part 6

91 3 0
                                    

"Linda Lo kenapa?" Lontaran panik Ikmal yang langsung menghampiri linda. Dengan perlahan dia mengangkat kepala Linda dan meletakkan nya di atas pahanya.

"Linda Lo kenapa?" Sambil Ikmal menyingkirkan rambut yang masih menutupi wajah Linda. "Linda! Li pucet banget!" Ikmal langsung memegang tangan linda. "Tangan Lo dingin banget, Gue mohon Lo harus bertahan!"

OooO

Linda pov

'Lampu yang begitu menyilaukan, membangunkan ku dari alam bawah sadar, terlihat samar-samar semua orang yang berlalu melewatinya, aku melihat aneh pada setiap penjuru mata mereka. Kenapa semua orang begitu sibuk memandangiku dengan tatapan itu? Apa yang aku lakukan diantara semua orang itu? Aku hanya terdiam disini tanpa tahu apa tujuanku... Haruskah aku pergi?'  apa ini? Kenapa ada rantai dikakiku?,'apa ini yang ada di kakiku adalah hukumanku?' rantai yang mengikat diriku di tempat itu, aku bersikeras melangkahkan kakiku, namun apa? Seberapa keras pun aku berusaha akan tetap terjatuh, sampai aku sadar, aku terseret kedalam satu ruangan gelap, hanya ada aku. Apa salahku? Ku peluk bayang kosong di dalam hati. Ku menatap diriku yang menyedihkan diruang penuh dengan cermin.

'wanita itu?'
'siapa?'
'ada rantai dikakinya...'
'oh benar, itu aku'
'semenderita inikah Aku?'
'hhmmn!'

perlahan air mata terjatuh dari pipiku.

"LINDA!!!!!" Suara yang terdengar lagi. Suara siapa yang Sudi memanggilku? Siapa orang itu?

Linda POV off

"Linda! "Terdengar samar.

Perlahan dia membuka matanya dan terlihatlah seseorang yang memiliki mata yang berbeda, sedang menatapnya dengan khawatir. Linda merasakan genggaman yang erat di tangannya.

"Apa?" Ucap lemah Linda.

"Hemmmmm??" Jawab ikmal yang langsung mendekatkan telinganya di hadapan masker oksigen Linda.

"Apa ini??" Sambil Linda sedikit membuka genggaman tangannya.

Ikmal sontak melihat pada tangannya. "Oh! Maaf," langsung Ikmal melepaskan genggamannya.

"Hhhh...hhhhhhhh.....hhhhhhhh..." Mendadak pernafasan Linda terganggu sehingga membuatnya tak kuasa bernafas.

"Dokter!!!!" Teriak Ikmal dengan menggelegar.

Linda POV again

Aaahhhh... Aku berada di ruangan ini lagi? Ku masih merasakan rantai yang mengikat kakiku, bagaimana tidak? Luka dikakiku sudah terlalu lama ku biarkan, membuatku tak kuat lagi berdiri. Aku hanya harus duduk dan menanti kematian datang.

"LINDA!!!!!" Suara itu terdengar lagi.

Apa yang dia inginkan dari ku? Aku tak tahu siapa sebenarnya dia.

"LINDA KAu harus tetap hidup.." suara itu tiba-tiba seperti orang yang menangis.

Ku menatap ke arah langit yang berada di atasnya, saat ku lirik lagi aku berada di sebuah taman tanpa rantai di kakiku. Semuanya tampak indah, bahkan kupu kupu terbang lintas di hadapanku. Ingin ku kejar kemana kupu-kupu itu, namun ku takut, jika aku melangkah, aku akan terjatuh lagi. Aku hanya tertunduk melihat kaki ini berpijak. Namun ada sesuatu di bawah kakiku. Ku mengangkatnya dan terpancar Cahya darinya. Apa ini? Cahaya ini makin menyilaukan. Sampai....

....

"Hhhhhhhhhhhhahhhhhhhhhhhhhhh" tarikan nafas panjang Linda yang terbangun dari mimpi panjangnya. Dengan keringat yang membasahi keningnya dia mencoba mengatur nafasnya yang sesak. Terdengar dengungan yang memenuhi pendengaran Linda. Linda memejamkan matanya dan terasa bumi ini berputar seperti gasing. Makin parah kondisi yang di alami Linda seakan ini adalah akhir hidupnya. Namun sesuatu terasa di pundaknya, dia pun tersadar. Dan hal yang pertama kali dia lihat adlah wajah nazhiful ikmal, seorang lelaki yang baru ia kenal. Yang dapat mengerti setiap perkataannya, yang memandang Linda dengan pandangan yang berbeda. Hanya dia yang bisa, hanya dia yang kini berada di hadapannya. Linda kembali mengatur pernafasannya yang sesak namun kali ini dia tak kuasa lagi menahan tangisan dia menangis begitu dia sadar, tangisannya yang membeludak dari ujung matanya tak sanggup lagi ia menahannya.  Ia terus menangis...

Melihat kondisi ini, Ikmal langsung memeluk Linda yang  tertidur pengap dengan masker oksigen yang menempel.

"Tak apa... Kau harus menangis... Aku akan ada di sisimu sampai kau dapat kembali normal. Kita akan membereskan semuanya.. percayalah..." Ucapan Ikmal yang tulus tanpa harus mengerti apa yang akan Linda katakan, tak perlu berbicara, Ikmal akan selalu mengerti.

Dengan ucapan itu, Linda pun membalas pelukan Ikmal dan menangis dengan keras.

Beberapa saat kemudian...

Linda terduduk di kasurnya dengan ikmal dihadapannya.

"Apa kau memahami apa yang aku katakan?" Tanya Linda agak sopan.

"Jangankan kau mengatakannya, kau belum berkata apapun, aku sudah mengerti... Jangan khawatir, aku akan mendampingimu sampai kau kembali normal. Jangan takut...." Sambil Ikmal memejamkan matanya di akhir kalimatnya.

"Apa kau tahu, seberapa takutnya aku menghadapi dunia??" Tanya Linda.

Ikmal mengangkat kedua alisnya, pertanda dia terkejut dan bertanya tanya.

"Saat ku beranikan kaki ini berpijak selangkah dari posisiku saat ini, rantai itu selalu mengingatku, terkadang rantai itu terasa mencekikku, saat dunia ini memaksaku untuk menelan buah simalakama...." Ucap Linda dengan pandangan yang kosong.

Wajah Ikmal berubah bahagia.

"Lucu kan hidup gue..." Ucap Linda berubah seperti sebelumnya, yang agak kasar.

Ikmal langsung tersenyum dengan sikap Linda. 

Linda menghapus air mata yang tersisa di ujung matanya.

Ikmal langsung memeluk Linda dengan erat.

"Gue gak ngerti apa yang sekarang Lo lakuin, gue nyerah.. " ucap Linda datar.

"Ok gua tahu Lo akan bilang itu, terus lah begitu, gua akan bantu Lo.. " ucap Ikmal kegirangan.

"Terimakasih banyak sudah mau berada di sampingku..." Ucap Linda berubah sopan lagi.

Ikmal langsung menangis bahagia sembari dihiasi senyum bahagia di wajahnya.

Linda pun mendorong Ikmal darinya.

Ikmal terhempas, namun wajahnya tampak sangat bahagia menerima perlakuan Linda itu.

"Lo pasti udah gila" ucap Linda

"Gua akan sembuhin Lo, apapun yang akan Lo lakukan, gua yang akan sembuhin Lo...!!" Ucap yakin Ikmal.

Ikmal pun berlari keluar dari ruangan rawat inap Linda, sembari senyuman yang sedari tadi mengembang di wajahnya.

.....

Ikmal tiba di klinik kakaknya. Dengan terburu-buru Ikmal keluar dari tadi dan berlari memasuki gedung itu. Dia berlari ke ruangan yang berada di paling pojok gedung itu, yaitu ruangan perpustakaan pribadi kakaknya. Dia berlari mengecek barisan buku yang tersedia. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah buku, dengan itu ikmal langsung menghela nafasnya dan memeluk buku itu. Ia pun tertawa sembari perlahan terduduk.





Bersambung....

Tolong Sembuhkan Aku (Save Me, Please!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang