiap tiap lembar buku sketsa yang tergambar adalah suaraku.

Malam ini ,taman begitu ramai.
Tak jarang yang sendiri, semua berpasangan saling membalas senyum  yang mengembang.
Mungkin karna malam minggu, entahlah aku tidak perduli malam apa ini ,bagiku sama saja.

secangir kopi yang ku pesan dari pedagang kaki lima di sekitar membawaku melangkah di deretan bangku taman tak berpenghuni. pohon-pohon rimbun berbaris rapi,begitu apik di pandang.sedikit aluna play list indi flok merujuk telinga,sedangkan Asap rokok begitu lekat menyelimuti bibir.setiap cecap kopi ku hangat.

Tapi tidak tau kenapa? Bibir pensil ku tak mau lagi bersuara.sedangkan secarik kertas kosong  menunggu sabar.
Angin begitu dingin  menghampiri mengusap kulit, bersama dedaunan kering berjatuhan .

Lelah

Kepala tersandar di bahu bangku taman memandang langit.

Mataku menciut melihat satu bintang begitu terang ,sedangkan aku terbuai.
ini malam keseribu,sedangkan aku baru melihatnya.

Bintang  terang itu menghilang dari pandangan ku. Saat Mataku terbuka  .pohon, keramain ikut menghilang.
Yang ada hanya sekumpulan asap mengitariku.

"Dimana ini" aku bertanya pada diriku sendiri ,sedangkan mataku menyusuri jauh yang kubisa.

Di balik sekumpulan asap terlihat perempuan samar , seperti bayangan. Pandang ku pun menjadi satu titik ,Aku mendekat.
Asap yang samar mulai menghilang, sedangkan perempuan itu terlihat jelas. Ia begitu cantik  dan tersenyum pada ku.

." Siapa kamu . Di mana ini ".

"Aku.
Bathari Sri Widowati"

Mendengar lembut suaranya ,jiwa ku hanyut di dalam tetes embun suci membasuh kelopak mata ku.

"Aku tadi mimpi apa. Ah ....sudah lah  pagi terlalu bising untuk ku . Lebih baik aku pergi."






Belum Ada Judul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang