CHAPTER 3

825 31 4
                                    

"Is it too soon to do this yet?"

Hari ini adalah pengambilan gambar dari project kami. Lokasinya di pinggir pantai ternama di kotaku. Suasana sore ini sedikit mendung. Sangat jauh dari prediksi para panitia. Kami mengundur setidaknya satu jam untuk take pertama. Kami sedikit ragu untuk menerbangkan drone di cuaca seperti ini.

"Semuanya berkumpul. Sebelum kita take, mari berdoa sesuai agama dan keyakinan kita masing-masing" Ucap Ketua Panitia kami.

Kami pun berdoa. Berharap agar cuaca bisa sedikit bersahabat saat ini. Jika saja turun hujan, akan sangat susah untuk mengatur waktunya. Penuh harapanku agar matahari menunjukkan dirinya.

"Kak, Jadi dronenya diterbangin sekarang atau nanti?" Ucap Pilot drone padaku.

"Kata Hana, sekarang aja." Balasku.

Singkat cerita take satu pun dilakukan. Take dimana para siswi menerbangkan balon warna-warni sembari berlari-lari. Ini belum bagianku, jadi aku masih ada waktu untuk bersantai dibawah pohon pinus.

Tak lama, Rama menyusulku. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Ia memegang dua botol minuman. Aku melihatnya penuh dengan tanda Tanya.

"Ini." Ucapnya dingin.

"Dari siapa?" Balasku sambil mengambil botol yang disodorkan padaku.

"Tadi temanku bawa banyak jadi aku bawa kesini." Balasnya.

"Kamu gak lagi take?" Tanyaku memecahkan keheningan.

"Kalau take ngapain kesini. Aku kebagian tiga terakhir." Balasnya yang sedikit membuatku kesal.

"Aku baru tau yang namanya junioritas. Biasanya yang viral kan senioritas." Sindirku.

Dia menatapku singkat. Setelah itu ia kembali melihat proses pengambilan gambar dari kejauhan.

"By the way, makasih ya." Ucapku

"Hah!!" Teriaknya

Aku menatapnya bingung.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Jadi kamu udah tau?" Balasnya.

"Tau apa?" Ucapku kembali bertanya.

"Tadi bilang makasih buat apa?" Balasnya

"buat minumannya. Kebetulan aku memang haus. Emang kenapa?"

Tanpa menjawab pertanyaanku, ia pergi begitu saja. Aku heran, sepertinya ada yang salah dengan kepribadiannya. Terkadang dia terlihat menyenangkan. Tapi tak jarang dia terlihat aneh dan misterius. Gerak geriknya sangat sulit untuk ditebak.

Aku menyusulnya sekaligus bersiap untuk pengambilan gambar berikutnya.

Saat syuting aku terus menatapnya dengan tatapan sinis. Tak jarang ia menunduk untuk mengabaikanku.

Aku sedikit muak dengan perilakunya yang seenak jidat itu. Dia membuatku kesal selama beberapa waktu ini. Membuatnya takut seperti ini sangatlah menyenangkan.

Waktu istirihat pun tiba. Aku mengambil kesempatan ini untuk mengisi perutku.

Sialnya aku lupa membawa bekal. Jadi aku beranjak menuju salah satu kedai di dekat sini.

Berjalan sendirian seperti ini sangatlah aneh. Andaikan aku mempunyai pasangan, pasti ini waktu yang sangat romantis. Lihatlah, aku mulai berandai-andai.

Aku sedikit bingung melihat terlalu banyak makanan disini. Waktu yang diberikan pun tidaklah banyak. Aku memutar pandanganku ke segala arah.

Dan, Ya! aku mendapatkan spot yang sangat cocok. Dikedai bakso di depanku ada rama tengah asyik berkuliner . Ini waktu yang sangat cocok untuk mengganggunya. Dan kalau dilihat-lihat dia cukup tampan, berdua-duaan dengannya mungkin sedikit menyenangkan.

DelicateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang