Chapter 2

46 4 0
                                    

Kedua pemuda itu duduk beradapan di salah satu meja di pojok ruangan sebuah kafe dalam diam. Saling membuang muka—tak mau menatap. Baik Shuuzou ataupun Chihiro sama-sama enggan membuka topik. Mereka tak tau apa yang membuat suasana diantara mereka menjadi secanggung ini. Padahal, dulu tak pernah seperti ini. Mungkin lama tak jumpa menjadi penyebabnya. Atau mungkin ada penyebab lain yang lebih serius dari itu.

Chihiro menatap keluar jendela. Rintikan salju yang putih dan lembut terlihat lebih menarik daripada melihat wajah teman masa kecilnya. Shuuzou sendiri kini telah menatapnya. Merasa agak heran dengan sikap Chihiro yang lebih diam dan selalu mengalihkan tatapan darinya sejak tadi.

"Hisashiburi ne... Chihiro. Sudah dua tahun ya?" Shuuzou tersenyum canggung sambil berusaha mencairkan suasana.

"Ah, hisashiburi." Chihiro hanya membalas sekenanya.

Shuuzou jadi merasa tak enak. Apa Chihiro sedang tak mau bicara dengannya?

"Hei, apa kau marah padaku karena tiba-tiba menarikmu kesini?" Shuuzou memastikan.

Chihiro menghela napas lalu mengalihkan tatapannya kini pada Shuuzou. "Tidak juga. Kebetulan aku sedang libur."

"Terus kenapa?"

"Apanya?"

Shuuzou cemberut. "Kenapa sejak tadi kau diam dan tak mau menatapku? Terus saja mengabaikanku!"

"Kau jadi mirip seperti cewek PMS yang sedang kesal karena dicueki pacarnya, Shuuzou."

Mendengar cibiran Chihiro membuat Shuuzou mendengus. "Kau tak pernah berubah ya. Masih menyebalkan seperti dulu," timpalnya.

Chihiro tak menyahut. Suasana kembali hening. Seorang pelayan kafe datang membawakan pesanan. Secangkir teh hijau hangat untuk Chihiro dan coklat panas untuk Shuuzou. Setelah mendapat ucapan terima kasih dari Shuuzou, pelayan itu pergi. Menghilang dari pandangan.

"Ne, apa kau masih marah padaku karena tiba-tiba memutuskan untuk pergi dan meninggalkanmu juga Seijuurou?" Shuuzou kembali bertanya. Ia ingin memastikan lebih jelas terhadap perubahan sikap Chihiro padanya.

Chihiro menyeruput tehnya dalam diam. Rasa pahit dan hangat dari teh membanjiri mulutnya. Lalu, matanya kembali menatap Shuuzou.

"Tidak juga. Aku sudah lama melupakan hal itu," jawab Chihiro.

"Lalu, bisa jelaskan kenapa kau tiba-tiba jadi dingin begini? Kau sedang galau atau apa?" Shuuzou menuntut.

"Kau lupa ya? Aku ini kan memang pendiam sejak dulu."

"Tapi tak pernah sediam ini jika bersamaku."

"Jujur, aku sedang malas bicara dengan orang lain."

Shuuzou terdiam. Ia menatap sendu coklat panas di hadapannya sambil tersenyum miris.

"Begitu ya? Padahal, ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Maaf karena telah memaksamu untuk menemaniku."

Chihiro ikutan terdiam sambil menatap Shuuzou. Ia jadi tak enak karena telah membuat Shuuzou merasa bersalah. Ya, mengobrol dengan teman masa kecil setelah lama tak jumpa tidak salah kan? Sepertinya, Chihiro harus meluangkan waktunya sedikit hari ini untuk menemani Shuuzou.

"Tak apa. Kalau kau mau bicara, katakan saja. Akan aku dengarkan. Maaf karena sempat mengabaikanmu," sesal Chihiro.

Shuuzou tersenyum mendengarnya. "Terima kasih. Chihiro masih perhatian seperti dulu ya."

Chihiro balas dengan tatapan jijik. "Jangan mengatakan hal itu dengan nada dan raut wajahmu yang seperti itu. Menjijikan, tau."

Shuuzou hanya tertawa. Chihiro balas menatapnya jengkel. Ia menghela napas.

Time MachineWhere stories live. Discover now