Cerita ini terinpirasi dari lagu Hakikat Cinta milik Ungu
So, kusarankan untuk mendengarkannya sambil membaca hehe
Enjoy reading guys
-*-
Kau berikan untukku
Satu alasan untukku tetap disini
-*-
"Dokter, nadi dan spo2-nya turun."
"Aff tranfusi ganti cairan."
"Loss klem."
Suara-suara itu tak mau berhenti, bersahut-sahutan seperti lebah yang mendengung. Susah payah aku berusaha membuat mataku terbuka, mengintip siapa gerangan yang tak membiarkanku beristirahat dengan tenang. Namun saat usahaku menemukan titik suksesnya betapa terkejutnya aku ketika mendapati diriku berdiri seorang diri di lorong panjang yang hanya diselimuti satu warna, putih.
Kutolehkan kepalaku ke kiri dan kanan, mencari tanda-tanda kehidupan dengan rasa panik yang membuncah. Akan tetapi cahaya di lorong ini terlalu terang, warna putihnya mengaburkan pandangan, membuat kepalaku pening dan mataku berkunang-kunang.
Tak tahan, aku memejamkan mataku kembali. Suara orang bersahut-sahutan memberi intruksi dan informasi itu pun terdengar lagi. Saat seseorang meneriakkan "200 joule" nadanya terdengar panik dan mendesak dan akupun menemukan diriku kembali ke lorong putih tadi.
Kali ini cahayanya lebih bersahabat untuk mata hingga aku bisa melihat ujung panel panjang ini. Di ujung kanan, cahayanya begitu terang hingga menyilaukan sementara ujung kirinya terlalu gelap hingga nampak seperti jurang.
Aku merasa aku harus memilih jalur mana yang ingin ku lalui tapi aku tak tahu mana yang harus kupilih. Ujung kanan terasa menggoda karena cahayanya seakan memberimu rasa aman. Namun cahaya itu juga terlalu terang, membuat nyaliku menciut takut-takut jika mendekatinya berakibat kebutaan.
Sedangkan ujung kiri panel itu terlalu mengerikan. Tanpa cahaya berarti tanpa harapan. Satu-satunya hal yang paling menguntungkan adalah mataku tidak terlalu sakit jika melaluinya.
Lalu tanpa kusadari kakiku bergerak ke arah kiri, mendekati ujungnya yang semakin kulalui membuat tubuhku semakin ringan. Hanya saja hati kecilku berbisik jika pilihanku ini tidak benar. Dia menyeruku untuk kembali. Akan tetapi tubuhku terasa letih hanya dengan melihat ujung kanan itu lagi, seakan jaraknya bertambah berkali-kali lipat dari yang terakhir kali kulihat.
Akhirnya aku pun melanjutkan perjalananku ke ujung kiri. Merasa tenang, ringan, dan tanpa beban sampai suara orang terpenting dalam hidupku merintih pilu memanggilku dari ujung seberang.
"Kai..."
-*-
Senyumanmu memburu hatiku
Menyadarkan jiwaku ku tak sendiri
Menemani batinku yang kadang sepi
Kau keindahan yang nyata untukku
-*-
"Sayang, kopinya."
Aku mendongak melihat istri cantikku yang terlihat lucu mengenakan celemek kuning bergambar kartun bebek, berjalan dari arah dapur dengan secangkir kopi di tangan sembari mengulas senyumnya yang menawan. Rambut hitam bergelombangnya ia kuncir membentuk ekor kuda, membuatnya terlihat seperti remaja. Wajahnya bersih dari make-up, yang memang menjadi penampilan kesehari-hariannya semenjak resign dari pekerjaannya sebagai Chief Editor di salah satu penerbitan ternama di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkung Kaistal
FanfictieSelingkung: sekeliling, sekitar, terbatas pada suatu lingkungan Selingkung Kaistal: tentang kaistal, sebatas kaistal, one and only kaistal