Chapter 1

82 2 0
                                    

Alarm di atas nakas sebelah tempat tidur berdering keras, menunjukkan pukul delapan pagi. Walaupun sudah berdering berkali-kali, mengingatkan agar pemilik kamar segera bangun, tetap saja sang pemilik kamar enggan menyadarkan diri dan memilih untuk bersembunyi di balik hangatnya selimut. Tangan putih milik sang pemilik kamar terulur, meraba-raba nakas mencari alarm. Setelah tangannya berhasil menemukan tombol, segera dinonaktifkan alarm yang mengganggu tidurnya. Kembali ditariknya tangan itu, bersembunyi di balik selimut.

BRAK!

Pintu kamar terbuka. Seorang remaja bersurai abu berdiri sambil berkacak pinggang di depan kamar. Berdecak kesal saat matanya menangkap buntelan besar masih bersembunyi di balik selimut di atas tempat tidur.

"Hah~ Dasar. Biasanya kan aku yang dibangunkan. Kenapa sekarang malah aku yang membangunkanmu? Kalau bukan karena omelan Okaa-san yang hampir memecahkan gendang telingaku, aku tak sudi melakukan hal merepotkan pagi-pagi begini," sambil mengeluh dan menghela napas pasrah. Remaja abu itu melangkah menghampiri buntelan besar itu. Diguncangkannya beberapa kali, berharap sang buntelan besar keluar dari tempat persembunyian.

"Oi, Nii-san! Chihiro nii-san, cepat bangun! Okaa-san bisa ngamuk kalau kau belum bangun juga!" Sedikit berteriak di kepala si buntelan yang menyembul sedikit. Sayangnya, tak berhasil. Hanya suara erangan dan desahan menyebalkan yang entah kenapa terdengar ambigu di telinga si surai abu.

"Aku paling malas membangunkan si kerbau ini," gumamnya kesal. Membangunkan Mayuzumi Chihiro—sosok buntelan yang bersembunyi di balik selimut—di minggu pagi adalah hal paling merepotkan. Sebuah ide terbesit dalam benaknya. Mayuzumi Shougo—si remaja abu—keluar dari kamar sang kakak dengan seringai jahil terlukis di wajah. Tak lama kemudian, ia kembali dengan gayung berisi air dingin plus es batu.

"Jangan salahkan aku jika kasurmu basah nanti ya."

BYUR!

"HUWAAA!!!"

Jeritan melengking sukses keluar dari mulut Chihiro. Shougo yang berdiri di sebelahnya tertawa puas.

Chihiro melongo, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Saat sadar sosok sang adik sedang menertawai di sebelahnya, alisnya langsung menukik tajam. Matanya memicing dengan wajah suram dan aura hitam menguar di sekitar tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan, Shougo?!" Chihiro bertanya dengan datar nan dingin plus tatapan tajam seakan ingin membunuh sang adik. Shougo hanya bisa menelan ludahnya sendiri saat sadar sang kakak benar-benar marah.

"Itu salahmu sendiri karena tidak mau bangun. Aku kan hanya berusaha ingin membangunkanmu," Shougo membela diri, tak mau disalahkan.

"Apa kau tidak bisa membiarkan kakakmu ini tidur sampai siang sehari saja? Kau tau kan aku selalu sibuk dan sulit sekali bisa istrahat saat dapat hari libur begini?! Oh, ayolah Shougo. Jangan ganggu aku sehari saja," omel Chihiro. Shougo tak mau mendengarkan. Ia hanya bersiul-siul pelan mengabaikan celotehan Chihiro, membuat Chihiro makin naik darah.

"Kau ingin ku hajar ya?!" Chihiro mengangkat kepalan, mengancam memukul kepala abu milik si adik yang identik dengannya. Shougo lekas menjauh, tak mau kena hajar kakaknya pagi-pagi begini. Bisa benjol kepalanya nanti.

"Jangan, Nii-san. Nanti kau bisa masuk penjara karena melakukan kekerasan dalam rumah tangga," jawab Shougo. "Lagipula, memangnya kau lupa hari ini hari apa?"

Chihiro memutar bola mata. "Minggu," jawabnya singkat.

Shougo mendengus kesal. "Iya, aku tau sekarang hari Minggu. Tapi bukan itu maksudku."

Chihiro mengernyit tak mengerti. "Lalu?"

Shougo gemas sendiri dengan kakaknya yang lola, lupa, atau masih linglung. Sambil menghela napas, Shougo menjawab kebingungan Chihiro.

Time MachineWhere stories live. Discover now