CHAPTER 1

1.3K 34 2
                                    




"You're so cool, it makes me hate you so much"

Kurang lebih sudah setahun aku manapakkan kaki di sekolah ini. Sama sekali tak ada hal spesial atau faktor "Wah". Bahkan terkesan flat dan membosankan.

Hari ini adalah hari jumat. Dimana kami semua baru saja melaksanakan senam pagi bersama.

Kini aku dan teman-temanku sudah berada di kantin untuk melepas penat sembari berbincang-bincang.

Masalah pria yang kusebut setahun yang lalu, prediksiku benar. Dia orang yang sangat congkak, Angkuh dan sangat sombong.

Aku tak heran. Dia memang pria yang sangat tampan.

Tapi menurutku tak sewajarnya dia berperilaku seperti itu.

Ia sangat suka mencari perhatian. Berteriak-teriak di kantin, memakai baju kaus di sekolah, Melepas baju saat bermain bola, padahal ototnya masih samar-samar, Bahkan terhitung kurus.

Semua yang dilakukannya mengundang animo para siswa.

Karna terlalu asik mendeksripsikan pria angkuh itu, Aku sampai lupa memperkenalkan diriku.

Namaku Marl, Aku tak tau kenapa orang tuaku membuat namaku terlihat tanggung dan menjengkelkan seperti itu. Umurku 17 tahun, warna kulitku kuning langsat. Tinggiku 165 cm dan beratku 50 kg. Aku gay, dan aku tau itu. Tapi cukup aku yang tau, daripada nanti aku dibakar massa.

Karna haus, aku memutuskan untuk membeli minuman kemasan di salah satu bilik kantin.

Aku memesan sebotol minuman pada ibu paruh baya penjaga kantin. Setelah itu aku membayarnya.

"Es teh satu, nek."

Tercium aroma kecongkakkan. Ini suara pria itu.

Saat aku menoleh, benar, itu dia. Aku menatapnya dalam namun singkat.

Tidak, dia terlalu tampan, aku sangat membencinya.

Aku meninggalkannya tanpa mengucap kata sepatah pun.

Aku sangat mengenalnya. Tapi aku yakin dia tak mengenalku sama sekali. Jurusan kami saja berbeda. Dia mengambil pemasaran sedangkan aku perkantoran. Atas dasar apa aku harus menegurnya.

"Intan, aku baru saja ketemu dengan kokomu." Ucapku pada Temanku sekaligus Mantan dari Pria congkak itu.

"Biarin, kan sekarang aku punya koko baru." Jawabnya enteng.

Aku hanya mengangguk. Padahal aku berharap bisa menceritakannya habis-habisan dengan Intan saat ini. Mungkin dia sedang berbunga-bunga sekarang.

Dulu saat mereka putus, Intan sering curhat kepadaku mengenai sikap pria itu. Hal ini kusambut dengan tangan terbuka. Bukan karna aku peduli pada Intan, tapi dengan ini, aku bisa mengenal pria itu lebih dekat lagi.

Kalian tidak bisa menyebutku sulit moveon dengan pria itu. Selama setahun ini aku mempunyai banyak sekali idola di sekolah ini. Ada Abi, kakak kelasku dari jurusan Teknik Komputer dan jaringan. Heri, Adik kelasku dari jurusan pemasaran dan Tonny, adik kelasku juga dari jurusan Perbankan.

Semuanya lumayan memiliki kesan. Seperti Abi yang selalu menjadi orang yang pertama melihat snapgramku, mengikutiku di instagram terlebih dahulu saat kami bertemu pertama kali. Heri yang tak bisa melepaskan pandangannya saat aku melewatinya dan Tonny yang selalu tersenyum saat melihatku meskipun kami tak saling kenal. Bisa dibilang merekalah yang menyukaiku. Sedangkan pria congkak itu, akulah yang menyukainya terlebih dahulu. Maka dari itu dia selalu mempunyai ruang tersendiri di hatiku.

Bell pun berbunyi. Aku dan temanku bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti agenda selanjutnya.

Mata pelajaran yang siap menghantui kami kali ini adalah Administrasi kepegawaian.

DelicateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang