part 3

86 3 0
                                    

*Uwiw uwiw.... *

"Pemirsa, sudah terjadi pembantaian disalah satu rumah konglomerat ternama yaitu keluarga Nazhiful, diduga pembunuhan ini dilatarbelakangi dendam. Karena tak ditemukan barang yang raip, sampai saat ini polisi masih mencari tahu apa penyebab utama dalam kejadian ini, dalam peristiwa ini 24 orang meninggal yang keseluruhannya adalah keluarga besar dan 1 anak selamat.."

Itulah berita TV yang aku dengar di kantor polisi.

"Nak, apa kai tahu siapa yang melakukan semua ini? " ucap pak polisi.

Waktu itu aku hanya seorang anak kecil yang tak tahu apapun, yang aku rasakan hanya takut dan syok dengan semua kejadian membingungkan ini, sampai-sampai aku mengompol di celana.

"Seharusnya, anda tak berlebihan menghadapi anak seperti ini harus penuh dengan kelembutan... " ucap seorang wanita yang berada di sampingku.

"Nak apa kau mengompol??.. " tanya lembutnya.

Aku mengangguk dan memeluknya sambil menangis keras.

Flash back off

Setelah kejadian itu, aku tak dapat melupakan setiap detik kejadian yang menyebabkan semua keluarga besar ku meninggal.

"Kak, akuilah kalau aku ini gak normal, aku ini aneh, karena itu kakak tak mengakui aku sebagai keluarga nazhiful... Bahkan kakak mengganti marga kakak... Saking kakak bencinya padaku... " ucap ikmal menutup mata.

"Hiks... Udah mal... Udah... Kakak capek, kaka mau istirahat... " sambil nandhita membuka pintu mobil.

"Sekalian kak, tutup jendelanya, sama kunci semua pintu mobil ini, biar sekalian aku kadi mayat aja di sini.. " ucap santai ikmal.

"UDAH! MAL!!! UDAH!!! " teriak histeris nandita sambil berbalik membuka lebar pintu mobil, kemudian nandita jongkok sambil memegangi kepalanya dan menangis.

Ikmal hanya tersenyum...

"Kamu tahu betapa kakak berusaha bertahan, kamu tahu usaha kakak untuk menyembukakan mental kakak? Apa kamu gak ngerti juga sampe sekarang, kakak itu lelah, kakak capek sama hidup ini... Tapi karena kamu, kakak bertahan dan menutupi semuanya... Semua rasa sakit dan kecewa.... Apa kamu gak ngerti juga... "

Ikmal membuka pintu mobil dan berjalan menghampiri kakaknya, "kakak tau, aku juga ingin rasanya meninggalkan hidupku yang tak berguna ini, kakak tahu aku lebih menyedihkan dari yang kakak lihat sekarang, dalam usiaku yang masih kecil, aku menemukan diriku yang tak bersalah, terjebak dalam kebohongan sepanjang hidupku... Bahkan aku tak dapat mengembalikan diriku, aku kehilangannya, aku tak tahu diriku bagaimana, kebohongan itu terlalu dalam, sampai-sampai aku tak dapat keluar darinya..."

Nandita terus menangis sejadi-jadinya.

"Kalau memang kebahagiaan kakak adalah deritaku, dengan senang hati aku akan menderita, jika kakak mau, sekarang aku akan menaiki alat pemenggal kepala dengan lapang hati... Jika itu dapat menggantikan kesedihanmu... "

"Berhentiiii!!! " sambil nandita menampar pipi adiknya itu.

Wajah ikmal berpaling dari kakaknya karena ramparan itu.

"Sebelum itu terjadi, kakak yang akan lebih dulu menaikinya... " nandita begitu serius dengan ucapannya.

Ikmal bangkit dan pergi meninggalkan kakaknya yang tengah berlesehan di depan mobilnya.

Nandita off

Ikmal menyusuri jalanan kompleksnya di tengah malam yang dingin, dia membuat suara bising di jalanan agar bisa menenangkan hatinya seperti memukul pagar tetangga dengan batu, bahkan melempari kacanya, bersiul dan menyanyikan isi hatinya dengan berteriak-teriak. Namun semua yang ia lakukan, tak pernah mendapat teguran dari siapapun kecuali kakaknya. Karena semua komplek itu merupakan aset keluarga besar ikmal, jadi mereka tak akan pernah marah jika ikmal bertindak semena-mena terhadap orang yang ada di kompleks itu, karena kompleks ini hak milik ikmal seluruhnya, toh besok ada yang mengecek semua kerusakan dan menggantinya.

Tolong Sembuhkan Aku (Save Me, Please!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang