Saat itu Crystal masih aktif-aktifnya ikut organisasi. Ia menempati struktur kepanitian dalam suatu organisasi bertaraf Internasional yang berfokus pada pengembangan kepemimpinan para pemuda di kampusnya. Tak jarang juga Crystal pergi ke luar negeri untuk menjalankan project social yang diselenggarakan oleh oraganisasi yang diikutinya itu.
Hubungan Crystal dan Kai ketika itu masih hangat-hangatnya. Ibarat gorengan yang baru saja ditiriskan, gurih, sedap, dan renyah. Mereka masih sama-sama belajar terhadap kehidupan satu sama lain, sedikit demi sedikit mencoba membiasakan diri dengan lingkungan mereka yang saling bertolak belakang.
Namun jika di lingkungan Kai kehadiran Crystal disambut dengan tangan terbuka oleh rekan-rekan kerjanya, maka hal itu berbanding terbalik dengan lingkungan kampus Crystal. Banyak dari temannya yang kurang bisa menerima Kai. Selain karena saat itu pekerjaan Kai hanya buruh proyek biasa, mereka juga mencemooh Kai karena tak setampan pria-pria yang mendekati Crystal selama ini.
Pernah suatu kali, Crystal mengajak Kai untuk ikut menghadiri perayaan kesuksesan salah satu project-nya. Bukan sambutan hangat yang Kai terima melainkan pandangan nyaris merendahkan yang membuat seseorang tak nyaman. Semua itu hanya karena Kai datang dengan pakaian sederhana, sesopan yang bisa dipakai seorang tukang, juga background yang menurut mereka 'kurang membanggakan'. Sangat jauh berbeda dengan teman-teman Crystal yang lahir dengan sendok emas berada dimulut, yang dari ujung kepala sampai ujung kaki dilabeli dengan barang branded.
Saat itu Crystal sangat malu pada kelakuan teman-temannya yang belum dapat memandang seseorang melebihi batas penampilan. Ia juga merasa tak enak hati pada Kai. Itulah sebabnya setelah kejadian itu dia jarang mengajak Kai kumpul bersama teman-temannya lagi. Bukan karena ia malu memiliki pacar seorang pekerja proyek biasa, melainkan ia tidak ingin membuat Kai tak nyaman dengan pandangan kurang mengenakkan dari teman-temannya.
Lagipula, Crystal sangat bangga terhadap Kai. Pria itu adalah definisi dari kata mandiri dan pekerja keras yang sesungguhnya. Kai yang besar di panti asuhan, harus berhenti mengenyam pendidikan formal hanya sampai SMK. Dia tidak kuliah bukan karena dia tak mampu mendapat beasiswa melainkan dia ingin hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain, lagi. Itulah sebabnya setelah lulus SMK Kai memilih langsung bekerja. Ia yang sangat suka 'membenarkan juga membuat sesuatu' akhirnya memilih tukang bangunan sebagai profesi pertamanya.
Awalnya Kai hanya ikut bekerja pada Bang Soni, kakak salah seorang temannya di SMK. Bang Soni pula yang dikontrak Ayah Crystal untuk merenovasi dapur rumah mereka. Namun karena kinerjanya yang bagus serta keramahannya pada orang yang memperkerjakannya, Kai mendapat banyak rekomendasi. Dari proyek berskala kecil hingga lumayan besar digarapnya dengan penuh ketekunan. Dan hasilnya, empat tahun bekerja ikut orang, Kai akhirnya bisa membuka jasa renovasi rumah atas namanya sendiri.
Perusahaan jasa yang Kai bangun memang masih skala kecil namun targetnya adalah kalangan menengah atas, yang membuat omset perusahaan itu cukup menjanjikan. Juga, membuat Crystal semakin bangga dengan kerja keras kekasihnya.
Ia bangga bisa menjadi saksi serta pendorong bagi kesuksesan Kai. Melihat kegigihan Kai, kesabarannya saat berhadapan dengan klien yang sulit, serta ketegarannya menghadapi kerasnya dunia kerja walau salah seorang temannya sempat memfitnahnya menyelewengkan dana. Crystal merasa beruntung memiliki Kai karena dari kekasihnya itulah ia banyak belajar. Tentang makna dan nilai-nilai dalam kehidupan, juga arti dari sebuah pekerjaan.
Kai sering mengatakan, "Apapun pekerjaannya, asal halal dan kita kerjakan penuh keikhlasan, yakinlah pekerjaan itu akan membawa hidup kita ke arah yang lebih baik. Minimal, tidak akan membuat kita kelaparan." Namun walaupun begitu Kai tetap menambahkan bahwa jika kita ingin sukses, bekerja keras saja tidaklah cukup. Kita harus kerja cerdas, mampu berinovasi serta membangun relasi. Percuma ahli disuatu bidang kalau berkomunikasi dengan customer saja kesusahan.
"Melamun aja kamu." Bisik Kai tepat ditelinganya.
"Inget masa-masa awal kita pacaran, yang. Gimana nyebelinnya pandangan teman-teman aku ke kamu. Pengen rasanya aku tonjok mereka karena ngerendahin kamu."
Kai bergumam lalu mengecup pelan pelipis Crystal. "Biarin aja. Mereka punya cara pandang sendiri terhadap dunia ini. Doain aja jangan sampai mereka ngerasain kerasnya kehidupan."
Crystal mengangguk. Benar juga, kadang Crystal berpikir jika saja Ayahnya terlalu memanjakannya saat kecil hingga ia hanya tahu bagaimana caranya meminta tanpa belajar cara untuk memberi, mungkin ia akan berakhir menjadi gadis manja yang semena-mena. Sifat yang akan membawanya melihat dunia dengan kaca mata sempit seseorang yang hanya bisa berpangku tangan, tanpa tahu arti kerja keras, serta kebahagiaan dibalik kesederhanaan. Mungkin ia akan berakhir sama seperti kebanyakan teman-temannya, berfikiran sempit. Untunglah, Ayahnya selalu mengajarkan untuk menghargai orang lain, membiasakannya mengucapkan tiga kata penuh keajaiban 'Maaf, Tolong, dan Terima Kasih'.
Dan Crystal bersyukur ia juga mendapat kekasih yang cara pandangnya tak jauh beda dengan Ayahnya. Seorang kekasih yang walaupun awalnya berprofesi sebagai tukang namun sekarang sanggup membuka lapangan pekerjaan. Maka kalau sudah begini, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?
TBC/END?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkung Kaistal
FanfictionSelingkung: sekeliling, sekitar, terbatas pada suatu lingkungan Selingkung Kaistal: tentang kaistal, sebatas kaistal, one and only kaistal