Seven

723 27 0
                                    

Tapi....

Riko datang dengan tergesa-gesa karena khawatir terhadap adik kesayangannya itu. "Raya?!" pekik Riko cemas.

Rey cepat-cepat mengurungkan niatnya untuk mengelus puncak kepala Raya.

Riko melirik Rey dengan wajah yang sudah sangat khawatir. Adiknya belum juga sadar dari pingsannya sejak tadi. "Kenapa bisa kek gini?" tanya Riko dengan suara yang bergetar.

"Tadi, dia dihukum lari keliling lapangan bang sama guru kelasnya. Pas gue liat lagi dia udah pingsan." jelas Rey.

Riko mengelus puncak kepala Raya dengan lembut. Tak jarang adiknya itu seperti ini. Raya orang yang kuat, dalam hal apapun itu.

Pikiran Riko kacau. Ia tidak tau bagaimana caranya mengatakan ini orangtuanya. Karena kalau mereka sampai tau pasti mereka sangat khawatir dan pekerjaan mereka akan terganggu.

Akhirnya ia memutuskan untuk tetap menelpon orangtuanya yang sekarang ada di Bogor untuk menyelesaikan pekerjaan.

"Halo Pa, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, kenapa bang?"

"Eh, adek tadi pingsan Pa. T.. Tapi Papa sama Mama tenang dulu, dia baik-baik aja kok sekarang." Riko menenangkan Papanya.

"Kok bisa sih, kenapa sampe pingsan? Sekarang adek dimana?" tanya Papa Riko yang mulai cemas.

"Tadi kata temennya, dia dihukum karena telat masuk kelas. Terus disuruh lari keliling lapangan. Sekarang dia di UKS, tapi mau abang bawa pulang biar istirahat." jelas Riko mulai rileks.

Terdengar hembusan nafas diiringi tawa Papa Riko dari seberang sana yang menandakan bahwa ia lebih tenang sekarang.

"Hahah. Syukurlah kalo gitu, bilangin sama dia nanti. Makanya jangan sering tidur tengah malem, supaya gak kena hukum lagi." ucapnya sambil terkekeh.

Riko tersenyum mendengar orangtuanya bisa lebih tenang.
"Iya Pa, nanti abang sampein sama adek."

"Iya, jaga Raya baik-baik ya bang. Papa mau lanjut kerja dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Riko menutup teleponnya diiringi hembusan nafas lega.

Seusai Riko menelepon orangtuanya Mumun datang membawa tas Raya dan langsung memberikannya kepada Riko "Ini bang, udah gue beresin semua." katanya sambil memberi tas Raya.

Melihat Raya yang belum sadarkan diri, Mumun memberikan sedikit olesan minyak kayu putih untuk dihirup baunya oleh Raya.

Tidak ada reaksi dari Raya, "Kalo ga bisa udah digendong aja, Mun. Rey lo bantu gue, pegangin tasnya." kata Riko seraya memberikan tas tersebut kepada Rey.

Rey mengangguk cepat. Ia merasa kasihan terhadap Raya.

"Dikelasnya udah diizinin?" lanjut Riko lagi. Dengan sigap Mumun menjawab, "Udah."

Mereka semua keluar dari ruang UKS menuju parkiran untuk mengantarkan Raya pulang.

***

Sekarang Raya sudah berada dirumahnya ditemani Rey dan Riko. Sampai akhirnya Raya sadar dari pingsannya. Riko akhirnya bisa bernafas lega karena adiknya itu sudah sadar.

Raya melihat sekelilingnya, tapi ia masih merasakan sisa pusingnya. Ia hendak bangun tapi ditahan oleh abangnya yang berada di sisi kiri Raya, "Eh eh dek, jangan dulu duduk ya kalo masih pusing," tahan Riko sambil memegang tangan Raya.

Lalu Raya melihat ke sisi kanan sekarang, ia bingung melihat ada Rey dirumahnya, "Lah? Ini kenapa ada dia?" Raya heran.

"Kata Mumun, tadi dia yang nyelametin lo pas mau jatoh pingsan", jelas Riko sambil melihat Rey.

Raya terdiam. Ia tak menyangka Rey akan menolongnya pada saat itu. Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat berat dan pusing sekali "Kenapa Ray?" tanya Rey cemas.

"Kepala gue pusing banget", suara Raya bergetar menahan sakit dikepalanya.

Entah kenapa saat itu raut wajah Rey sangat cemas melihat kondisi Raya seperti itu. Tapi Raya tidak pernah menghiraukan ekspresi Rey .

Raya memang sangat sulit untuk jatuh cinta, namun jika sudah jatuh cinta ia akan sangat menyayangi orang tersebut dan akan selalu memikirkan orang itu.

Riko akhirnya berpamitan kepada Raya karena  ingin pulang ke sekolah lagi. "Yaudah , lo istirahat yg cukup. Gue sama Rey mau balik ke sekolah lagi",  ucap Riko dengan sangat lembut. Raya mengangguk sambil tersenyum.

Lalu disusul Rey yang tersenyum sangat menawan, "Jangan lupa makan", Rey menyambung perkataan Riko.

Riko dan Raya saling melirik satu sama lain ketika mendengar kepedulian Rey terhadap Raya. Selama ini, mungkin hanya Riko dan Rizky laki-laki yang mampu mengucapkan kata-kata seperti itu, karena Raya adalah tipe perempuan yang sangat cuek dengan orang yg baru dikenal.

Raya tersenyum tipis dan hampir tak terlihat "Iya, makasih". Ucapnya datar.

Mereka berdua pun, Riko dan Rey telah hilang dari balik pintu kamar Raya. Sekarang Raya hanya bisa termenung menatap ke arah jendela yang terbuka dan masih menyisakan udara-udara segar pagi hari.

Tringgg!! Tringgg!!

Suara dering handphone membuat Raya kaget.

"Raya? Kamu gak apa-apa?". Terdengar suara seseorang yang sedang cemas diseberang sana.

***

Rey & Raya [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang