Chihiro membeku. Ia menatap tak percaya pada sosok yang tengah duduk manis sambil membaca buku di hadapannya. Sosok mungil bersurai merah yang sangat di kenalnya. Yang selama ini ia anggap telah meninggal.
"Chihiro-nii, kau kenapa? Wajahmu terlihat makin bodoh saja. Dan juga, apa-apaan pakaianmu itu?"
Komentar pedas itu meluncur bebas dari bibir mungilnya yang manis.
Lidah Chihiro kelu. Ia tak mampu berkata apa-apa saking kagetnya.
"S-Sei...juu...rou?"
Seijuurou memiringkan kepalanya dengan lucu. Membuatnya semakin terlihat manis.
"Iya, ini aku. Kenapa?"
"Kau benar-benar Seijuurou kan?!" Chihiro berteriak sambil bangkit dari duduknya secara tiba-tiba, membuat dirinya menjadi pusat perhatian seluruh orang di kereta. Seijuurou tentu saja terkejut.
Seijuurou menghela napas. Ia sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran kakak kelas yang merangkap sebagai sahabat masa kecilnya itu. Memangnya apa sih yang ada di otak si abu itu? Kenapa dia sekaget itu saat melihat Seijuurou seakan Seijuurou adalah hantu?
Seijuurou bangkit dari duduknya lalu menghampiri Chihiro di hadapannya. Tangannya terulur untuk memukul kepala Chihiro dengan buku yang tadi dibacanya.
"Jangan berteriak begitu. Kau mempermalukanku," ujarnya. Seijuurou menyerahkan buku yang tadi digunakannya untuk memukul kepala Chihiro. Sebuah light novel TokeImo edisi lama, salah satu koleksi milik Chihiro.
"Aku kembalikan buku itu. Ceritanya sama sekali tak menarik. Terlalu lemah."
Kereta berhenti tepat di stasiun. Seijuurou melangkah keluar dari kereta, meninggalkan Chihiro yang masih bengong. Saat sadar Seijuurou makin jauh, buru-buru Chihiro keluar untuk menyusulnya.
Chihiro memperhatikan sekelilingnya. Stasiun terlihat benar-benar berbeda dari beberapa menit yang lalu sebelum ia naik kereta. Chihiro berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang tengah membaca koran. Tanpa permisi, Chihiro merebut koran dari tangan pria itu seenaknya. Sambil mengabaikan tatapan tak suka yang dilayangkan pria tersebut, Chihiro memeriksa tahun koran tersebut diterbitkan.
"2016... dua tahun lalu," batin Chihiro.
"Oi, apa yang kau lakukan, bodoh?" Seijuurou menghampiri Chihiro lalu merebut koran di tangannya. Segera koran tersebut ia kembalikan pada pria tadi.
"Sumimasen, Ojii-san," ujar Seijuurou sambil membungkuk. Setelah memberikan tatapan sinis pada Chihiro, pria itu pergi.
"Chihiro-nii, kau ini kenapa sih?" Seijuurou memandang Chihiro sebal. Heran dengan sikap anehnya hari ini.
Chihiro tak mempedulikan tatapan Seijuurou. Tiba-tiba ia mencengkram bahu Seijuurou. Entah berapa kali ia sudah membuat Seijuurou terkejut hari ini.
"Sei, hari ini tanggal berapa?" tanya Chihiro.
Seijuurou mengernyit. "17 Desember, kenapa memangnya?"
Chihiro tertegun. "Sehari sebelum kematianmu ya?"
Seijuurou meraih tangan kiri Chihiro sambil menatap heran jam tangan merah yang dikenakannya.
"Sepertinya, aku pernah melihat benda ini. Kenapa ini mirip punyaku?" tanya Seijuurou bingung.
"Aku datang dari masa depan." Bukannya menjawab pertanyaan Seijuurou, Chihiro malah mengatakan hal lain yang bagi Seijuurou sama sekali tak masuk akal.
YOU ARE READING
Time Machine
Fanfiction"Hal yang paling menyakitkan dalam hidupmu adalah saat kau dilupakan oleh orang-orang yang kau cintai. Apa kau mau mengalami hal itu?" Chihiro hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Tetsuya. "Jika dilupakan dapat membuat mereka kembali bersama, aku t...